☄ 14. ☄

484 76 59
                                    

Tepat seperti dugaannya, suasana kantin begitu ramai di jam istirahat ini. Karena tak ingin kehabisan meja, Ice memutuskan untuk mencari meja sedangkan Thorn membeli makanan dan juga minuman. Pandangannya teralihkan pada salah satu meja yang kelihatannya kosong, meja pojok kantin hanya meja itu yang tersisa.

Ice pun melangkahkan kakinya kesana, alangkah terkejutnya ia melihat seorang perempuan yang ia tabrak tadi. Gadis itu sedang mendengarkan musik lewat headset dengan menutup matanya. Pada awalnya Ice ingin pindah, tapi mengingat tidak ada satupun meja yang tersisa maka ia mengurungkan niatnya. Lagipula ia ingin membahas sesuatu dengan gadis ini, contohnya dengan perkataan nya beberapa waktu yang lalu.

"Permisi boleh saya duduk disini? Tempat lainnya sudah penuh" gadis itu melirik Ice, dia hanya berdehem sebagai respon. Mendengus halus, Ice pun menduduki meja itu dan memperhatikan gadis misterius di depannya (anjay ketcjehhh). Sementara yang di tatap tentu saja merasa risih, ia mengalihkan pandangannya pada Ice lalu menaikkan salah satu alisnya seperti mengatakan 'apa?'.

Ice menyusun kata-kata yang tepat untuk menanyakan hal tadi namun, "siapa namamu?" Kenapa yang muncul harus pertanyaan itu? Sudahlah, lagipula uthor juga males mo nulis gadis itu ini dan sebagainyaaa... (curhat loee?) Gak, splitt.

Raut wajah gadis itu mulai normal, dalam artian datar sedatar tembok rumah kalian. Ia ber-smirk tanpa sepengetahuan Ice, "Berlianna Valerie Irwandi, singkatnya Valerie". Ice berdecak malas, Faleri? Singkat? Apa-apaan? Singkat dari isekai menuju film boboiboy the movie 2 ada kali.

"Singkat darimana? Bodo, gua panggil Vale" Valerie menarik satu alisnya lagi. Jelas sekali dari raut wajahnya bahwa ia keberatan, "Vale nama cwok". Bukannya ingin mengurungkan niatnya, Ice malah tertawa. Apa yang lucu? Entahlah, mungkin Ice gabut.

Sedangkan Valerie hanya menatap datar Ice dan memilih meninggalkan kantin. Because what? Yaa karena urusannya di kantin udah selesai, urusan apa? Dengerin musik. Gak makan, gak minum, gak beli apapun, itulah kebiasaan Valerie. Sementara Ice yang mulai sadar dirinya ditinggal pun berdecak kesal, padahal dia belum bertanya soal pernyataan Valerie di lorong tadi. Tapi yaudahlah, ini namanya takdir.

Halah takdir, bukannya apa-apa Ice itu sangat-sangat tidak suka ditinggalin apalagi pas dianya masih ngomong. Nama-nama binatang tak lepas dari mulut Ice, semuanya ia absen. Thorn yang barusan datang pun tak kuasa menahan rasa penasarannya, "ada apa Ice?"

"Ohh Thorn? Tidak, tidak ada.. yasudah ayo kita makan!"

"Uhhh okey?"

Memilih tidak menanyakan lebih lanjut, sebab Thorn tau bahwa Ice butuh privasi. Ia tidak menuntut Ice untuk memberi tau semua rahasianya hanya karena mereka adalah sahabat. Thorn adalah tipe orang yang tidak kepo, tidak matre, dan yang lebih penting tidak menerima ada apanya melainkan menerima apa adanya. Bukankah Thorn sangat termasuk tipe sahabat idaman?

Meskipun dibesarkan di lingkungan yang sangat kejam, tapi Thorn tidak pernah mencontoh perbuatan kasar seseorang. Yang Thorn lakukan adalah mengamati target dari pelaku dan mencoba untuk melakukan sebaliknya jika target merasa tidak nyaman atau sakit. Sungguh Ice sangat bangga memiliki sahabat seperti Thorn, tunggu ia ingat sesuatu.

"Thorn, apa kau senggang sepulang sekolah?" Thorn mengetukkan jarinya di dagunya, seolah tengah berpikir serius. Jika dipikir-pikir ini bukanlah hari libur, di hari ini ayahnya pasti akan lembur. Juga ia tak pernah menghabiskan waktu bersama Ice, baiklah apa salahnya? Toh pekerjaan rumah sudah ia urus kemarin. Kapan lagi ia bisa refreshing? Jika memang Ice mengajaknya liburan sebentar sih.

Baiklah, "um sepertinya iya, apa Ice mau mengajak Thorn ke suatu tempat?". Tepat sasaran! Ice dengan riang mengangguk kan kepala nya. "Benar, aku ingin pergi ke mall untuk berbelanja.. sekalian kita bisa main timezone, refreshing ygy", mendengarnya Thorn sedikit murung. Bukannya tidak suka, hanya saja uang sakunya tidak akan cukup untuk kesana.

"Tenang saja, aku yang traktir", binaran bahagia Thorn tunjukan. Ice yang melihatnya hanya terkekeh, "terima kasih Ice, btw bukannya belanja itu kebiasaan cewek.. kenapa Ice mau belanja?". Ice tersenyum misterius, sahabat nya ini memang sangat peka. "Kau akan segera tau, hihi~", tiba-tiba bulu kuduk Thorn meremang. Apa iya sahabatnya sedang kerasukan kunti bolong? Di siang hari?

Atau mungkin Ice adalah seorang psikopat? Sudah menghilangkan nyawa ribuan orang? Mimik wajah Thorn menatap horor Ice. Melihatnya Ice mendatarkan wajahnya, sungguh kenapa Thorn menganggap serius ekspresinya? Ice kan hanya mengikuti akting-akting seperti di tv. Lamunan mereka buyar ketika mendengar sorak-sorakan dari para perempuan. Disana ada Blaze, kakaknya dan para antek" nya memasuki kantin. Tunggu dulu, ada yang berbeda? Kemana Tania?

Mengenyahkan pikiran nya sementara, mereka mendatangi meja Ice dan Thorn. Sontak mereka berdua saling menatap lalu mengendikkan bahu masing-masing. Tiba lah mereka pada meja Ice, Blaze menatap mereka mengisyaratkan sesuatu lalu mereka pun menganggukan kepalanya serentak. "Kami minta maaf Ice!" Secara bersamaan mereka membungkuk kan badan mereka.

Ice memelototkan matanya, "duduk dulu" mereka pun menuruti kemauan Ice. Ice menggelengkan kepalanya, "anjir malu bangettt, kalian sihh". Bagaimana tidak? Kini seluruh atensi kantin terpusatkan pada mereka. Sementara pelaku hanya mengendikkan bahunya acuh, mereka sudah terbiasa.

Lagi Ice memelototkan matanya melihat mereka acuh. Iya mereka terbiasa, tapi Ice?! Malu woy! Ekspresi Ice bukannya terlihat seram, tapi malah terlihat lucu di mata Blaze. Adiknya bisa lucu juga ternyata? Blaze ingin sekali menggigit pipi milik Ice. Tetapi seperti kata pepatah, janganlah menggigit pipi adikmu karena kamu pasti akan dianggap pedofil dan brocon.

"Jadi, kenapa kalian meminta maaf?"

"Soal kemarin, kami menuduhmu membully Tania tanpa menyelidiki kebenarannya.. kami menyesal Ice" itu adalah Solar, yaa Solar adik dari Thorn. Mereka bersikap saling tak mengenal di sekolah, itu bukan kemauan dari mereka melainkan dari sang ayah. Ayah Thorn bilang dia malu mengakui Thorn sebagai anaknya, entahlah Thorn dan Solar tidak tau penyebabnya. Sementara Solar sendiri, ia tak mampu membantah perintah ayahnya meski dia tau ayahnya tak pantas disebut ayah.

Ice menatap Thorn meminta jawaban, sementara Thorn hanya mengangguk dan tersenyum manis. Solar tertegun, meski kakaknya meminggul rasa sakit yang berat ia masih bisa tersenyum. Rasa bersalah mulai mendatangi hati Solar, namun ia bisa apa? Ia hanya bisa mendukung Thorn dari balik layar.

"Tenanglah, kalian sudah ku maafkan... Tapi jika kalian mengulanginya lagi, tak kan ada kesempatan kedua, paham?" wajah Ice berubah menjadi suram dan datar, membuat mereka yang ada di kantin merinding. Aura Ice sangat menakutkan bahkan melebihi aura milik Blaze, sangat menakutkan.

Tanpa sadar mereka mengangguk dengan tubuh yang menggigil ketakutan. Namun mereka berterima kasih, karena setelahnya ekspresi Ice kembali ceria seperti semula. Mereka akan selalu mengingat ini, dan berusaha tidak mencari gara-gara dengan Ice. Ayolahh, mereka juga manusia yang memiliki rasa takut.

Dibalik itu, seorang perempuan melirik semua kejadian tadi dengan smirk. Ia menelfon seseorang dan tak lama panggilan pun terjawab. "Hm?"

"Rencana bagian satu sudah tuntas nona"

"Bagus, bagian dua"

"Siap nona"










Tbc
Saya berusaha keras untuk tidak diketahui bunda, karena jika iya.. pasti hp saya akan di sita:D

Pukul berapa nih readers baca chapter ini?

Dan kira-kira siapa ya yang ngintip tadi?

Ada yang bisa nebak?

Ikuti terus ceritanya yaa~

Jangan lupa vote, komen, dan tambahkan ke perpustakaan kaliann!

Tandai donk typonya✅✅

See you>>

Update: Sabtu, 25 juni 2022
Next update: idk?

Renjana Jumantara - BF³Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang