Ruangan kerja dengan nuansa jingga gelap adalah salah satu hal menenangkan untuk seorang gadis di dalamnya. Selalu saja, warna itu membuat mood nya meningkat. Namun entah kenapa ia kurang menyukai warna mencolok, oleh sebab itu ia menggunakan warna marmalade. Warna yang tidak terlalu gelap namun juga tidak terlalu mencolok.
Pintu diketuk beberapa kali, sang gadis pun memberikan izin untuk masuk. Sesaat masuklah seorang gadis dengan setelan sekertarisnya, ia menyerahkan sebuah dokumen kepada Valerie. Benar Valerie, apakah ada yang sudah bisa menebak?
Valerie menerima nya lalu menaikkan alisnya ke pada si sekertaris, beruntung si sekertaris bername tag Aqish itu sudah berpengalaman. "ThunS dan QiXe Companny meminta kerja sama, dan bisakah kau berbicara? Kau terlihat seperti orang bisu", Valerie memutar bola matanya malas. Aqish adalah sahabatnya sejak kecil, oleh sebab itu Aqish sangat akrab dengan Valerie. Keluarga mereka pun juga memiliki tali silahturahmi yang kuat karena pengaruh persahabatan mereka.
Ini semua di awali ketika Aqish masih berumur 5 tahun dan Valerie yang memang lebih tua satu tahun dari Aqish saat itu berumur 6 tahun. Pada saat itu orang tua Aqish mengajak Aqish pergi ke taman untuk piknik bersama. Tentu saja Aqish sangat senang, ia bermain kesana kemari dengan orang tuanya yang masih menata makanan dan camilan yang mereka bawa. Sampai pada saat Aqish berada sedikit jauh dari mereka, mulut Aqish dibekap oleh seseorang.
Orang itu membawa Aqish menjauh agar tidak ketahuan oleh kedua orang tua Aqish, Valerie yang kebetulan sedang berjalan-jalan di taman sendirian melihat Aqish di bekap. Dengan keahlian bela diri yang diajarkan kakaknya, ia menendang punggung orang itu sampai si penculik mengaduh kesakitan. Melihat ada kesempatan Aqish menggigit tangan sang penculik lalu menginjak kakinya dan pergi menghampiri Valerie.
Sang penculik masih tidak mau kalah, pada akhirnya Valerie dengan segenap jiwa dan raga pun menendang masa depan si penculik. Si penculik meraung kesakitan hingga guling-guling di tanah, raungan itu terdengar hingga ke telinga kedua orang tua Aqish yang mulai khawatir pada anak mereka. Mereka pun mendatangi tempat itu karena penasaran, alangkah terkejutnya mereka menemukan anaknya sednag memeluk seorang gadis yang mungkin sedikit lebih tua dari anak mereka.
Mereka juga melihat orang berbaju serba hitam sedang kesakitan dan mereka pun menyimpulkan sesuatu lalu segera menghubungi polisi. Sejak saat itulah Aqish bersahabat dengan Valerie, bahkan mungkin lebih dari itu maksudku bersaudara. Mereka saling menjaga satu sama lain layaknya adik dan kakak. Berakhirlah Aqish berjanji mengabdi pada Valerie disaat Valerie sudah sukses, dan janji itu masih bertahan hingga sekarang.
"Hmmm baiklah, tapi berikan sebuah syarat... jika ingin bekerja sama dengan baik, sepatutnya mereka mendatangi langsung diriku" Aqish mengeryit, lalu apa gunanya mereka mengajukan lewat dokumen. Fungsi melalui dokumen adalah aternatif jika ada kesulitan melalui pertemuan langsung antar perusahaan berbeda, jadi kenapa sahabatnya ini meminta bertemu dengan langsung? Kecuali-.
"Kau memiliki rencana baru?" Valerie bersmirk, "tentu saja".
○><○
"Thorn seriously? Ayolahh beli saja apa yang kamu mau, jangan berputar-putar layaknya kipas angin"
"Hahh kak, gapapa beli aja... nanti soal itu biar Solar fikirin"
"Perkataan yang sungguh ambigu"
"Diamlah Rey"
Sesuai perkataan Ice, kini mereka berada di sebuah toko baju dalam mall. Entah sejak kapan, Blaze mulai overprotective kepada Ice, oleh sebab itu ia mengikuti Ice layaknya bodyguard. Sementara Solar dan yang lainnya juga tidak mau kalah, mereka ikut juga dengan alasan 'setia kawan'. Tetapi tidak sesuai dugaan, Thorn malah berputar-putar mencari baju dengan harga yang katanya harus murah.
![](https://img.wattpad.com/cover/311026853-288-k972515.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana Jumantara - BF³
Teen FictionFanfiction Boboiboy elemental ke-tiga, cerita original dari saya! ••• TAHAP REVISI [disarankan membaca saat tahap revisi selesai.] Selama ini Taufan menjalani hidupnya dengan senyuman serta hal-hal yang menyenangkan. Ia tak pernah tau bahwa takdir r...