CHAPTER 4

205 11 0
                                    

WELCOME BACK MY STORY

SIAP UNTUK CHAPTER 2 PISTANTHROPOBIA ?

DONT FORGET UNTUK
VOTE AND COMMENT

THANKYOU KARENA UDAH
BERMINAT MEMBACA CERITAKU
YANG ALAKADARNYA.

KITA ABSEN DULU 💚🐣

READY ?

HAPPY READING GUYS

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


4. PISTANTHROPOBIA

"Rel ?"

Aurel memutar badannya, lalu menghampiri teman kerjanya yang menyiapkan bunga. "Nanti lo anter ke alamat yang di kertas ya, oh ya sekalian katanya Costumer request kartu ucapan, kan tulisan lo bagus, rapih lagi. Jadi lo aja, gapapakan ?"

"Oke," Sambil menunggu Delisa menyiapkan bunga, ia menulis surat di atasnya sesuai yang diperintahkan oleh Costumer. Pesannya dikirim lewat email, jadi Aurel tinggal menyalin saja.

"Kan sepeda lo kempes, jadi sementara pake sepeda gue aja."
Iya mengangguk, lalu menerima bunga yang diberikan Delisa. Ketika keluar, terdengar bunyi lonceng. Seorang pria berbadan tegap, dengan pakaian SMK masuk ke tokonya. Terlihat Delisa yang menyambut pelanggan. Aurel benar-benar tidak asing dengan wajahnya, namun dia lupa kapan dan dimana mereka bertemu.

"Rel tunggu," Sepeda yang baru saja ingin digoes ditahan olehnya. "Apa Del ?"

"Sekalian ya, lo mau kan antar ini lagi ? Please," Aurel hanya menerimanya lalu pergi tanpa mengucapkan apapun, bukannya marah namun tadi ia sempat bertatapan denga laki-laki SMK yang seragamnya sama dengannya.

Ah ya, Aurel ingat dia. Lelaki yang memberikannya jaket beberapa hari yang lalu padanya.

Sepedanya melaju cepat di jalanan yang dibangun khusus sepeda. Matahari sudah terbenam, Aurel tidak tau bagaimana kondisi adiknya dirumah. Mungkin sehabis ini dia harus meminta pulang lebih awal saja. Lagipula Aurel sudah bekerja sejak pagi.

"Tunggu," Sepedanya terhenti secara mendadak, huh hampir saja menabrak. Jika sepeda ini rusak bisa berabe, masalahnya ia tidak punya uang ganti. "Lo orang yang tadi siang kan ?"

"Mau kemana ?"

Aurel diam, lalu menjalankan sepedanya tanpa menjawab. Dia harus benar-benar menghindari pria ini.

"Kok gak jawab pertanyaan gua ?" Dia menyusul dengan motornya, yang dipelankan.

"Emang penting ?" Cillo tersenyum, akhirnya dijawab juga. "Penting banget malahan, lo mau kan jadi temen gua ?"

PISTANTHROPOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang