CHAPTER 5

235 12 3
                                    

5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

5. PISTANTHROPOBIA

Ini seminggu setelah Aurel diskors, dia menghabiskan waktunya untuk bekerja atau sekedar berjalan-jalan dengan adiknya dengan menggunakan sepeda. Perlu memakan banyak uang untuk menservis sepedanya.

Kakinya terus melangkah di koridor sekolah, kedepannya Aurel berharap kejadian waktu itu dengan Viona tak terulang lagi, atau Viona dapat memaafkannya.

Aurel memasuki kelas, bertepatan dengan bel berdering masuk. Jam pelajaran pertama akan dimulai, ia melihat sekeliling kelas yang tiba-tiba menjadi hening ketika Aurel memasuki kelas.

Aurel duduk di bangkunya, ia menatap nanar pada mejanya yang dicoret-coret dengan kata-kata kasar.
Aurel bukan perempuan lemah, dia hanya diam saja, biarkan saja mereka mencoret mejanya selagi tidak mengganggunya untuk belajar.

Bu Sri selaku Guru Matematika masuk. "Kumpulkan tugas kalian,"

Wajah Aurel panik, dia tidak tau jika ada tugas dari Buk Sri. Karena ketika bertanya kepada temannya lewat SMS mereka mengatakan jika tidak ada tugas.

"Kurang satu, yang belum mengerjakan silakan berdiri." Teriaknya menggema di seluruh kelas.

Mereka diam-diam melirik Aurel dengan mengulum senyumnya, terutama Viona yang duduk di belakangnya. Ia menendang kursi Aurel dari belakang, membuatnya terpentok meja.

"Aurel kamu kenapa ?"

"S-saya belom mengerjakan tugas Bu,"

"Kenapa ?"

"Ketika saya nanya sama temen sekelas, mereka bilang gak ada. Jadi, saya pikir memang gak ada tugas." Mereka semua mengumpat dalam hati pada Aurel, entah kenapa seminggu tanpa kehadiran Aurel membuat mereka berubah. Ya, Aurel merasakan itu.

"Apaan Bu, Aurel boong. Orang dia aja gak nanya," Sahut salah satu siswi.

"Diam kamu Renata ! Aurel kamu berdiri, silahkan keluar dari kelas saya !"

Iya mengangguk, namun ketika ingin berdiri roknya seperti menempel pada kursi.

"Aurel ? Cepat !"

Aurel memaksakan diri untuk berdiri, dia tidak ingin membuat Buk Sri marah lagi.

Srek

Terdengar bunyi robek, ia menahan rasa malu. Apalagi ketika semua temannnya tertawa, seolah ini adalah lelucon.

°°°

Aurel menoleh ke kana dan kiri, "Dimana ya lokernya," gumamnya, mengetuk jari-jari di di pipinya.

"Braxton, mana sih ? Kok gak ada ?" Ia memandang satu persatu nama yang tertempel di loker. "Ah, gimana ya ? Aku taro sini aja deh." Aurel meletakkannya di atas meja, beserta surat. Lalu segera bergegas pergi dari sana, sebelum ketauan oleh orang-orang.

PISTANTHROPOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang