CHAPTER 6

109 9 0
                                    

HAIIII SEMUANYAAAA
IM COMEBACK

SETELAH SEKIAN LAMA HIATUS
PASTI LAPAK INI SEPI YA ?

HAHAHA IM SORRY KARENA UDAH
NELANTARIN KALIAN

KARENA AKU MALESSS
DAN SELALU GAK ADA MOOD UNTUK
NGELANJUTIN CERITA INI.

TAPI YA, I KNOW AKU GAK BISA
TERUS KAYA GINI

DOAIN AJA SEMOGA GAK KUMAT LAGI
YA

HEHEHE

HAPPY READING BABY💚

DILARANG PLAGIAT⚠️

-

-

-

-

-


6. PISTANTHROPOBIA

"Hai, kita ketemu lagi."

"Kamu mau ngapain ?" Aurel menatap viona dengan was-was, perasaannya tidak enak. Aurel semakin berontak ketika Viona berjalan mendekati nya.

"Kebetulan, gue beli catokan baru, dan ini gatau bagus atau enggak. Jadi, lu mau bantu gue kan catokan ini bagus atau enggaknya ? By the way Lo yang pertama cobain catokan mahal ini, gue yang punya aja belom sama sekali. Jadi Lo mau bantu gue kan ?" Viona tersenyum, dagu Aurel diangkat keatas, sehingga tatapan mereka bertemu.

Entah kenapa badan Aurel malah bergetar, dia benar-benar takut dengan Viona, apalagi saat melihatnya yang tersenyum. Kedua tangannya segera dipegang oleh kedua antek-anteknya.

Melihat tidak ada jawaban dari Aurel, Viona merasa geram lalu menjambak rambutnya. "Kalau ditanya tuh jawab bego ! Guys pegang yang kenceng, awas kalau sampe kabur." Teriak Viona denga amarah yang memuncak.

Viona berbalik untuk mengambil catokannya lalu menempelkannya pada tangan Aurel, dan menjepitnya. Aurel berteriak kesakitan, sambil berusaha untuk berontak. "Sakit, Tolong siapapun tolong aku."

"Percuma lo cupu teriak ! Disini gak ada siapa-siapa." Viona semakin menjepit tangan Aurel dengan catokannya.

Darah mulai bercucuran, begitu juga dengan air mata Aurel yang terus keluar berusaha untuk menahan rasa sakit.

"Viona tolong berhenti, lepasin tangan aku, sakit."

"Jangan harap ! Lo tau ? Gara-gara Lo gue diomelin sama bokap gue. Lo tuh pembawa sial tau gak ? Satu lagi jangan coba-coba Lo ngadu ke guru, dan Lo bakal kena konsekuensinya ! Ngerti ?"

Viona menampar pipi Aurel dengan keras, "kalau gue tanya tuh jawab ? Masih belom ngerti juga ?"

"I-iy-a,"

"Bagus."

Viona melepaskan catokannya, terlihat pergelangan tangan Aurel yang melepuh dan mengeluarkan banyak darah. Viona dan anteknya yang melihat itu merasa jijik.

Renata menutup mulutnya, dia merasa ingin muntah. Viona memang benar-benar kejam dan sudah kelewat batas, namun Renata tidak berani menegurnya dia tidak ingin bernasib seperti Aurel dan korban-korban sebelumnya.

PISTANTHROPOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang