CHAPTER 7

141 8 3
                                    

PLAGIAT DILARANG MENDEKAT ⚠️

Jangan lupa untuk spam komennya ya

Keep enjoy, and HAPPY READING

.

.

.

.

7. PISTANTHROPOBIA

"Makasih ya," Braxton berdehem, dia meninggalkan Aurel di UKS sendirian setelah mengobati lukanya. Ini kedua kalinya pria itu menolong Aurel. Entah ini sebuah kebetulan atau bukan. Yang jelas, Aurel benar-benar bersyukur setidaknya tidak semua anak-anak disekolah ini membencinya, masih ada beberapa orang baik.

Matanya masih saja melihat pintu tempat hilangnya punggung pria itu. Pipinya terasa panas, dan jantungnya berdegup kencang lagi.

"Astaga, jangan bilang aku ? Gak, gak, gak boleh" Kepala Aurel digelengkan ke kanan dan kiri berkali-kali, berusaha menepis pikirannya yang sekarang juga ikut kacau.

Dia benar-benar tidak ingin berurusan dengan siapapun di sekolah ini, entah itu Braxton dan temannya yang lain. Aurel hanya ingin sekolah dan belajar dengan tenang, tidak boleh ada hasrat sedikitpun untuk ingin berpacaran. Pikirannya dulu, saat ini, dan masa yang akan datang harus belajar, belajar, dan bekerja. Agar dia bisa sukses kelak, dan mencari rumah sakit bagus yang bisa menangani penyakit ibunya.

Menurut Aurel cinta itu tidak penting, walau sebenarnya seisi dunia tercipta karena cinta. Tapi ini bukan saatnya dia memikirkan cinta, terserah kalian ingin menjuluki Aurel kutu buku, terlalu kaku, atau bahkan menyiksa diri. Namun ini memang benar-benar keinginannya dari lubuk hati.

Kini Aurel merebahkan dirinya diatas brankar UKS, yang ditutupi oleh tirai pembatas. Ia memejamkan matanya, hari ini benar-benar melelahkan entah itu fisik, hati, dan mentalnya. Aurel hanya berharap hari-harinya tenang setidaknya hanya satu hari, tanpa ada orang-orang yang membullynya atau menganggap nya anak yang aneh.

Pada dasarnya, dunia ini memang diciptakan hanya untuk orang kuat, yang memiliki kekayaan, dan Memiliki paras yang tampan atau cantik. Jika kalian memiliki ketiganya, maka hidup kalian akan benar-benar terjamin. Namun apadaya Aurel yang tidak memiliki ketiganya ?

Saat ini pikiran Aurel benar-benar sangat kacau, dimulai dari memikirkan alunan, ibunya, masalah sekolah, masalah keuangan keluarganya, semuanya bercampur aduk menjadi satu.

Jika difikirkan memang akhir-akhir ini Aurel tidak pernah lagi tertawa lepas, seolah-olah Dunia tidak ingin membiarkan nya bahagia walau hanya sedetik saja.

Air matanya menetes begitu saja, namun matanya masih terpejam.  Raganya memang sedang istirahat, namun tidak dengan jiwa dan pikirannya. Terlalu banyak masalah yang dihadapi Aurel akhir-akhir ini, rasanya Aurel tidak sanggup, dan ingin mengakhiri penderitaannya. Tapi, Aurel sadar dia tidak boleh menyerah begitu saja, ada Alunan dan Ibunya yang masih membutuhkannya.

"Kalau emang lu pengen nangis, nangis aja gausah ditahan-tahan." Terdengar suara yang tidak asing di telinga nya, namun Aurel lupa siapa pemilik suara itu.

Aurel membuka matanya perlahan dia menoleh ke kanan, ia melihat Saga-pria yang terkenal dengan sikap cueknya- pria itu duduk sambil bersender dengan headphone nya yang masih dia pakai.

Aurel melihat Saga lewat celah-celah tirai yang terbuka,saat ingin menutup tirainya dengan rapat, tangannya ditahan. Saga menoleh ke Aurel, "Jangan."

"Jangan apa ?"

PISTANTHROPOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang