14

15.4K 157 3
                                    

VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE VOTE

typo

.
.
.
.
.
.
.

Gibran membuka pintu apartemennya lalu langsung masuk ke kamar. Sesuai pikirannya gina pasti sudah tertidur, dan lihat lah anak itu masih memakai baju yang sama tadi sore. Gibran berdecik tidak suka tapi dia juga tidak berniat membangunkan anak itu.

Dia duduk di tepi ranjang menatap raut wajah gina yang tertidur lelap. Kembali dia teringat kejadian di sekolah saat hengki mengajak gina pacaran. Jujur dia tidak suka dengan kejadian itu, dia merasa itu ancaman. Tapi dia tidak mau mengakui kalau dia cemburu, kalau yang sebenarnya dia memang cemburu.

"Lo berhasil bikit gue nyaman." Kata gibran sangat pelan.

Gibran ikut merebahkan tubuhnya di sebelah gina dan memeluk tubuh itu erat mencari posisi ternyaman. Gina begitu berharga baginya, mereka memang tidak lama kenal. Tapi entah kenapa melihat gina di dekati hengki membuatnya kesal.

Dia gak masalah gina dekat sama siapa pun asalkan jangan hengki, dia selalu membenci anak itu dari dulu. Hengki yang membuat kedua orang tuanya berubah, dan hengki juga yang sudah mengambil kasih sayang orang tuanya. Gibran sangat membenci anak itu sehingga dia memutuskan untuk tinggal jauh dari orang tuanya.

Hengki tetangga gibran, mereka berteman dari kecil. Sangat akrap hingga satu kejadian di mana hengki memberi tau kepada orang tuanya kalau dia merokok dengan anak-anak nakal di belakang sekolah.

Gibran jadi membenci hengki saat itu, dia di pukuli ayahnya habis-habisan bahkan membuatnya tidak sadarkan diri. Dan saat dia sadar, hengki menjenguknya lalu berkata.

"Apa kau baik-baik saja?"

Semenjak itu gibran memutuskan tidak mempercayai siapapun. Gibran yang dulu nya sangat di sayangi kedua orang tuanya berubah saat kedatangan hengki di lingkungan keluarganya. Bahkan ibu juga datang ke kamar dan membeda-bedakannya dengan hengki.

"Kamu ibu biarkan berteman dengan hengki supaya kamu belajar agama dan tidak nakal, tapi ternyata di sekolah kamu melakukannya di belakang, mau jadi apa kamu haa!!"

"Ibu jangan di marahi gibrannya, mungkin dia penasaran jadi dia ingin mencoba."

"Kamu anak yang baik, kamu tau dia salah tapi kenapa baru kasih tau ibu soal ini?"

Gibran dia menatap luar jendela membiarkan dua orang asing yang ada di kamar nya melempar argumen yang berbeda.

Mengingat kejadian lampau membuat gibran sakit kepala, dia semakin memeluk gina sangat erat sampai membuat anak itu terbangun karena merasa sesak.

"Gibran, lo mau membunuh gue atau gimana, sakit tau." Protes gina sambil memukul bahu gibran.

"Diam." Gibran melonggarkan sedikit pelukannya tapi tidak mau melepaskan. Dia menyusupnyan wajahnya ke belah leher gina berusaha menutupi wajah kesalnya.

Gina juga begitu dia gak ambil pusing karena saat ini dia hanya ingin tidur.


........


Paginya gina terbangun dengan perut yang tidak enak, dia merasa mual-mual. Gina berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan sesuatu yang aneh ingin meneronos ke permukaan.

Hueeek

Hueeek

Hueeek

Sekuat apapun gina berusaha mengeluarkan isi perutnya tapi tetap saja yang keluar hanya air kental berwarna putih. Mungkin karena semalam dia tidak memakan apa-apa dan langsung minum bir atau mungkin efek dari dia minum bir setiap malam maka pagi nya dia selalu muntah.

WANITA PANGGILAN I WINTER✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang