23 END

12.2K 169 30
                                    

Typo

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari demi hari berlalu bahkan ujian akhir sudah terlewatkan, ini sudah seminggu setelah perpisahan mereka. Tapi gina dan gibran memilih tidak ikut perpisahan karena merasa itu gak penting. Mereka lebih memilih pergi ke bekasi ke tempat ibu gina tinggal.

Semua sudah membaik setelah kejadian pahit itu, rasa legah dan damai mereka rasakan apa lagi hengki dan suci selalu bersama mereka. Tidak ada lagi pertengkaran antara gibran dan hengki walaupun ada sedikit rasa waspada.

Terutama hengki, dia sangat waspada kalau di saat dia lengah nanti gibran malah melahap gina. Gak tau kalau di saat mereka pulang ke rumah masing-masing. Di setiap malam hengki sengaja telfon gina sampai subuh atau pagi mendatang. Hanya untuk memastikan gibran tidak melakukan aneh-aneh ke gina pada malam hari. Untung nya si nggak, mungkin karena gibran merasa di pantau terus sama hengki.

Begitu juga dengan gibran yang sekarang hatinya merasa lebih enakan saat gina menyuruhnya pulang bertemu dengan ibu nya. Awalnya gibran menolah karena sangat membenci itu. Tapi di luar dugaan saat gibran tiba di rumah sang ibu memeluknya sambil menangis seseguhan.

Bahkan ibunya hampir mau bersujut minta maaf di kaki gibran tapi gibran menahan nya lebih dulu dan kembali memeluk wanita tua cantik berambut keputihan itu.

Gina melihat gibran seperti itu tersenyum lebar, ini lah sisi lain gibran. Dari wajahnya dia sangat keras dan kasar tapi sebenarnya dia baik hati dan lembut hanya saja tertutup dan gengsi menunjukkan.

Semua berlalu gitu aja sampai sekarang, gina merasa belakangan ini hari-harinya begitu indah dan mengasikkan. Dan tiba lah saat nya dia yang merasakan kebahagiaan di dalam rumah. Bertemu dengan sang ibunda adalah suatu hal yang sangat di nantikan gina.

Saat ini dia sangat bahagia dan tidak sabar, kenapa waktu terasa begitu lama. Bahkan dia rasa sedari tadi gibran hanya berputar-putar tanpa tujuan.

"Apa masi lama?"

"Bentar lagi sampai, lo tidur aja dulu."

"Gue mau nemani lo nyetir aja ntar lo malah ngantuk gak ada teman ngobrol."

Gibran hanya diam dan tersenyum, gina sangat perhatian padanya. Jadi pengen nikahin kan.

Gak berselang lama akhirnya mereka tiba di tujuan, mereka langsung turun setelah gibran memarkirkan mobilnya di depan rumah yang sederhana tebuat dari papan biasa.

"Ayo masuk mungkin ibu ada di dalam." Ajak gina tapi gibran tetap diam karena ragu dengan ajakan gina.

Mereka datang ke sana bukan hanya sekedar bertemu ibunya gina tapi ada sesuatu yang ingin bereka katakan. Terutama gibran, dia ada niat lain untuk datang.

Gibran menyusul gina ke rumah itu, dia merasa sangat gugub sekarang. Mereka menunggu seseorang yang akan membuka pintu, saat pintu itu terbuka. Gibran melihat seorang wanita paruh baya dengan wajah pucat dan tidak bersemangat.

"Siapa yaa?" Ucap wanuta itu dengan suara berat karena kelelahan.

"Ibu." Gibran hanya mendegar gina yang memanggil nya ibu, ada guratan bahagia yang tergambar di wajah gina saat ini dan gibran baru menyadari ternyata gina itu bernar-benar cantik dan imut di waktu bersamaan.

"Gina! Sayang~~~ ibu mencari mu ke mana-mana, kenapa ngilang?" Beliau langsung memeluk gina, di situasi seperti ini gibran hanya bisa diam membiarkan ibu dan anak itu melepas rindu masing-masing.

"Maafin gina buu, gina butuh waktu sendiri." Balas gina sambil melesakkan wajahnya di bahu sang ibu.

"Astaga tuhan terima kasih, yaaa allah gina ibu sangat khawatir sayang." Sang ibu melepas pelukannya lalu menatap wajah sang putri dengan penuh haru.

WANITA PANGGILAN I WINTER✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang