21

7.2K 105 4
                                    

Di usahain cepat up eeeh malah gak ada ide, di undur2 terus up ny karna sibuk eeeh pas mau nulis lupa ide yang udah di rencanain emang dasar otak aku yang sempit ini😤😤😤

Typo

.
.
.
.
.
.

Sudah seminggu penuh gina di rawat di rumah sakit dan sekarang dia sudah berada di apartemen gibran. Sesampai di apartemen gibran langsung menyuruh gina untuk istirahat di kamar selagi dia mencari makan keluar.

Gibran merasa tersiksa saat di diami gina sepulang dari rumah sakit tadi, yaa dia akui itu salah nya sendiri yang merahasiakan kandungan nya.

Saat sebelum mereka di bolehkan pulang, dokter yang merawat gina memanggil mereka keruangannya. Gibran tidak berfikir kalau ternyata dokter itu menjelaskan tentang kandungan gina pada saat itu.

"Saya tidak tau teman nona sudah memberi tau tentang ini atau belum, tapi saya akan kembali mengatakannya supaya nanti nona tidak terlalu terkejut."

"Kandungan nona keguguran....."

Alangkah paniknya gibran saat itu, dia bukan takut di marahi gina. Tapi dia takut gina akan menggila setelah mendengar itu, apa lagi sampai saat ini gina masih diam gak mau bicara dengannya lagi.

Sebenar nya gina bukan nya marah atau sedih, dia cuma merasa gagal dan tidak tepat janji bahkan dia merasa gibran lah yang mendiaminya karena tidak becus menjaga kandungan nya sendiri.

Perasaan tak tenang di antara mereka membuat suasana canggung hingga selesai makan malam. Gibran yang menyibukkan diri dengan beres-beres dan gina memilih menonton tv saja.

Selesai mencuci piring gibran ikut bergabung dengan gina di depan televisi. Terpaksa dia ikut bergabung karena sudah gak tau mau membersihkan apa lagi. Semua ruangan sudah bersih, bahkan kamar mandi dan dapur tertata rapi olehnya.

Sudah beberapa menit berlalu bahkan jam sudah menunjukkan jam 11 malam. Karena tidak ada yang memulai percakapan membuat gina gelisah.

"Gue mau ke rumah ibu di bekasi." Ucapnya merasa bodoh karena tidak tepat untuk membicarakan ini sekarang.

"Oke kita pergi minggu depan." Jawab gibran.

"Kenapa harus minggu depan?" Suara gina sedikit meninggi karena merasa itu terlalu lama.

"Gue harus ke sekolah dulu minta perpanjangan libur, lo lupa yaa kita akan ujian nasional minggu depan dan gue minta untuk ujian susulan aja untuk kita berdua."

Gina diam mencoba mencerna ucapan gibran, benar juga minggu depan mereka harus ujian nasional.

"Gue ikut ujian dulu habis itu baru ke tempat ibu." Ucap gina pelan tapi masih bisah di dengar gibran.

"Lo yakin? Anak-anak pasti menyerbu lo dan bertanya berbagai macam."

"Gak masalah, lo selalu di sisi gue kan? Gue tau mereka pasti banyak bertanya apa lagi melihat wajah gue ini." Bekas luka dan lebam keunguan masih terlihat jelas di wajah hingga leher. "Apa lagi hengki."

Gibran diam saat gina menyebut nama hengki, kenapa selalu nama anak itu yang di sebut setiap percakapan mereka.

"Lo selalu memikirkan nya ternyata." Gina bingung dengan maksud ucapan gibran.

"Apa?"

"Hengki, lo selalu bawak-bawak anak itu saat kita bicara." Gibran diam sejenak sebelum kembali bicara. "Lo suka sama dia?"

Bingung dong gina dengan pertanyaan gibran barusan, ini gibran lagi sensian kayaknya wajar aja dari tadi dia diam gak mau bicara.

"Serius lo nanya itu ke gue?" Tanya gina dengan wajah gak percaya dan menahan tawa yang ingin meledak.

WANITA PANGGILAN I WINTER✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang