MAYA
"Everything You Didn't Say"○●○
Kami menunggu di tempat penjemputan; ibu dan ayah masih berargu mengenai suap mereka kepada Gideon.
Aku dan Gideon bersandar di depan mobil, mengamati orang-orang yang keluar masuk pintu bandara bersama dengan keluarga mereka.
Rasanya aku ingin muntah. Ayah dan ibu tidak mempermudah penjemputan ini. Ibu kandungku masih ada di dalam bandara, itu yang ibu katakan kepadaku saat dia mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil.
Apa yang akan aku katakan kepada ibu kandungku saat aku menemuinya? "Halo, Bu", "Selamat datang lagi", "Bagaimana penerbangannya?" Aku berharap pertemuan ketiga kami ini tidak secanggung pertemuan pertama dan kedua.
Aku ingat saat lulus dari akademi, ibu kandungku duduk di sebelah ayah dan ibu yang sibuk bersorak-sorak kepadaku. Kami hanya saling diam saat kembali ke apartemenku. Kami sering mengirim surat dan aku berbicara mengenai hal yang sangat umum kepadanya, mulai dari hari-hariku dan apa yang aku lakukan. Aku tidak pernah memberitahukannya mengenai masalahku, mungkin karena ini kami tidak terlalu terikat.
Pertemuan kedua terjadi saat aku membuka toko rotiku di Seattle. Ibu kandungku merupakan pelanggan ketiga setelah ayah dan ibu berargu untuk menjadi pelanggan pertama. Kami saling berbincang mengenai rencanaku ke depannya, lalu kami juga membicarakan mengenai masa sekolah ibu kandungku. Pertemuan kedua ini membuatku lebih lega saat bertemu.
Sayangnya dua pertemuan ini hanya berlangsung singkat. Aku tahu ibu kandungnya hanya dapat mengunjungiku dalam maksimal tiga hari. Ia harus bekerja setiap hari di Indonesia untuk membayar pajak dan tempat tinggalnya. Aku bahkan tidak tahu di mana dia tinggal, yang aku tahu dia bekerja di pabrik sebagai pemroduksi, karena itu pekerjaannya sangat berarti untuknya.
Selain itu dia juga bergabung dengan tim pekerja sosial yang menangani tindak kekerasan seksual di sana. Aku lega saat dia mengatakan jika semua orang di dalam timnya tidak terlalu memperdulikan jika ia pernah masuk penjara.
"Jadi bagaimana kita menemukannya?" Gideon melepas kacamata hitam yang dikenakannya sebelum meletakkannya ke sela kaosnya.
Aku mendengus, melipat kedua tangan di depan dada. "Entahlah. Aku rasa kau tidak dapat menemukannya. Aku yang harus bekerja ekstra sementara mereka masih berargu." Aku menggumam, melirik ayah dan ibu yang samar-samar terkikih di dalam mobil. Sangat tidak membantu.
Gideon berdecak, dia bersandar lebih dekat denganku di mobil, membuatku menarik napas dengan cepat ingin menjauh darinya. Ya Tuhan ... aku dapat membau tubuhnya. Bau parfum mahal dicampur dengan AC mobil, selalu jadi ciri khasnya.
"Jika kau beritahu aku tentang deskripsi ibumu, aku mungkin dapat membantu ... jika kau tidak keras kepala, tentu saja." Gideon mencondongkan tubuhnya ke depan wajahku sambil menatapku polos.
Aku berhenti bersandar, kini sepenuhnya menoleh ke arahnya sebelum menyibakkan poni. "Oke, Gideon ... cari wanita asia dengan rambut lurus hitam. Dia sedikit pendek, jadi dia akan tertutup dengan kebanyakan orang yang lewat."
Aku melihat Gideon yang mengernyitkan hidung. "Itu tidak terlihat spesifik. Apa kau tahu tentang aksesoris yang selalu digunakannya? Atau mungkin rambutnya dijepit atau tidak? Mungkin pakaiannya agak beda?" Gideon bertanya, membuatku menampar kening sambil kembali melirik kumpulan orang yang melintas di hadapan kami.
"Aku tidak tahu. Lagipula itu tidak berpengaruh." Aku menatap pintu, melihat seorang wanita yang berjalan mondar-mandir di depan pintu masuk. Rambut hitamnya dia gulung ke atas. Jaket tebalnya tidak sesuai dengan musim panas di Sacramento. Itu ibu kandungku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Visions of All the Things I Did [END]
Любовные романы🏅 The Wattys 2022 Winner in Romance 🏅 'Ambassador's Pick Valentine' reading list by AmbassadorsID 2023 🏅 Editor Pick from Wattpad HQ March 2023 Kecelakaan tersebut mendobrak kotak pandora yang sebelumnya terkunci rapat di dalam diri mereka. Akhi...