Sudah dua hari Yunhe tidak mau berinteraksi dengan kedua adiknya. Sekarang mereka tinggal entah dimana, Yunhe tidak tau.
Yunhe sudah mendengar rekaman suara Sakura yang berniat untuk mencelakainya, menghabisi nyawanya setelah melahirkan nanti karena Sakura tidak mau Yuta jatuh terlalu dalam lagi.
Meski tau akan hal itu, Yunhe merasa semua yang ia korbankan sama sekali tidak ada gunanya karena bahkan Hitomi sudah tidak melanjutkan kuliah lagi, Haruto juga tidak mendaftar kuliah. Lantas mau jadi apa mereka? Mau hidup sengsara seperti dirinya?
"Kak, makan ya" Hitomi mencoba membujuk Yunhe, sang kakak hanya makan sesendok dua sendok makanan padahal ia sangat membutuhkan nutrisi karena sedang mengandung.
"Aku, Haruto minta maaf. Aku gak mau kakak kenapa-napa" Hitomi kembali membujuk namun Yunhe belum luluh, sebenarnya Yunhe kecewa mengapa mereka gegabah mengambil keputusan? Kenapa harus menculiknya? Kenapa tidak bernegosiasi dengan Yuta? Yunhe yakin Yuta juga pasti tidak akan membiarkan Sakura menyakitinya.
Yunhe juga tidak tau bahwa ini rencana Asahi, sebelum kesadarannya pulih, Asahi sudah tidak bersama mereka juga ia meminta Haruto dan Hitomi untuk merahasiakan ini untuk beberapa saat.
Asahi memutuskan hanya mengantar mereka separuh perjalanan karena ia yakin Yuta akan curiga jika ia ikut menghilang bersama Yunhe. Tentu saja mereka sempat mengganti mobil karena jika tidak Yuta akan dengan mudahnya melacak, Asahi sempat melihat blackbox di mobil Yuta dan cctv di area parkir yang pasti menangkap mereka. Untung saja saat itu mereka memakai topi, hoodie masker jadi wajah mereka tidak terdeteksi. Asahi sudah mempersiapkan semuanya dengan matang.
🍒
Sementara itu, Yuta bak orang kehilangan arah selama seminggu ini ia terus merutuki dirinya, bagaimana bisa Yunhe di culik saat keluar rumah bersama dirinya? Apakah dia tolol atau bagaimana? Dan yang lebih membuat Yuta semakin hampir gila adalah Hitomi dan Haruto yang ikut menghilang tanpa jejak.
Atensi Yuta beralih kala handphonenya berdering, ia buru-buru mengangkat telepon, berharap mendapatkan kabar baik.
"Gimana?" Yuta menjawab telepon, ia langsung ke inti
"Yang kemarin ternyata bukan Nyonya Yunhe, tuan. Kita salah orang" ucap seseorang diseberang sana.
"Cari sampai dapat, jangan berani muncul di hadapan saya kalau kalian belum menemukan istri saya atau kepala kalian akan saya tembak sampai pecah! " Yuta dengan nada meninggi, ia melempar handphonennya hingga menabrak dinding, tentu saja hal itu membuat layar handphonennya retak tapi Yuta tidak perduli, ia harus menemukan Yunhe bagaimanapun caranya, dia membawa anak mereka dan gairah hidup Yuta!
Sama halnya seperti Yuta, Sakura juga mengarahkan anak buahnya untuk mencari Yunhe, enak saja dia pergi begitu saja sebelum keinginan Sakura tercapai. Tidak! Tidak bisa seperti ini! Sakura harus mendapatkan anak Yunhe bagaimanapun caranya!
"Kamu kok bodoh banget sih? Kamu jagain Yunhe gaksi? Kenapa bisa diculik? " Sakura menyalahkan Yuta, sedangkan Yuta yang di maki menatap Sakura dengan aura yang lebih menyeramkan. Sakura tidak pernah melihat Yuta semarah ini membuat nyalinya sedikit ciut.
"Kamu pikir aku mau Yunhe dan calon bayi kami hilang? Diculik? Kamu pikir aku tenang? Aku sekarang hampir gila asal kamu tau! " Yuta masih dengan amarahnya yang terus meluap-luap.
"Kalau kamu gak teledor, keselamatan Yunhe dan calon bayi kita gaakan seperti sekarang ini! Kita gatau Yunhe dimana, kita gatau motif penculikan ini seperti apa! " Sakura tidak kalah meluapkan amarahnya.
PRANG!!
Suara kaca pecah terdengar, Yuta meninju meja kaca yang berada di hadapannya. Darah dari tangannya mengalir menghiasi kaca yang semulanya berwarna bening menjadi merah berkat darah Yuta.Yuta tidak tau harus bagaimana sekarang, jujur saja ia takut Yunhe kenapa-napa. Apakah istri dan calon anaknya itu masih hidup apa tidak. Yuta takut, takut sekali apalagi semua ini juga salahnya, ia terlalu bodoh untuk disebut sebagai seorang suami.
Sementara itu diluar, Haruna gemetar seluruh tubuh. Sudah ia bilang bahwa keputusan Asahi ini akan berujung pada masalah besar namun saudara tirinya itu tidak mau mendegar.
Haruna juga bimbang, sekarang sudah terhitung seminggu. Yuta mengabaikan segala pekerjaan dan sekitarnya, kakaknya itu terlihat kehilangan arah dan terus diliputi amarah yang semakin hari semakin meluap. Yuta benci semua orang terutama pada dirinya sendiri.
Lalu, apakah lebih baik Haruna memberitahu Yuta saja? Tapi dengan begitu Asahi bisa mati ditangan Yuta, Haruna tidak mau hal itu terjadi.
Kenapa kehidupan ini begitu rumit?
🍒
Yuta kalau marah nyeremin ya🥺 hayoloh Asahi :')
-----
introducing
MIKI HONOKA as NAKAMOTO HARUNA
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KEDUA [Nakamoto Yuta]
FanfictionMeski dimata orang lain kamu adalah yang KEDUA, namun bagiku kamu yang UTAMA. Note : TYPO BERTEBARAN, MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA.