Prolog

856 52 13
                                    

"Selamat atas kerja keras kalian selama acara ulang tahun kampus ini. Dua minggu penuh acara berlangsung, dan kalian melakukan tugas masing-masing dengan sangat baik. Saya bangga sekali."

Teguh, Yesaya, Gita, Ifa, dan Sheevan menghela napas lega mendengar penuturan Bu Daisy, dosen yang menjadi ketua koordinator untuk acara ulang tahun Universitas Nusa Bangsa mereka.

Kelima anak muda itu saling memuji satu sama lain. Karena jujur saja, acara ulang tahun kampus kali ini sangat menguras tenaga dan pikiran. Apalagi mereka berlima menjadi ketua dari tiga rangkaian acara yang meramaikan dua minggu ulang tahun kampus.

Teguh, Yesaya, dan Gita menjadi ketua dari Pentas Seni Indonesia Bersinar. Ifa menjadi ketua panitia dari Shine and Love Mini Festival. Sheevan menjadi ketua panitia dari Pekan Olahraga Indonesia Bersinar.

Walau hanya ada tiga rangkaian, namun ketiganya pun benar-benar membuat kelima anak muda itu kewalahan dalam mengurusnya.

Untunglah mereka bisa saling diajak bekerja sama sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah.

"Gue udah ditungguin cowok gue nih. Duluan, ya." ujar Gita setelah membaca chat dari kekasihnya.

"Hati-hati, Git." ujar Ifa yang dibalas anggukkan kepala oleh Gita. Setelah kepergian Gita, Teguh pun menyusul pamit kepada tiga orang lainnya karena ingin menjemput kekasihnya yang merupakan kakak tingkat.

Tersisa Yesaya, Ifa, dan Sheevan di ruangan aula. Ifa dan Sheevan sih sudah siap untuk pergi dengan lengan kanan laki-laki berzodiak Sagittarius itu melingkari leher kekasihnya (re: Ifa).

Keduanya sedang menunggu Yesaya yang masih sibuk merapikan barang-barangnya.

"Yes, cepet, Yes. Lama banget sih lo." gerutu Sheevan. Pasalnya sudah sekitar sepuluh menit ia dan Ifa menunggu Yesaya beres-beres, namun tak kunjung selesai juga.

"Sabar, anjing. Susah nih masukin stick drum ke tas gue. Udah penuh banget buset." jawab Yesaya. Memang sih keliatan banget laki-laki yang sering mengcover lagu itu kesulitan dalam memasukkan stick drum ke tas ranselnya.

"Sini gue bantuin." ucap Ifa seraya mendekati Yesaya. Kemudian membantu sahabatnya dengan cara menekan-nekan barang yang ada di dalam tas agar tersisa space. Setelahnya, Ifa memasukkan stick drum ke tas lalu mengancingnya.

"Selesai." Ifa menatap Yesaya yang mulutnya terbuka lebar karena takjub dengan apa yang dilakukan gadis itu.

"Kenapa sih cewek jago banget nyusun barang kek begini? Kayak bisa sampe dimasukin loh padahal udah gak muat." celoteh Yesaya seraya berjalan beriringan bersama Ifa dan Sheevan.

"Soalnya cewek tuh pake logika dan sabar. Punya pacar makanya, Yes, ntar lo juga tau sendiri."

"Lah bukannya emang udah pernah punya pacar, ya? Tapi udah putus, by."

"Oh ya? Masa sih? Putus kapan tuh?"

"Anjing lo berdua."

Ifa dan Sheevan sontak tertawa mendengar umpatan yang dilayangkan Yesaya. Entah mengapa sepasang kekasih ini kerap kali meledek Yesaya yang kini berstatus 'jomblo'.

Padahal, kan, gak ada yang salah dengan jomblo. Benar?

"Gue tau lo masih sayang sama Cici. Dan gue tau si Cici masih sayang sama lo. Balikan aja apa susahnya, sih?" ujar Ifa sambil menatap Yesaya yang menghela napas.

"Gabisa. Gatau kayaknya gue sama Cici udah gabisa bareng lagi." jawab Yesaya lempeng. Melihat itu, Sheevan menepuk bahu sahabatnya beberapa kali.

"Kalo jodoh, pasti balik lagi, kok. Lo yang sabar, ya." ujar Sheevan. Yesaya mendengus, "iya gue mah emang sabar. Tapi bisa gak STOP MUKUL BAHU GUE, ANJING. LO KIRA GAK SAKIT?!"

[✔] Holiday Tragedy | 02lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang