Chapter O4

113 36 8
                                    

"Anjirrr. Antriannya rame banget buseeet." ujar Ifa setelah mereka berenam belas sampai di sebuah wahana yang biasa disebut Tornado.

"Mungkin karena weekend, makanya rame begini." sahut Gita. Memang mereka datang ke taman bermain ini di hari Sabtu dan seperti yang dibilang Gita tadi, karena weekend makanya antrian di beberapa wahana cukup ramai.

"Gue gak ikut ya, guys." ucap Elis yang melihat cara bermain wahana Tornado dengan tatapan ngeri. Ia merupakan pengidap achrophobia atau yang biasa disebut fobia ketinggian. Elis tidak bisa berlama-lama berdiri atau melihat sesuatu dari tempat yang tinggi.

"Iya gapapa, Lis. Lo duduk aja di kursi itu." ujar Cici seraya mengelus lengan Elis kemudian mengendikan dagunya ke arah sebuah bangku yang letaknya tidak jauh dari area mengantri wahana Tornado.

Elis menganggukkan kepalanya. Ia pun menatap sang kekasih yang sudah memelas, ingin menemaninya duduk disana. Karena sebenarnya, Evan juga tidak terlalu berani untuk wahana-wahana ekstrem seperti Tornado ini. Namun karena egonya sebagai laki-laki disentil oleh para sahabatnya, maka Evan pun dengan nekatnya mengiyakan untuk naik wahana Tornado ini.

"Mau ikut, Lis..." pinta Evan. Jujur, Elis ingin sekali menarik tangan kekasihnya itu agar ikut bersamanya ke bangku yang ada disana. Namun mulutnya malah berkata lain, "udah... Kamu ikut aja, ya? Satu wahana ini aja habis itu kamu gausah naik yang lain. Temenin aku duduk sambil makan gulali nanti. Gimana?"

Evan mengembuskan napasnya, sedikit kesal karena gadis itu malah bernegosiasi agar ia tetap naik Tornado. Laki-laki itu menganggukkan kepala kemudian menatap kepergian kekasihnya yang berjalan menuju sebuah bangku.

Setelah menunggu hampir satu jam untuk mengantri, akhirnya kelima belas anak muda itu duduk di wahana dan bergabung dengan pengunjung yang lain.

"Mas, ini sabuknya kayaknya kurang kenceng deh." ujar Evan saat seorang petugas berlalu dari hadapannya. Petugas tersebut menoleh lalu memperbaiki sabuk pengaman pada perut Evan.

"Sudah kencang, dek. Kamu pegangan saja di kursinya nanti, seperti yang lain." ucap sang petugas kemudian berjalan keluar dari wahana.

Evan menghembuskan napasnya perlahan. Kenapa hari ini jantungnya terus berdegup tak karuan, ya? Apalagi sabuk pengaman yang ia gunakan ini seperti sudah loss.

Suara seorang petugas yang menyerukan aba-aba karena Tornado akan segera bergerak. Wahana itu mulai bergerak dengan tempo yang lambat, kemudian kecepatannnya bertambah sehingga banyak pengunjung yang menaiki wahana tersebut berteriak.

Namun, tidak dengan Evan. Laki-laki itu memegang erat kedua pegangan kursinya sambil merapalkan doa dalam hati.

Ketika Tornado itu sedang memutar dengan sangat cepat, kursi yang Evan tempati terlempar jauh.

Kepala laki-laki itu menabrak sebuah tiang bendera hingga banyak darah yang keluar dari sana. Semua pengunjung yang ada di taman bermain itu terkejut. Mereka berteriak histeris saat mendapati kepala Evan robek terbagi dua.

Keadaan di taman bermain itu pun berubah menjadi kacau.

□□□

Maudy memeluk Elis yang masih menangis sesegukan setelah kejadian tewasnya Evan di taman bermain. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, para anak gadis sudah lebih dahulu di rumah, sedangkan para lelaki masih di kantor polisi untuk dimintai keterangan sebagai saksi.

"Lis, udah. Jangan nangis terus, ya? Lo udah nangis dari jam dua belas siang tadi, kasian badan lo butuh istirahat." ujar Cici seraya mengelus bahu sahabatnya itu dengan lembut.

"G—gu—hiks— Gue harusnya nahan Evan buat gak naik wahana itu, hiks... Tapi gue malah nyuruh dia buat tetep naik— gue jahat banget jadi pacar... hiks."

Ucapan Elis menyayat hati mereka semua yang mendengarnya. Memang bukan hanya gadis itu yang kehilangan Evan, tapi semuanya juga kehilangan laki-laki tersebut.

"But it's not your fault at all. Salah penjaga yang ada di wahana itu, Lis. Mereka gak ngecek atau ngasitau apa kursi yang diduduki Evan rusak atau enggak." ujar Gita.

Sonya yang mendengar penuturan Gita itu pun mengangguk setuju.

"Bener tuh. Lo jangan nyalahin diri lo sendiri, El. Lo tau kan Evan paling benci liat lo nyalahin diri lo sendiri padahal itu bukan kesalahan lo? Udah, ya? Jangan ngomong kalo ini salah lo, lagi. It wasn't your fault."

Keadaan menjadi hening karena Elis tidak menanggapi ucapan Gita dan Sonya. Hingga suara pintu rumah satu seperti diketuk membuat mereka semua saling bertatapan kecuali Elis.

"Siapa tuh? Anak-anak cowok?" tanya Ifa. Keenam gadis lainnya menggelengkan kepala.

"Gak mungkin anak-anak cowok. Tadi gue nanya ke cowok gue, katanya baru tiga orang yang diinterogasi." jawab Sonya sambil menggoyang-goyangkan ponselnya yang menunjukkan room chat nya bersama Nikol.

"Terus siapa...?" cicit Maudy seraya memeluk Elis lebih erat. Perasaannya kembali tidak enak saat tidak ada satu orang pun dari mereka yang tahu.

"Biar gue aja yang buka." ujar Gita seraya bangkit dari posisi duduknya.

"Jangan, anjir. Kita semua gatau itu siapa yang ngetuk! Kalo orang jahat, gimana?!" sentak Mone sambil menahan pergelangan tangan Gita. Namun kekasihnya Juanda itu melepas cekalan tangan Mone di pergelangan tangannya kemudian berkata, "tenang aja. Gue bisa jaga diri kok."

Walau Elis masih menelungkupkan wajahnya diantara kedua telapak tangan, namun entah mengapa ucapan Gita barusan terdengar sangat aneh di kedua telinganya.

Gita melangkahkan kakinya menuju pintu, hal itu membuat mereka bertujuh menjadi sangat khawatir.

Tidak ada suara setelah Gita membuka kunci pintu, entah lokasi ruang tamu yang agak jauh dari pintu utama atau bagaimana, namun yang jelas Ifa berdiri dengan ekspresi wajah yang sangat khawatir.

"Gak balik-balik si Gita, anjir! Dia kemana?!"

Ifa berjalan menuju pintu rumah. Terkejut saat melihat kosongnya halaman villa dan tidak menemukan presensi Gita disana.

"GITA NGILANG, WOY!!!"

Dan sontak teriakan Ifa itu membuat semua anak perempuan terkejut.

Gita menghilang, entah kemana.

▪︎▪︎▪︎

Ini tuh udah mulai masuk ke tebak-tebakan ya... Mungkin gak akan semisterius cerita thriller/horror yang lain, but i'll try as hard as i can do for this story wkwkwkwkwk.

Don't forget to give some feedbacks, like votes and comments, yaaa♡ It's really mean for me♡

Thank you!!!

[✔] Holiday Tragedy | 02lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang