。
。
。"Anda sangat bodoh ya, nona?"
--Dazai--"Ngaca bambang! "
--[Name]--。
。
。Udara dingin membekukan itu bersentuhan dengan kulit pria itu. Seorang pria yang berjalan di tengah hujan. Berharap menemukan makanan untuk mengganjal perutnya yang lapar.
"Kalau ada Kunikida-kun, aku bisa minta bantuannya saja." gumamnya kesal.
Netra itu bergerak cepat saat udara semakin membeku. Mulai turun seiring dengan waktu yang kian maju.
Tangannya mengepal erat di dalam saku mantelnya.
Gerutu kesal tak lepas dari mulutnya. Kalau saja ada junior [Baca: Babu] berharganya, dia bisa saja memintanya membelikan sesuatu untuknya.
Saat berjalan menuju toko roti, dia akan melewati jembatan yang bawahnya merupakan sungai dengan arus cukup deras.
Pria itu tersenyum licik.
Dia bisa mati!
Kesenangan itu membuatnya melangkah setengah berlari saat menuju jembatan itu.
Nafasnya agak terengah, begitupun suhu tubuhnya mulai menjauhi kata beku. Keadaan pria yang bisa dibilang ikemen itu menjadi cukup baik.
Kecuali perutnya yang masih terasa agak perih akibat tidak makan seharian.
Itu agak menyakitkan sekarang.
Tapi, antusiasme yang bahkan mengalahkan rasa lapar itu hilang saat melihat sesosok dengan pisau panjang di tangannya.
Berdiri diatas pembatas jembatan.
Mulai mencoba mencoba menusuk perutnya sendiri.
Seketika, perutnya mual. Matanya melebar dan tangannya gemetaran. Apa yang perempuan itu lakukan?! Naon woe?!
Pria itu tak lagi peduli. Dia takut melihat orang itu akan mati. Dan cara mati itu akan menyakitkan pastinya.
Dia tak mau.
Dia tak mau jika nasib wanita itu akan berakhir seperti itu.
Tangannya segera menarik sosok itu dalam dekapannya. Sementara tangam lainnya segera mengamankan pisau itu agar sosok itu tak bisa mencoba melukai dirinya sendiri lagi.
Niatnya, Pria bernama Dazai tersebut akan membawanya ke rumah sakit saja.
Tapi dia terkejut saat melihat wanita itu menatap kesal padanya.
"Kenapa malah menolongku?! Tuhan hampir saja mengampuni dosa-dosaku!" seru wanita itu. Masih dengan ekspresi kesal yang anehnya menawan.
"Jangan bodoh, nona! Anda bisa mati tadi!" Dazai menatap serius wanita tadi.
"Ahh, tidak masalah. Saya hanya ingin menebus dosa saya. Tapi memang seharusnya, saya bunuh diri ditempat lain saja. Disini terlalu mencolok, rupanya." lirihnya pelan.
Sumpah astagon dragon. Wanita ini kenapa woe?!
Tapi Dazai menjadi penasaran dengan wanita itu yang berekspresi begitu tenang.
Apa yang wanita ini hadapi sih?
"Tapi kalau anda mau tadi, anda bisa langsung lompat ke sungai. Tapi mengapa---"
"Saya ingin menebus dosa saya. Tadi itu seperti ritual seppuku, kan? Rasa sakit yang membuat manusia menderita itu, menarik lhoo.."
Dahlah mbak ini stres emang.
"Nona, kalau mau bunuh diri tolong jangan sekarang, bagaimana kalau bersama saya saja, nanti kita akan bunuh diri bersama." tawar Dazai tak lupa dengan senyum hangatnya.
"Ah, boleh saja. Jika anda berjanji pada saya."
"Saya berjanji." Dazai berkata puas. Baru kali ini seumur hidupnya, ada wanita cantik yang ingin dia ajak bunuh diri.
"Tapi nona, kalau mau bunuh diri dengan rasa sakit, anda sangat bodoh, ya?"
Wanita dengan sorot hampa itu tersenyum tenang. Meskipun urat urat kekesalan mulai menghiasi wajah ayunya.
"Ngaca bambang!" katanya. Mengakhiri percakapan unfaedah antara mereka berdua.
Senyum keduanya menjadi akhir dari chapter ini. Disertai dengan kabut yang mulai turun.
Aku ingin mengenal gadis menarik ini. Apa dia... Tidak takut mati?
・
。・。・
Capek saya.
Mohon votenya
KAMU SEDANG MEMBACA
!ーDazai Osamu x Reader [COMPLETE]
Fanfiction°¬°¬°¬°¬°¬°¬°¬°¬° 。・。・。 <><><><><><><><><>・・・・> "Haha, iya, iya. Aku akan bunuh diri bersamamu setelah menyelesaikan tugasku." --[Name]-- "Ayo bunuh diri ganda, [Name]!!!" --Dazai Osamu-- Dua maniak bunuh diri yang amat terkena...