TWO

172 18 3
                                    

。。。"Tuan, saya lapar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Tuan, saya lapar."
-[Name]-

"Ngutang dulu, ya?"
-Dazai-


Kedua manik hazel itu masih menatapi makhluk di depannya. Seorang Wanita yang masih memasang senyum indah tanpa cela.

Dazai terdiam. Dia akan membawa wanita ini ke rumah sakit. Entah apa yang terjadi pada wanita ini sehingga memutuskan untuk bunuh diri.

Tangannya meraih pergelangan wanita itu. Menariknya agar bangkit dan mengikutinya.

"Ayo, nona. Kita ke rumah sakit saja." Dazai berkata tegas. Menunjukkan ekspresi serius yang hanya ditanggapi senyuman oleh sang nona ayu.

Oke.

Rasanya Dazai mendengar sesuatu. Dia menatap curiga wajah wanita itu yang tampak tersipu. Manis.

Tak lama, manik [h/c] milik sang nona menatap lurus pada Dazai. Tatapan serius yang sebenarnya tak cocok untuk keadaan itu.

"Tuan! Sejujurnya..." Wanita itu menautkan kedua alisnya. Tampak sangat serius. "Saya lapar!!"

Woasu emang.

Dazai menatap datar pada wanita yang tadinya menawan. Terheran dengan ekspresinya sekarang.

"Tolong antarkan saya ke rumah makan!!" Kata wanita itu balik ke sifat anggun dan menawan kek bebek.

Dazai terdiam. Sebagai gantinya, dia mengangguk pelan. "Aku traktir nanti." Katanya dengan PeDe.

Sang nona ayu hanya tersenyum. Membiarkan Dazai menggandeng tangannya. Menyalurkan kehangatan yang sempat membuatnya lengah.

Dazai menuntun wanita itu menuju rumah makan. Melewati jembatan, merapatkan mantel yang dia pakai.

Atensi dari netra hazel tertuju pada pakaian tipis dari sang nona ayu. Dia hanya mengenakan kaus panjang tanpa jaket yang merupakan perlindungan saat cuaca dingin.

Tangannya meraih mantelnya. Meletakkan mantel di bahu sang nona.

Nona berparas ayu tersebut hanya tersenyum seperti biasanya.

"Terimakasih, tuan."

"Bukan masalah, emm----siapa namamu?" semburat merah muda muncul pada pipi Dazai tatkala menyadari dia lupa menanyakan nama sang nona.

"Hanagasaki [Name]. Maaf, lupa memberitahu." kata [Name] dengan sopan.

Note Author: gw cuma ngarang namanya. Gw ga tau artinya yah.

Lagi-lagi, keduanya terdiam. Sebelum Dazai dengan sok kegantengan berkata. "Yosh! Namaku Dazai Osamu." meskipun tampaknya dia mengatakan seperti perkenalan normal, mbak [Name] tak bisa mengabaikan tingkah mas Dazai yang sok sokan.

Untung ditraktir ygy.

Kalo g Dazai udh ditampol ma mbak [Name].

Perempatan imajiner muncul pada raut wajah milik [Name]. Kekesalan dan aura gelap mulai menguasainya. Untung saja ditahan oleh keinginan untuk ditraktir makan.

"Anoo, Dazai-san. Kita akan makan dimana?" tanya [Name]. Dia agak khwatir saat melihat tingkah kurang waras si Dazai.

"Warung pecel."

Author: WOE!! SRIUS DIKIT NAPA?!

"Ada rumah makan lezat di sekitar sini." Dazai tersenyum dengan wajah pucat.

Mbak Author serem soalnya.

Author: DAZAI!!!

Mirip mirip mas Kunikida.

Author: Dahlah capek gua.

"Ahh, begitu, ya?" manik [h/c] milik [Name] mengerjap pelan. Menimbulkan kesan menawan.

Langkah Dazai berhenti. Gantian menatap kedai kumuh kecil yang ada di depannya.

"Kita makan disini saja." kata Dazai ringan tanpa dosa.

Urat kekesalan mulai muncul di wajah mbak [Name]. Yang untungnya, dia tahan dengan senyuman.

Ditraktir, yang penting ditraktir.

"Ayo masuk, [Name]." Dazai menggenggam tangan [Name] mengajaknya masuk ke dalam kedai.

OMAKE

"Emm---[Name], kamu yang bayar, ya?" Dazai bertanya ringan. Tanpa beban. Tanpa memperhatikan aura membunuh yang sudah [Name] tunjukkan.

"HUH?! KENAPA HARUS AKU YANG BAYAR, DAZAI? HEI, HEI, HEI~KAU TAK PUNYA UANG, DASAR A**!! B***!! MONYED!!"

Singkatnya, Dazai pun tidak bisa bekerja di agensi selama seminggu akibat terluka parah.

Gadis ini sangat kuat, ya.

・。・。・

Silahkan voteny.
Mksh.
Capek saya.

!ーDazai Osamu x Reader [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang