Seorang gadis lari terburu-buru dari kejaran seorang pria yang tidak dikenalinya, karena salah belok gadis tersebut masuk dalam gang sepi tak berpenghuni harusnya mengikuti jalan lintas dan bisa minta tolong pada orang yang lewat atau menghentikan taksi setidaknya. Berlari sambil menoleh ke belakang, laki-laki yang mengenakan topi dan masker masih terlihat olehnya. Jantungnya memburu setiap ada lorong ia masuk berharap ada seseorang yang bisa dimintai tolong.
Ketika melihat sebuah pintu gadis itu masuk, ternyata sebuah toilet. Sengaja ia tidak menutup pintu agar saat laki-laki itu lewat tidak curiga dengan bunyi sesuatu. Di belakang pintu ia bersembunyi jantungnya kian berdegup kala derap langkah terdengar dan semakin dekat dengan posisi persembunyiannya. Mengambil ponsel dalam tas dengan yang menghubungi seseorang yang segera bisa membantunya, tangannya bergetar ia sangat ketakutan.
Dan….."Prang-prang!!!!"
Telinga gadis itu berdengung, pukulan seng begitu dekat dengannya. Dengan cepat gadis itu membungkam mulutnya kala sadar itu menemukan dirinya.
"Aku bisa menusukmu dari sini, jadi keluarlah."
Ancaman itu membuat gadis bernama Noura Azkiya terpaku HP dalam genggamannya ikut jatuh.
"Jadi kamu ingin mati di tempat menjijikkan ini?"
Noura mengeluarkan satu langkah kemudian selangkah lagi hingga tubuhnya muncul dari balik pintu toilet itu.
Ia tidak berani menatap laki-laki yang mengejarnya sejak dia keluar dari area kampus.
"Kenapa lari?" pria itu tidak tersengal seperti Noura. Ia sudah berjalan santai sebelum menemukan posisi gadis yang selama ini dicari olehnya.
"Siapa anda?" tergagap karena takut Noura perlahan mengangkat wajahnya melihat pria itu. Tubuhnya bergetar detak jantungnya juga belum normal.
"Kamu tidak mengenalku?"
Noura menggeleng matanya memerah mungkin sebentar lagi dia akan menangis.
Pria itu membuka masker-nya Noura yang masih takut semakin tidak berani menatap wajah pria itu.
"Lihat aku!"
Bentakan itu reflek membuat Noura mengangkat wajahnya.
"Ingat?"
Noura menggeleng, ia tidak mengenal laki-laki itu apa yang harus diingat oleh-nya?
Karena marah pria itu kembali memukul pintu toilet dan kini air mata Noura sempurna jatuh. Dia ketakutan dan mulai sesenggukan.
"Jadi kamu sudah melupakan?" sinis dengan sorot dingin mungkin pria itu siap mencekik Noura.
"Aku...." Noura tidak bisa melanjutkan kata-katanya, tangisannya juga berusaha diredam ia tidak mengenal bagaimana bisa mengingat orang yang tidak dikenalnya?
"Aku tidak percaya ini!" pria itu tampak frustrasi melihat gadis di hadapannya. "Aku orang yang kamu fitnah tiga tahun yang lalu!"
Teriakannya menggema di lorong sepi, lutut Noura lemas perlahan memorinya yang sejak tadi dipaksa bekerja ketika menghindar dari kejaran laki-laki itu perlahan mulai mengingat. Dipandanginya lekak-lekat wajah tersebut dan dia semakin terisak mengingat kejadian tiga tahun yang lalu.
"Aku yakin sekarang kamu sudah ingat."
"I-itu sudah la-lama."
"Benar, tiga tahun memang bukan waktu yang singkat dan berkat kamu aku sedang merasakan dinginnya hidup di balik jeruji!"
Rahang laki-laki itu semakin mengetat, wajahnya merah padam menahan amarah urat di sekitar pelipis jelas terlihat.
"Karena su-sudah lama ke-kenapa mengejarku?"
Lagi dengan tangan kirinya pria itu memukul pintu toilet, Noura berharap ada orang yang lewat dan membantunya. Sungguh, gadis itu sangat ketakutan.
"Lupa apa yang sudah kamu lakukan padaku?! bukan hanya suara pintu yang dipukul tapi teriakan laki-laki itu juga membuat telinganya berdengung.
"Aku tidak ingat...." lirih Noura dalam tangis yang semakin tak terbendung.
Dengan kasar pria itu menariknya keluar, tanpa lupa memungut hp di lantai toilet. Noura menjerit minta tolong berharap ada seseorang yang mendengar suaranya ia tidak sadar bukan dengan cara berteriak meminta bantuan karena suaranya tidak sekuat anggapan.
"Diamlah dan jalan seperti biasa atau kamu akan mati sekarang!" ancaman pria itu tidak main-main, sambil menarik Noura agar mengikutinya, ia kembali mengenakan masker.
Noura bisa merasakan sakit di pergelangan tangannya karena genggaman pria itu.
"Aku mau dibawa ke mana?" Noura tidak tahu area yang dilewatinya. "Tidak bisakah kita bicara baik-baik?" ia sangat memohon pada pria itu.
"Diam dan berhenti menangis!"
Di belokan ketiga gang itu masih tampak sepi Noura tidak tahu sudah sejauh mana ia berlari.
"Aku tidak mau." Noura melihat pria itu dengan tatapan memohon. "Aku minta maaf, tolong lepaskan aku."
Melepaskannya? Mimpi! Pria itu tidak akan mendengar permohonan Noura. Tiga tahun ia sudah menunggu, menjalani hukuman yang sebenarnya tidak pantas dijalani.
Dalam waktu tiga tahun itu juga banyak luka dan kesedihan, akan diungkapkan satu persatu pada wanita yang sudah menyebabkan hidupnya hancur.
Pintu mobil telah dibuka. "Masuk atau aku akan melemparkanmu."
"Kumohon----"
Noura tidak sempat menyelesaikan kata-katanya karena laki-laki itu sudah mendorongnya masuk dan menutup pintu.
Pria itu sudah cukup bersabar, ia tidak akan terkecoh. Dulu tidak bisa membela diri sekarang sudah bebas dan akan membalas semua perbuatan tidak adil yang dilimpahkan padanya. Dengan terpaksa laki-laki itu harus menanggung akibat dari kesalahan yang tidak dilakukannya, oleh orang-orang berpangkat dan berkuasa ia tidak diizinkan bersuara.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, ketakutan Noura bertambah. Ia tidak tahu ke mana pria itu akan membawanya.
Ia pasti sudah berada sangat jauh dari rumah kakaknya, Noura menangis lagi. Mengusap mata wanita itu melihat arloji bertali hitam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Sudah sangat sore, kakak pasti mengkhawatirkannya. Biasanya jam lima Noura sudah tiba di rumah sedangkan sekarang jarum jam sudah menujuk angka 17.30, bisa dibayangkan Noura se-panik apa kakaknya sekarang.
Di depan sebuah rumah sederhana mobil itu berhenti, Noura dipaksa turun dan di tarik masuk ke dalam rumah tersebut.
"Kamu lihat anak kecil itu?"
Noura mengangguk dengan lemas.
"Karena sikap biadap kalian dia menjadi seorang piatu!!!"
💚
Noura..... Anaknya siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Selaksa cinta Noura
RomanceTiga tahun yang lalu gadis itu hampir diperkosa oleh segerombolan pemuda, Noura tidak menghafal satu persatu wajah mereka ketika kakaknya membawa seorang laki-laki ke depannya Noura mengatakan dia salah satu pelakunya. Dia Laksa, pria tertuduh yang...