3

2.5K 511 17
                                    

 Kedua kalinya Noura berada di rumah laki-laki itu. Seperti kata Laksa bahwa hari ini dia akan membuat kesepakatan yang harus disetujui oleh gadis itu. Dipaksa? Benar, seperti dia yang dulu tidak bisa bersuara karena tidak diberikan kesempatan kini cara itu juga akan diterapkan pada Noura. 

Siapa yang mau dihukum atas kesalahan yang tidak diperbuat olehnya?

"Karena kamu aku kehilangan kepercayaan sekaligus orang yang kucintai." bukan pergi untuk mendua tapi istrinya meninggal saat melahirkan naasnya ketika itu Laksa tidak bisa mendampingi dari adiknya laki-laki itu mendapat kabar bahwa anaknya telah piatu.

"Anakku tidak mengenal ibunya, sebagai suami aku juga tidak mendampingi istriku di detik terakhirnya."

Tenggorokan Noura tercekat mendengar kenyataan yang telah dilalui oleh laki-laki itu karena kesalahan tiga tahun yang lalu.

"Aku tidak punya uang se-peser pun karena itu tidak bisa melawan kalian." 

"Maaf."

"Maafmu  tidak akan membayar apapun dan tidak akan mengubah keputusan yang sudah kuambil."

Noura terdiam. Jika benar seperti ini faktanya apa yang bisa dilakukan olehnya? Menarik napas dalam juga tidak membuatnya tenang, kira-kira kesepakatan apa yang akan dibuat oleh laki-laki itu?

"Bagaimana kalau kita bicara dengan kakakku?"

Laksa mengenal dan sudah mengetahui keluarga Noura berkat temannya, dulu saja ketika dia tidak melakukan kesalahan mereka tidak memberi kesempatan bicara apalagi sekarang Laksa tahu betul orang-orang berkuasa itu akan menggunakan uang bila perlu mereka akan membungkamnya selamanya.

"Kenapa harus bicara dengan mereka?"

"Mereka akan memberi keputusan bijak dan kita akan mendapatkan jalan keluar untuk masalah ini."

Laksa tidak akan bodoh untuk kedua kalinya. "Itu menurutmu, seperti kataku kemarin tidak ada yang boleh tahu tentang ini." ini bukan ancaman semata. "Dunia penjara keras, aku belajar banyak hal dari sana berkat kalian. Kamu mengerti maksudku?"

Dalam keadaan seperti ini bisakah Noura tidak menangis?

"Lalu apa yang ingin anda lakukan terhadapku?" Noura menyeka air matanya. 

"Mengasuh putriku."

Noura terkejut. "Aku bisa membayar pengasuh untuk menjaganya." ia akan mencari pengasuh yang baik dan berkualitas.

"Aku tidak perlu karena kamu yang akan melakukannya."

"Bagaimana dengan kuliahku?" siang ini Noura sudah bolos sebuah seminar, tidak mungkin akan terus seperti ini apalagi di semester akhir.

"Itu urusanmu." 

Masih dingin setiap kata dan jawaban yang diberikan oleh laki-laki itu.

"Tidak bisa kah menungguku selesai sidang?"

Tangan Laksa terkepal, kenapa gadis di depannya tidak menurut saja?

"Kalian menungguku saat itu? Apakah kalian bertanya kenapa aku ada di sana?!"

Teriakan itu menggema di ruang tamu sederhana milik laki-laki itu dan kembali membuat Noura ketakutan.

"Tidak kan?" Laksa bangun. "Orang kaya sepertimu tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, uang kalian cukup untuk menghidupi tujuh keturunan."

Noura menggeleng. "Kumohon."

"Asuh putriku, luangkan waktumu untuk menggantikan waktu tiga tahun yang telah kulewati."

Hening sejenak. Noura masih ingin memikirkan jalan keluar untuk masalah dari masa lalu yang tiba-tiba muncul lagi, ia yakin kakaknya bila perlu akan melibatkan orang tua.

"Bagaimana kalau bertemu dengan orang tuaku."

Laksa tidak akan menemui siapapun. "Berhenti mengkhayal, lakukan saja perintahku!"

"Kuliahku?" Noura sepertinya akan putus asa. "Apa yang harus kukatakan pada orang tuaku?"

Laksa tersenyum sinis, ia juga tidak sempat bicara pada istri dan adiknya. Keluar dari rumah pada hari naas itu untuk mengais rezeki seperti biasa, bekerja serabutan di pasar membawa uang dan makanan kecil untuk dimakan oleh istri dan adiknya. Alakadar dan sederhana tapi sudah sangat membahagiakan. 

Laksa akan terus dibayangi masa lalu dengan rasa bersalah yang sangat besar pada istri dan adiknya, kejadian yang menimpa tiga tahun yang lalu telah membuat hidup mereka menderita. Adiknya yang saat itu masih duduk di bangku SMP harus putus sekolah untuk menjaga sang putri yang telah kehilangan ibu. Miris, karena orang-orang berkuasa itu berani menghukum atas kesalahan yang tidak diperbuat olehnya.

"Saat itu aku tidak melibatkan siapa-siapa karena tidak diberikan kesempatan, kejam dan begitu brutal seolah mereka menemukan pisau di tanganku."

Akan sia-sia jadi percuma Noura memohon, lalu apa yang akan dilakukannya?

"Kadang aku kuliah tadi pagi sampai sore, bagaimana caraku mengasuh putri anda?"

"Aku tidak perlu tahu." Laksa menekankan. "Gadis muda kamu lihat kemarin, dia harus putus sekolah karenamu juga kakak-kakak brengsekmu itu!"

Tidak ada habisnya cercaan untuk orang-orang laknat itu. "Adikku tidak bertanya bagaimana cara menjaga putriku, dia bisa melakukannya padahal itu sama sekali bukan tanggung jawabnya. Lalu bagaimana denganmu, kenapa begitu berat untuk bertanggung jawab atas kesalahanmu?"

"Aku tidak keberatan. Sudah kukatakan, aku akan mencari pengasuh untuk anakmu."

"Yang membuatku seperti ini kamu dan keluargamu orang lain, jadi adil kan kalau kamu yang melakukannya?"

Lantas Laksa kembali mengingatkan kesalahan yang telah dilakukan oleh Noura dan kakaknya.

"Kalian memasukkanku ke penjara, membunuh istriku, membuat adikku putus sekolah dan membuat anakku menjadi seorang piatu."

Air mata Noura kembali menggenang.

"Satu kesalahan yang bisa menyebabkan luka bagi banyak orang."

Laksa juga memberitahu gadis itu bahwa. "Di penjara aku tidak diperlakukan dengan baik, tidak cukup pukulan dari kakakmu di sana aku juga dihajar."

Dan Laksa tidak bisa membela diri dia juga terkapar tidak sadarkan diri selama dua minggu lebih. Begitu berat penderitaan yang diterima atas kesalahan yang tidak pernah dilakukannya. 

Setelah semua kenyataan menyakitkan itu, begitu bebas dari masa hukuman bisakah dia keluar dengan hati yang damai? Mungkin akan menjadi pengajaran andai saja itu memang kesalahannya, tapi takdirnya dipaksakan oleh orang-orang berkuasa itu sehingga menghancurkan masa depan dan rumah tangga yang telah dibina. 

Karena uang dan jabatan, orang-orang berkuasa itu bebas melakukan apapun semau mereka tidak merasa bersalah telah menindas. Padahal Laksa menaruh harapan mulai dari bulan pertama, mungkin orang-orang itu akan mengunjunginya dan membiarkan fakta yang sebenarnya namun hingga tiga tahun selalu tidak ada siapapun yang datang.

Ketika terdengar salam dengan cepat Noura menghapus air matanya.

"Titip Zaila, aku belum makan." 

Itu adalah gadis yang dilihat kemarin oleh Noura, mungkin dia adalah adik Laksa yang selama ini menjaga putri laki-laki itu.

"Mas sudah mengurus sekolahmu, besok mas Lintar yang menjemput."

Raut adik Laksa tampak bahagia namun hanya sesaat ketika pandangannya jatuh pada sang keponakan.

"Lupakan, aku akan menjaga Zaila."

"Aku sudah menemukan orang yang tepat untuk menjaganya."

Sang adik melihat ke arah tatapan kakaknya. Itu gadis yang dilihatnya kemarin, dia akan menjaga keponakannya?

Selaksa cinta NouraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang