Noura tidak tahu apakah kakaknya akan pulang malam ini atau tidak, sekarang dia sedang berada di apartemen Laksa. Angka jam sudah menunjuk pukul 09.00 malam ketika gadis itu tiba di sana, Noura sudah bertanya untuk apa membawanya ke sana karena jam segini Zaila pasti sudah tidur namun Laksa tidak memberikannya jawaban.
Hanya ada dua kamar di apartemen tersebut, kira-kira di mana Zaila tidur. "Kamar Luna yang mana?"
Laksa punya alasan sendiri kenapa membawa Noura ke apartemennya, setelah mengikuti dan melihat kemesraan kakak dan adik tersebut terlintas rencana baru di benak laki-laki itu. Menyuruh Noura hanya menjadi pengasuh putrinya tidak sepadan dengan hukuman yang diterimanya selama tiga tahun ini.
"Masakkan sesuatu untukku." Laksa tidak menjawab pertanyaan gadis itu.
Noura bingung dengan permintaan laki-laki itu, dia membawanya ke sini ingin menyuruhnya memasak?
"Aku tidak bisa memasak."
"Jadi kamu menolak?"
"Aku tidak pernah memasak dan tidak tahu cara memasak." sudah jelas? "Kalau anda mau makan aku beli saja."
Laksa tidak terima jawaban yang dianggap sederhana oleh Noura. "Aku tidak perlu tahu." ia lalu menarik Noura ke dapur.
"Kamu lihat ini, olah menjadi makanan yang layak dimakan." Laksa menunjukkan isi kulkas yang berisi sayur.
Bagaimana bisa Noura mengolah sayur-sayur tersebut, ia tahu cara memegang pisau tapi memasak sungguh dia tidak tahu.
"Bagaimana dengan Mie, aku bisa membuatnya."
Gadis itu menyuruhnya makan mie sedangkan perutnya sudah kenyang dengan hidangan mewah, luar biasa!
"Bukan hanya sayur, di sini juga ada daging."
"Lebih baik anda menyuruhku membersihkan seluruh apartemen ini, karena kepalaku sama sekali tidak berfungsi di dapur."
Ternyata begitu hidup orang berkuasa tidak punya hati itu, mereka tidak perlu repot-repot mengurus dapur jika cacing di perut meronta tinggal meminta pada para pembantunya.
Noura akan keluar dari dapur tapi dengan sigap Laksa menahannya.
"Tidak ada yang bisa kulakukan di sini." maksud Noura di dapur. "Lagi pula tugasku di sini mengasuh putri anda."
Sepertinya Laksa harus memberitahu kalau mulai sekarang tugas gadis itu bukan hanya mengasuh Zaila tapi juga melakukan pekerjaan rumah.
"Aku tidak mengatakan itu satu-satunya yang harus kamu lakukan."
Apa maksudnya?
"Karena itu belum sepadan." Laksa tidak iri melihat kebersamaan dan kemesraan Noura dengan Akhdan, hanya saja tidak adil jika mereka masih berleha-leha tanpa menyadari kesalahan yang pernah dilimpahkan untuknya.
"Katakan dengan jelas."
"Terlalu mudah jika pekerjaanmu hanya mengasuh Zaila, itu juga tidak full time." Laksa bicara tanpa melihat Noura. "Dan kamu harus mengganti ketidakhadiranmu."
Noura tidak bisa menuruti semua perintah dari laki-laki itu, kecuali dia seorang pengangguran. Bagaimana jika menawarkan kesepakatan dengan papa Zaila?
"Aku bisa memberikan berapapun nominal yang anda--"
"Jangan bicarakan uang di depanku!"
Teriakan Laksa tidak hanya mengagetkan Noura tapi juga adiknya yang segera bangun dan keluar dari kamar.
"Kamu pikir aku membawamu ke sini karena uang?"
Laksa pernah punya keinginan untuk menuntut kembali mereka yang sudah membuat hidupnya hancur seperti ini.
"Kalau itu yang ada di kepalamu aku sudah melakukannya jauh-jauh hari tanpa harus menyeretmu!"
Luna berdiri di ambang pintu. Sebelumnya gadis itu tidak tahu hubungan seperti apa yang dimiliki oleh kakaknya dengan gadis bernama Noura, semata babysitter sangkanya.
"Tapi aku ingin kamu merasakan penderitaan yang kulewati selama tiga tahun."
Luna tertegun. Apakah Noura terlibat dalam kasus kakaknya tiga tahun yang lalu?
"Kamu tidak tahu rasanya kehilangan orang yang kamu cintai, kamu juga tidak pernah merasakan bagaimana menjadi seorang piatu!"
Benar, Noura tidak pernah merasakan hal seperti itu dalam hidup sampai usianya yang sekarang. Ia juga tidak bisa mengembalikan seseorang yang telah pergi untuk selamanya, namun begitu bukan berarti dia tidak akan membayar semua perbuatannya karena itu sejak awal pertemuan dengan Laksa Noura mengajak laki-laki itu menemui orang tuanya.
"Mas..." lirih saat Luna memanggil kakaknya.
Laksa tidak bermaksud menyembunyikan fakta bahwa Noura lah penyebab dirinya mendekam di penjara. Dan Noura menyadari ekspresi Luna, gadis itu menyadari bahwa Luna baru mengetahuinya sekarang.
"Sekarang lakukan apa yang kuperintahkan." Laksa lalu berbalik, ia menyuruh adiknya masuk dan mengatakan akan menjelaskan semuanya besok.
"Salah paham ini akan menjadi lebih besar, karena itu aku mengajak anda bertemu dengan orang tuaku."
"Diam!"
Dari balik pintu kamar Luna mendengar teriakan kakaknya lagi.
"Lakukan atau kamu akan menerima akibatnya."
Bagaimana Noura melakukan perintah laki-laki itu sementara dia tidak bisa, Noura juga sudah mulai menyusun skripsi bisa dipastikan ke depannya dia akan lebih sibuk lagi.
"Aku akan membayar sebanyak mungkin agar anda bisa menyewa jasa pengasuh, kalau perlu aku siap menanggung Zaila seumur hidupnya."
Hal itu sempat dipikirkan Noura beberapa terakhir ini tepatnya ketika dia tidak bisa datang.
"Kalau begitu gunakan seumur hidupmu untuk mengurusnya."
Noura meminjamkan mata mendengar kalimat Laksa.
"Tidak semudah yang anda bayangkan." Noura perlu memberitahu laki-laki itu. "Begitu selesai kuliah, aku harus kembali ke Jakarta."
"Kamu sedang membuat kesepakatan?"
Noura mengangguk. "Entah seperti apa pandangan anda terhadap keluargaku, yang jelas mereka akan segera tahu apa yang kulakukan sekarang."
"Sekarang kamu mengancam?"
"Tidak sama sekali," jawab Noura. "Aku mengajak Anda bertemu orang tuaku kita bisa bicara di sana, aku yakin ada solusi yang lebih tepat."
Wanita itu ingin dirinya menemui keluarga yang sudah membuat putrinya yatim?
Noura tidak bisa memprediksi akan seperti apa pertemuan Laksa dengan Akhdan karena itu dia ingin mempertemukan papa Zaila dengan orang tuanya.
"Papa dan mamaku orang baik, kalau anda sungkan aku yang akan menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya."
"Tidak perlu!"
"Pikirkan lagi." Noura memohon. "Orang tuaku akan datang saat sidang skripsi."
"Berkatmu dan kakakmu aku harus mendekam di penjara, sekarang kamu ingin aku bertemu dengan orang tuamu karena apa? Kamu ingin mereka menghabisiku?"
Ternyata citra orang tuanya sudah rusak di mata Laksa.
"Zaila sudah kehilangan ibunya sekarang kamu ingin putriku jadi yatim piatu?"
Noura menggeleng. "Aku bukan orang seperti itu."
"Nyatanya kamu, anggukanmu yang membuatku terpaksa tinggal di balik jeruji besi. Karenamu aku tidak bisa mendampingi istriku ketika melahirkan Zaila. Kamu biang kehancuranku!"
Mata Noura menghangat, fakta yang dibeberkan dengan penuh kebencian itu benar adanya. Tapi Noura ingin meminta pengertian Laksa bahwa saat itu dia ketakutan, apakah wajar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Selaksa cinta Noura
RomanceTiga tahun yang lalu gadis itu hampir diperkosa oleh segerombolan pemuda, Noura tidak menghafal satu persatu wajah mereka ketika kakaknya membawa seorang laki-laki ke depannya Noura mengatakan dia salah satu pelakunya. Dia Laksa, pria tertuduh yang...