Chapter 2

1.5K 181 4
                                    

Flashback

Zio Mahardika, pria muda yang sedang meniti karir memperluas bisnisnya di bidang jasa periklanan. Namanya mulai di perhitungan. Beberapa brand tersohor mulai melakukan kerjasama meminta jasa perusahaan yang ia bina untuk mempromosikan produknya.

Wajah rupawan menjadi nilai plus di dirinya. Namun sayang beberapa karyawan ada yang memilih hengkang karena sikap perfectionist-nya.

"Kepala gue sakit kalo gini terus caranya!" Deren selaku karyawan paling senior di ruang tersebut melemparkan dokumen yang baru saja di pegangnya. Jemarinya ia bawa menuju pelipis dan memintanya perlahan. Berharap sakit kepala yang menyerang sedikit berkurang.

Haris, orang yang paling dekat dengan tempat Deren membuka suara "Jangan bilang ada yang keluar lagi bang?"

"Lo tau jawabannya"

"Terus gimana? Masa buka lowongan lagi?" Tanya Nino dari meja sebrang.

"Yang sekarang tahan berapa lama?" Tanya Jidan pada rekannya.

Harus menghitung dengan jemari miliknya "Buset! Dua minggu aja belom!"

"Kalian kalo punya kenalan mau kerja atau buka lowongan terserah, kita beneran lagi kekurangan orang dan butuh secepatnya, kecuali kalian pengen terus-terusan nginep di kantor" Deren mengerjakan sesuatu pada layar monitor miliknya.

"Oh ya satu lagi, hari ini kita lembur. Bos masih belum puas sama hasilnya dia bilang 'Terlalu biasa, gak ada menariknya' si kampret emang" Hardik Deren, semoga saja sang atasan tidak sedang melewati ruangan mereka.

"Yang bener aja! Gue belum balik 2 hari! Baju aja belum ganti ini!" Teriak Haris frustasi.

"Pengen resign tapi gue masih butuh penghasilan!!!" Yang ini teriakkan frustasi Nino.

"Yang bener aja! Batal kencan lagi dong gue!" Kalo yang ini Jidan.

****

Zio POV

"Jangan aneh-aneh kali ini" Peringat Matteo pada seseorang yang berjalan di sampingnya.

"Ya namanya juga memilih SDM yang pas, kalo mentalnya aja udah kaya tahu begitu gimana mau maju" Zio membuka pintu ruangan tempat dimana akan dilaksanakan interview para pelamar.

"Haduh, lo makin aneh semenjak ditinggal tuh orang" Matteo mengikuti di belakangnya.

"Gak usah bahas tuh orang" Ekspresi wajahnya penuh amarah.

"Oke oke, terus ngapain lo ikut ngeinterview juga?" Kali ini keduanya sudah duduk pada satu meja panjang.

"Gue lagi bosen" Matteo lebih memilih mengabaikan sahabat sekaligus atasannya tersebut. Biarkan saja dia berbuat sesukanya toh ini perusahaan miliknya.

Beberapa pelamar yang sudah melakukan sesi wawancara belum ada yang membuat dirinya puas. Hingga data diri peserta berikutnya membuat dirinya tertarik. Tunggu, apakah ini seseorang yang ia kenalan? Sepertinya ia harus memastikan. Ternyata berada di sini saat ini buka  keputusan yang salah.

Tiga peserta berikutnya masuk ke dalam ruangan. Namun satu fokusnya, seseorang yang berjalan dengan sedikit menundukkan kepala. Senyum miring seketika terpatri di wajahnya.

Dan ketika peserta tersebut mengangkat wajahnya dan bertatapan langsung dengan matanya, saat itu pula lengkungan pada salah satu sudut bibirnya semakin tertarik ke atas. "I found you"

End of flashback

****

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Annoying BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang