Tiga Kali Saling Bertatapan

9 1 1
                                    


Aku akan menceritakan pengalamanku beberapa hari ini. Menarik atau tidaknya itu persepsi kalian. 

Cerita ini bermula ketika Aku hendak berangkat kerja pada hari Kamis. 

Selagi menunggu bus, aku bertemu dengan seorang perempuan yang biasa saja. Namun, hanya baru sekali bertatapan dengannya, aku langsung terpikat. Ini lebih dari sekadar cinta monyet sewaktu kecil, atau rasa suka sesaat. 

Feromonnya sungguh memikat diriku. 

Jika dipandang lagi, benar-benar tidak ada yang istimewa darinya. Bahkan ketika aku mengerling, malah lebih banyak yang berpenampilan menarik dibandingkannya. Aneh, sangat aneh. Aneh memang perasaan ini, akan tetapi aku sangat suka perasaan ini. 

Terjerumus di dalamnya, berkutat di kepalaku sembari hendak mengajaknya mengobrol. 

Sayangnya, aku tidak bisa melakukannya. Karena kami memiliki jurusan bus yang berbeda. 

Bus yang akan kunaiki akan tiba, sementara dirinya menaiki bus setelahku. ketika bus tujuanku sudah membukakan pintunya, perempuan itu baru muncul di halte bus. 

Mengesalkan, bukan? 

Andaikan kami berada di jalur yang sama, tentu aku akan mengajaknya berbicara. Entah bagaimana perasaanku jika hal tersebut terjadi.

Aku duduk di tempat yang paling belakang pada bus. Pojok tentunya, agar aku dapat melihat perempuan tersebut. Sialnya, ketika aku sedang mengatur posisi duduk, hujan pun turun. Banyak orang yang mengatakan "Mendung tak berarti hujan.", oleh karena itu aku terus optimis. Mendung memang meradang akhir-akhir ini, tetapi aku tak menyangka bakal turun hujan. Sepertinya sekarang adalah awal pertama musim hujan.

Setelah aku selesai dengan urusan tempat duduk, aku melihat keluar. Rintik hujan yang menerpa kaca meninggalkan kesan mendalam bagiku. Air yang jatuh dari langit, jika selamat akan menjadi butiran air yang menempel pada kaca, jika tidak maka akan terus mengalir atau berfusi. Lamunanku sesaat tersadarkan, oleh insight atas dalilku duduk di belakang.

Perempuan tersebut sudah tidak ada ketika aku menengoknya. Aku bertanya-tanya juga merasa lumrah. Karena hujan tentunya dia mencari tempat berteduh. Aku memakluminya, lagi pula kami beda jurusan bus. 

Aku menghela napas dan menenggelamkan tubuh pada sandaran tempat duduk bus. 

Beberapa saat setelahnya, aku menyadari kalau aku tahu tempatnya berteduh.

Perempuan itu berteduh di dalam bus.

Maksudnya, perempuan itu ikut satu bus denganku.

Seolah sudah memantapkan hati, matanya langsung tertuju pada tempat yang kosong di sebelahku. Padahal masih ada dua tempat kosong di depan. Dia terus melangkah, dengan pandangan lurus ke depan. Semakin mendekat dia, semakin cepat jantungku berdebar. Pikiranku membuncah, memikirkan respons ke depannya. 

Dia pun duduk di sebelahku. 

Seakan menjadi apatis dengan kehadirannya di sampingku, aku membuang muka dengan menyaksikan pemandangan kota di luar.

Tidak bisa.

Wewangian aroma segar dari parfumnya, terus merasuki pikiranku. Seolah perempuan itu sudah menguasai seluruh indraku dengan telak. Aku bolak-balik memperhatikan jam tangan yang dingin. Refleks kakiku bergetar seperti tukang jahit. Berkali-kali membenarkan posisi duduk, walau sudah sangat nyaman. Suhu yang sangat dingin dari hujan ditambah suhu dari pendingin bus, akan tetapi kelenjar keringat dari tubuhku tak mampu dibendung lagi. Sambil mengelap keringat, aku mencoba untuk mencuri pandang. Aku ragu jika perempuan di sebelahku ini ingat atau tidak tatapan pertama kita. Jika itu aku, aku bakal selalu mengingatnya sampai akhir hayat.

Kisah AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang