2

2.8K 390 39
                                    

“Happy birthday Alanaa”

“Semoga selalu dilimpahi kebahagiaan oleh Tuhan ya”

“Selamat ulang tahun ya, na”

“Langgeng terus sama Juan”

Satu-persatu temannya mulai mengucapkan selamat ulang tahun kepada Alana, gadis itu tak henti-hentinya tersenyum bahagia.

“Senang hm?” Alana mengangguk antusias masih dengan senyuman bahagianya, ya setidaknya untuk sesaat ia bisa melupakan kejadian tadi pagi. Hari ini ia hanya ingin bersenang-senang bersama kekasih dan teman-temannya. Ada yang sedang asik memanggang daging, ada pula yang asik berbincang satu sama lain.

“Ikut aku bentar yuk” belum sempat Alana bertanya, pergelangan tangannya sudah terlebih dulu ditarik Juan. Lelaki itu membawanya ke pinggir danau, kemudian Juan mengambil kotak merah kecil di sakunya dan membukanya dihadapan Alana. Gadis itu sempat tertegun sejenak, lalu memandang kagum kalung di kotak itu. Kalung yang di desain sederhana dengan liontin snowflake yang membuatnya terlihat sangat indah. Juan berusaha memakaikannya pada Alana.

“Kamu suka?”

“Suka banget! Makasi ya sayang” mereka berdua berpelukan sejenak lalu kembali bergabung bersama teman-temannya menikmati pesta ulang tahunnya.

Handphone Alana terus bergetar dari tadi, layarnya menampilkan puluhan panggilan tak terjawab dari ayahnya. Beberapa menit kemudian layarnya menampilkan panggilan dari telepon rumah. Jemarinya menggeser ikon hijau.

“Pulang!”

“Ayah masih anggep aku anak setelah mutusin jodohin aku sama si bisu?”

“Ayah faham kamu marah, tapi ini demi kebaikan kamu nak”

“Kebaikan aku? Alana tuh gak suka sama si cacat itu, yah”

“Papa gak pernah ngajarin kamu berbicara sekasar itu, sekarang kamu pulang ya”

“Gak mau! Alana udah gak butuh ayah lagi, Alana benci ayah!!” teriaknya sebelum memutuskan panggilan itu sepihak. Ia marah, kenapa ayahnya terus mendesaknya untuk menikah dengan Jaya.

~♡~

Alana terus menikmati waktu bersama sang kekasih dan teman-temannya tanpa menyadari bahwa sang ayah tengah memperjuangkan hidup dan mati di rumah sakit. Ayah gadis itu mengidap asma. Setelah mendengar perkataan dari Alana di telepon tadi, sang ayah terguncang dan dilarikan ke rumah sakit terdekat. Ponsel Alana beberapa kali bergetar, namun ia abaikan, ia mengira itu panggilan dari ayahnya yang masih berusaha memaksanya untuk pulang ke rumah.

Waktu terus berjalan, tak terasa hari sudah mulai gelap. Acara perayaan ulang tahunnya pun sudah selesai, sepasang kekasih itu memutuskan untuk segera pulang sebelum langit semakin gelap. Namun saat Alana membuka pintu rumah, ponselnya kembali bergetar. Tangannya mengeluarkan benda pipih itu dari sakunya, ternyata bundanya daritadi menelfonnya. Baru saja ia akan mengangkat telepon dari bundanya, bi Ina berlari ke arahnya dengan wajah panik.

“Non Alana kemana aja? Coba aja kalau non Alana bisa pulang lebih cepat pasti tuan-” bi Ina sudah terlebih dulu menangis sebelum menyelesaikan kalimatnya. Perasaan Alana berkecamuk, perhatiannya kembali terpusat ke ponselnya, ia bergegas mengangkat telepon dari bundanya.

“Bun-”

“Egois, kamu egois na”

“B-Bunda, ayah kemana?”

“Ngapain kamu nyari ayah? Bukannya kamu udah ga butuh?”

“Gak gitu bunda, Alana gak bermaksud bil-”

“Ayah pergi”

“Pergi kemana? Alana bisa bujuk ayah biar pulang lagi ke rumah”

“Ayah meninggal na, andai kamu bisa pulang lebih cepat, ayah pasti masih hidup”

Seketika Alana merasa dunianya runtuh pada detik itu juga, setetes air mata turun di pipinya, disusul oleh tetesan lainnya, suara tangisannya memenuhi ruang tengah. Bi Ina yang hendak menenangkan Alana, dicegah oleh seseorang lelaki. Lelaki itu Jaya, seorang lelaki yang akan dijodohkan dengan Alana. Namun justru kedatangan Jaya semakin membuat Alana histeris.  

“Ini semua gara-gara lo!”

“Ayah gue meninggal gara-gara lo!”

“Harusnya lo gak datang di kehidupan gue!”

Pukulan demi pukulan diterima Jaya, namun lelaki itu hanya terdiam, membiarkan Alana melampiaskan semua kepadanya. Perlahan pukulan gadis itu melemah, digantikan dengan isakannya yang semakin keras. Jaya menarik Alana ke pelukannya, berusaha menenangkan gadis itu.

“A-Ayah ninggalin gue....” lirihnya di pelukan Jaya.

*:・゚✧*:・゚

Jadinya kalian sedih atau kesel setelah baca part ini?

Beberapa dari kalian pasti mikir 'kok bisa sih Alana bilang gitu' di real life emang ada yang pernah ngomong gitu, cuman belum ada yang omongan nya beneran kejadian. Aku masukin konteks ini untuk sekalian ngingetin siapapun kalau setiap perkataan itu harus dijaga. Jangan sampai perkataan kalian nyakitin pihak lain.

Dah gitu aja deh, lanjut ke part berikutnyaaa ᕙ('▽')ᕗ

Jaya AzhariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang