PART 1. JUMPA

34 21 30
                                    

Tidak ada luka yang tak sembuh, bahkan sembuh pun bisa saja kambuh.

•••RINTIK PEKAT

Happy reading📍

Sudah empat bulan kami menantikan hari ini, hari dimana aku dan kedua temanku berencana melakukan staycation di salah satu pantai yang sangat terkenal di kota perantauanku ini.

Meski tergolong foya-foya dan menghamburkan uang, tapi tak apa. Lagi pula, hidup sebagai karyawan pabrik terlalu monoton. Kami juga butuh sesuatu untuk menghibur diri, dengan kata lain healing membuat pikiran menjadi lebih fresh dan tentunya lebih bersemangat lagi dalam bekerja.

"Udah dimana mas?" tanyaku pada seseorang yang tengah meneleponku, pasalnya matahari semakin terik dan dia tak kunjung datang.

"..."

"Oh udah di perempatan? Tinggal belok kiri terus lurus aja Mas, nanti aku keluar deh biar gampang," lanjutku memberi instruksi.

Aku sudah biasa memanggilnya Mas Roni. Dulu dia kakak kelas saat aku Smk, tapi baru dipertemukan sekarang lewat virtual.

Kosanku memang tak jauh dari jalan raya, jadilah begitu aku keluar ke depan saja aku langsung bisa melihat ujung gang sana.

Dari kejauhan aku melihat Mas Roni mengendarai motor vixion nya, hoodie hitam bermotif putih dan helm full face. Aku hafal karena sering melihatnya di story wa yang dia unggah.

Aku melambaikan tangan, takut kalau Mas Roni tak mengenaliku. Sebenarnya aku masih canggung, mengingat ini adalah pertemuan kedua kami.

Mata tajamnya menelisik tubuhku saat motor yang dikendarainya berhenti di hadapanku. Manik yang jernih itu ikut tersenyum, lalu dia membuka helm dengan perlahan.

Aku sedikit terpesona dengannya, apalagi saat Mas Roni menyisir rambut dengan jari-jari panjangnya. Ah! Satu bagian yang sangat aku sukai adalah dagunya. Haha aku sudah gila!

Postur tubuhnya yang memang tinggi, membuatku sesekali mendongak untuk menatap matanya.

"Capek ya Mas?" Argh! Kenapa aku malah nanya ini, harusnya aku nanya yang lain aja ih.

"Ini sih belum seberapa Na," jawabnya terkekeh. Aku pun tersenyum dan membawanya masuk ke pekarangan kosku.

Halaman di dalam kos cukup luas, di sudut tembok sebelum pintu masuk terdapat kursi-kursi panjang. Disana sudah ada dua teman karibku, Putri dan Susan.

Sebenarnya ide ini pertama kali di cetuskan oleh Putri, lalu Susan hanya bisa pasrah saat aku dan Putri memaksanya untuk ikut liburan bersama.

"Cie Alana!" goda Putri saat aku berjalan bersisian dengan Mas Roni, sementara Susan ikut senyum-senyum padaku. Ah sial! Kenapa Mas Roni harus yang pertama nyampe sih!

"Apaan sih kalian! Jan malu-maluin atuh ih! Oh iya kenalin ini Mas Roni, dia temenku...," ucapku yang langsung mendapat pelototan dari Mas Roni.

"Bener kan Mas?" sambungku lalu menyikut Mas Roni agar berkenalan dengan kedua temanku.

"Aahaha kasian yang ngga dianggep..." ledek Putri yang sukses membuatku dongkol parah.

"Sabar ya Mas, Alana emang gitu. Tapi kalau di depan kita mah selalu bangga-banggain Masnya," sambung Putri tiba-tiba. Aku terbelalak, Putri memang orangnya ceplas-ceplos. Tapi jangan buka kartuku dong besti, huhu.

"Haa jangan dengerin apa kata mereka Mas, aduh..." gerutuku lalu mengomeli Putri dengan bahasa batin.

"Btw Mas. Ini Putri, ini Susan." alihku, agar Mas Roni tak terlalu menanggapi omongan Putri barusan lalu mempersilahkannya duduk di kursi yang ada.

"Eh emang Alana ngomong apa aja ke kalian?" tanya Mas Roni penasaran.

"Mas! Ih..." rengekku lalu memanyunkan bibir.

Mas Roni tersenyum puas setelah meledekku. Dalam hati aku mengutuk dua temanku ini, kenapa mereka melebih-lebihkan seperti ini. Aku kan jadi malu!

Brmm...

Nampaknya ada suara motor, kali ini Putri yang berdiri dan menghampiri orang itu.

Setelah cukup lama mereka berbincang, Putri membawa pria itu bersamanya. Aku tersenyum miring, giliranku!

"Wah-wah Putri akhirnya Yang Beb udah dateng Ikhirr...," ledekku membalas perlakuannya tadi.

"Apaan sih Na, orang dia cuma temen kok," jawabnya malu-malu. Skak mat! Aku tau Putri orang yang paling mudah dibuat salting.

"Ya ampun temen doang selama ini Put? Masnya sabar ya ngga di anggep...," goda Susan dan aku kini tersenyum puas.

Impas sudah!

•••B E R S A M B U N G•••

DEKAPAN DI BIBIR PANTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang