PART 4. JADIAN DI PANTAI

19 15 10
                                    

Kupikir setelah kita jauh melangkah
bersama, aku tak akan memutar balik
sendirian.

•••RINTIK PEKAT

"Alana, Mas tanya sama kamu. Kamu udah selesai sama masa lalu kamu?"

Mataku membola, kenapa tiba-tiba Mas Roni bertanya seperti itu. Aku menatap pria di hadapanku ini dengan sorot tak percaya, apa yang sedang diharapkan Mas Roni?

"Jawab aku, Alana." suara berat Mas Roni mengagetkanku. Hiruk pikuk di pantai sekarang bisu, teman-temanku yang sedang asik berswa foto mendadak hening dalam pendengaran.

Tatapan Mas Roni yang tadinya penuh harapan sekarang nanar, "Mas, kok nanya-nya gitu?"

Pria itu masih setia menunggu, tersenyum lembut sebelum akhirnya menarik lenganku dan membawaku ke bibir pantai. Aku memandang punggungnya penuh tanda tanya, pasti ada sebab kenapa Mas Roni bertanya tentang masa laluku.

"Na, hati-hati ya. Takut nginjek cangkang kerang."

Aku menatap deburan ombak yang menerjang kakiku dengan hangat. Ah tidak, tautan tangan Mas Roni rasanya lebih hangat.

"Na, mumpung disini Mas tanya sekali lagi. Kamu ngga nganggep Mas cuman sebatas temen gabut 'kan?" Aku menoleh, menatap Mas Roni dengan lekat. "Mas pikir?"

"Stop Na, jangan balik bertanya dong. Jawab Mas ya, jujur."

Aku menghela nafas, "Mas maunya gimana?"

"Mas mau kita lebih dari temen, Na. Aku suka kamu, aku mau jadi satu-satunya buat kamu. Mulai sekarang, di pantai ini Mas mau kita pacaran."

Sungguh pengakuan yang mengagumkan, pria di hadapanku ini ternyata hendak mengutarakan perasaannya. Mas Roni, aku ngga bisa nolak kalau kamu semanis ini.

"Mas, Mas Roni beneran mau pacaran sama aku? Aku pendek, gendut, banyak kekurangan. Apa yang menarik dari Alana coba?" sanggahku dengan alasan yang klise.

"Di mata Mas, kamu ini perempuan tercantik. Kalau masalah fisik, 'kan Mas tinggi. Jadi kita bisa memperbaiki keturunan dong Na, Mas ngga bisa bayangin anak kita nanti kayak gimana. Pasti lucu-lucu deh—"

Plak! Aku menabok lengan Mas Roni, "Kenapa bisa nyampe anak segala Mas, kan kita baru pacaran!"

"Yey, berarti mulai sekarang kita pacaran ya Na. Mas capek tau ngejar kamu terus, mulai sekarang kita melangkahnya bareng ya Na!" keluh Mas Roni, lalu tiba-tiba memelukku dengan sangat erat.

"Mas, Mas. Alana ngga bisa nafas." aku tenggelam pada dada bidangnya, dari sini aku dapat mendegar degup jantung Mas Roni yang sangat cepat.

"Maaf Na, abisnya kamu gemesin banget sih." ucap Mas Roni, lalu melepas pelukannya. Pria ini tampan sekali saat tersenyum, aku lagi-lagi tersipu melihatnya.

Euforia yang tengah kurasakan ini benar-benar mengagumkan, merasa dicintai seseorang adalah perasaan paling membahagiakan.

Aku bermain air dengan Mas Roni, kejar-kejaran sampai terjatuh di atas pasir. Tertawa riang hingga kami kelelahan, bahkan aku lupa datang kesini bareng temen-temen yang lain.

•••

Agenda setelah makan sore adalah pergi ke pulau yang biasa digunakan untuk ngecamp, setelah menitipkan motor kepada penjaga pantai disana kami bergegas menaiki kapal.

Jika tidak terlalu sore, mungkin kita bisa menyaksikan langit senja dengan tenda yang sudah berdiri tegak.

Para laki-laki bertugas membawa barang-barang yang sudah di sewa-- keperluan ngecamp seperti tenda, nesting, sleeping bag, matras, penerangan, yang sudah di kemas rapi dalam dua tas carrier.

Mas Roni dan Fano menggendong tas carrier, sedangkan Mas Dandi membawa satu kresek besar berisi bahan-bahan logistik.

"Hati-hati naiknya," ucap Mas Roni yang berjalan paling belakang.

Dermaga kayu ini sedikit menyeramkan, aku takut salah pijak dan akhirnya nyemplung ke lautan. Uh akhirnya nyampe, perahu yang akan kami tumpangi sudah standby di ujung dermaga.

"Pegangan," suara itu milik Mas Dandi yang sedang membantu para cewek menaiki kapal.

Aku meraih tangan Mas Dandi, tatapan pria itu masih saja terlihat menakutkan. Hup! Aku mendarat dengan selamat, "Makasih, Mas." ucapku lalu menyusul Putri dan Susan yang sudah lebih dulu naik ke kapal.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya jangkar diangkat. Kapal yang kami naiki berlayar dengan tenang, deburan ombak yang membuat kami terombang-ambing tak menggoyahkan semangat kami.

"Put, akhirnya kita ngecamp! Aku udah menanti-nantikan ini sejak lama tau!" tuturku yang sudah sangat lama ingin ngecamp.

"Iya Na! Aku juga seneng banget akhirnya kesampean juga ya." Putri tertawa bersamaku, namun Susan sepertinya murung.

"Susan kamu kenapa?" tanyaku, begitu melihat wajahnya pucat pasi. Semua orang kini memandanginya, terlebih Mas Dandi yang duduk di bangku paling depan.

"Engga, plis aku ngga kuat!" ucap Susan lemah sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan.

"Ada yang bawa freshcare?" teriakku, lalu Fano melempar benda kecil dengan spontan setelah mengobrak-abrik isi tasnya.

"Balsam?! Ngga mau ih panas! Bau lagi!" protes Susan begitu melihat benda yang sedang aku buka tutupnya.

"Udah San, pake aja. Daripada kamu mabok," perintah Putri lalu memegangi tangan Susan agar tidak berontak. Ahaha aku langsung mengoleskan balsam itu ke pelipisnya,"Kalian bukan besti aku!"

Ternyata Susan mabok laut.

•••B E R S A M B U N G•••

DEKAPAN DI BIBIR PANTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang