PART 3. ORANG INI?!

19 16 12
                                    

Yang berada di hadapanmu itu, saya. Kenapa tatapanmu kemana-mana?

•••RINTIK PEKAT

Happy reading📍

Sesampainya di rest area aku duduk termangu, memandang mata bening yang sedari dulu aku hindari. Orang yang telah aku sakiti hatinya sebab aku meninggalkannya tanpa alasan.

Sial! Dari sekian banyaknya populasi manusia, kenapa harus Mas Dandi!

Aku bisa lihat dari tatapan tajamnya, seolah ingin memakanku saat ini juga. Aku hanya bisa menunduk, tak banyak bicara dan hanya memainkan sendok di tanganku.

"Eh tadi sorry ya, aku lupa ada janji bareng kalian. Semalem abis begadang jadinya bangun kesiangan," celetuk Mas Dandi yang kini sikapnya berubah friendly.

"Hp kamu di silent ya Mas, percuma dong minta aku buat bangunin," omel Susan yang duduk di sebelahku.

"Aku ngga sengaja, San. Maaf yah...," ucap Mas Dandi dan tersenyum manis ke arah Susan.

"Ahem dunia milik berdua doang ya, kita mah cuma ngontrak," olok Fano. Ahaha. Gelak tawa terdengar beberapa detik setelahnya.

Aku melihat sekeliling, Mas Roni asik makan disebelah Mas Dandi. Kenapa dia ngga ngeh sih aku lagi di intimidasi, Tolong aku dong Mas Roni!

Susan yang duduk disebelahku pun tumben banget ngga ngajak aku ngejokes, biasanya kan kita klop banget retjehnya.

Kenapa pada gini sih?! Aku didiemin!

"Na, kamu bawa jaket yang lebih panjang ngga?" bisik Susan tiba-tiba.

Eh?

"Em bawa San, kenapa?" tanyaku bingung, kenapa nanyain jaket?

"Pake gih, biar mata laki-laki ngga pada jelalatan," ucap Susan sambil melipat tangannya, lalu menghunus Mas Dandi dengan tatapan marah.

Uhuk uhuk "Kenapa ngga bilang dari awal San!" gerutuku.

"Lagian kamu sih pakenya crop," cecar Susan jengkel. I know, aku yang salah.

"Iya San, maafin... Abis makan aku bakal pakek kok San tenang aja," ucapku menenangkan Susan yang matanya mulai berkaca-kaca.

Ini salahku, gawat. Pantes aja Putri berlaku sama kepadaku, dia kesal karena pakaianku kurang tertutup?

Mataku membulat lalu aku menatap Fano dan Putri yang juga menatapku.

Haaa! Iya aku tau aku salah!

Belajar dari kesalahan, aku mengenakan jaket yang aku bawa. Padahal tadi aku udah nyaman pake baju crop, soalnya disini panas banget. Ah tapi nggapapa deh biar suasana ngga se-awkward tadi.

Oh iya sewaktu kami makan, aku sempat menangkap lewat ekor mataku bahwa Mas Dandi memperhatikanku dengan tatapan horor, seolah ada laser yang bisa kapan saja membelah tubuhku menjadi dua.

Tapi aku memutuskan untuk bersikap biasa aja, toh Mas Dandi ngga bilang apa-apa ke aku.

•••

"Sini aku pakein," ucap Mas Roni, lalu meraih helm yang akan aku pakai. Aku hanya bisa pasrah, yaudah deh daripada nolak juga kasian Mas Roninya.

Postur tubuh kami yang sangat jauh berbeda, dia tinggi sedangkan aku pendek. Seperti tiang listrik dan semungil kurcaci. Tapi kan aku ngga sependek itu, Mas Roninya aja yang ketinggian haha!

Aku menatapnya yang tengah serius mengaitkan helm di kepalaku, ah aku terpesona dengan dagunya.

"Makasih," ucapku. Begitu aku menengok ke teman-teman yang lain mereka malah melongo di tempat.

"Gila San, aku berasa lagi nonton drama di real life tau!" teriak Putri lalu mengipasi wajahnya dengan tangan.

"Tau! Bikin iri doang bisanya ih," gerutu Susan. Dan ku lihat mimik muka Mas Dandi juga kesal. Ah salah lagi! Salah lagi!

Kapan sih aku bisa tenang sama Mas Roni?

Sementara Mas Roni malah cengar cengir di atas motornya, ngga berdosa banget ninggalin aku yang jadi bahan bullyan para cewek.

"Sampai kapan kalian disitu, ayo berangkat mumpung belum telat," perintah Mas Roni yang langsung disetujui oleh kami.

Aku pun beranjak dan menaiki motor yang dibawa oleh Mas Roni.

"Pegangan," ucapnya.

"Iya ini udah," jawabku. Aku berpegangan pada jaket yang dia kenakan, malu aja kalau sampe meluk Mas Roni dari belakang.

"Kalo jatuh bukan tanggung jawab Mas ya," sahutnya.

Lalu ketiga kuda besi yang kami tumpangi keluar dari area parkir dan meninggalkan rest area. Deruman suara khas motor menjadi pengiring kami, tak luput juga klakson dari pengendara lain. Ramai sekali.

Kurang lebih setengah jam kami sudah sampai di tempat tujuan.

Wallaa!

Dari jauh sudah tampak hamparan pantai yang pasirnya berkilau diterpa mentari siang, mataku berbinar melihat pemandangan yang begitu menakjubkan. Ternyata semesta punya keindahan seperti ini rupanya.

Ah aku pengin bermain ombak segera!

Kami berhenti di depan warung yang menyediakan kopi dan mendoan, rasanya memang pas sekali untuk ngopi.

Tapi untuk sekarang lebih ke pantainya deh.

"Putri, Susan, ke pantai yuk!" ajakku kegirangan. "Ayok!" timpal Putri yang antusiasnya sama denganku.

Susan terpaksa ikut, mana mungkin dia mau disana sama para cowok ahaha. Kasihan sekali kamu Susan, selalu aja ngga punya pilihan selain- ikut.

Kami melepas sepatu, membiarkan kaki telanjang kami beradu dengan pasir pantai. Tas yang kami bawa, kami tinggal di warung. Para cowok bilang, mereka bakal nyusul kalo kopinya udah abis.

Kami tak menghiraukannya, toh dari awal kedatangan kita kesini itu murni untuk foya-foya bertiga.

"Sini aku fotoin," tawar Susan.

Aku dan Putri tersenyum lebar, "peka banget deh kamu San." Putri memuji Susan yang dengan sukarela menawarkan diri.

"Tau kan aku ngga suka foto-foto," ucapnya. Aku mengangguk, lalu mencari angle yang bagus untuk berfoto.

•••

"Ya ampun Susan! Aku mau nangis deh, ini tuh harusnya agak geser ke sini. Aku keliatan pendek banget ih ngga suka! Huhu!" aku meringis setelah melihat hasil jepretan Susan.

Putri tak berbeda, dia hanya mengelus dada saking pasrahnya. Sudah berpuluh-puluh foto, tapi ngga ada satupun yang layak untuk diunggah di SG.

"Kalian lucu kalo lagi berantem." suara bariton itu milik Fano. Sementara dua orang lagi berdiri di belakangnya dengan memasang ekspresi tenang.

"Udah, sini aku yang fotoin." ucap Mas Dandi yang ternyata membawa kamera canon, kenapa ngga bilang dari tadi Mas.

"Gantian ya, Alana sini. Kita terakhir aja fotonya." perintah Mas Roni, aku pun mengiyakan dan menghampirinya.

"Mas, aku pengin ke deket pantai." pintaku, namun Mas Roni hanya diam sambil menatapku sendu. Ada apa Mas?

"Mas?" ulangku, lagi-lagi Mas Roni tak bergeming.

"Alana, Mas tanya sama kamu. Kamu udah selesai sama masalalu kamu?"

Hah?!

•••B E R S A M B U N G•••

DEKAPAN DI BIBIR PANTAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang