Hello guys!!
Welcome back‼️
Gimana ceritanya? Mohon kritik dan nasihat nya ya
Saya akan sangat menghargai itu 😊HAPPY READING ALL🤍
Ia tak sanggup lagi, kedua tangan nya mengepal erat, sorot mata nya tajam menatap preman itu dengan kebencian. Mereka justru mengingatkan nya kembali dengan memori yang sangat ingin dirinya buang.
"Woy bajingan" Zoro melangkah mendekat, masih dengan raut muka dingin, tatapan tajam, dan aura yang mengintimidasi.
Preman yang mencengkram kerah baju Sanji itu meliriknya. "Hah?"
"Lepaskan"
"Apa kau bilang?" Preman itu melepaskan cengkraman nya, melangkah kearah Zoro dengan pandangan meremehkan.
"Kau tuli ya? Aku bilang lepaskan anak itu" Ucap Zoro geram.
"Ha! Kau kira kau siapa memerintah ku!" Preman itu mengambil balok kayu yang tak jauh dari kaki nya. Berlari kearah Zoro, bersiap untuk memukulkan kayu tersebut ke kepala Zoro dengan keras.
Buk! Krek! Kretek!
"AKHHH!" Ia berteriak, bukan Zoro. Melainkan preman tersebut. Zoro dengan sigap menarik kaki kanan nya kebelakang, menghindar. Memukul kan tangan kanan nya ke arah belakang leher preman tersebut. Merebut balok kayu lalu memelintir tangan nya, semoga saja tidak patah.
"Sialan kau!" Preman yang lain berseru tak terima. Maju secara bersamaan, bersiap untuk menghabisi Zoro. Namun lagi lagi dengan mudah ditepis dan di jatuhkan.
Sanji menatap kejadian tersebut tak berkedip sambil memegangi lengan kirinya. Memperhatikan setiap gerakan Zoro yang menghindar, menepis, memukul, dan banyak gerakan bela diri lainnya.
Keren.
Hanya itu yang ada di dalam pikiran Sanji saat ini. Tak peduli dengan luka dan memar di sekujut tubuh nya, juga lengan nya yang terkilir. Matanya berbinar memperhatikan Zoro lekat lekat.
Lima menit kemudian, semuanya beres. Preman preman itu mudah saja diringkus oleh lelaki berambut hijau dengan tiga anting anting di telinga nya. Zoro melirik kearah Sanji yang masih terdiam. Lelaki dengan surai pirang itu menahan nafas saat penolong nya itu menatap ke arahnya.
"Kau tak apa?" Tanya Zoro mengulurkan tangan.
"Ah ii iya" Sanji menerima uluran tangan Zoro. Perasaan hangat mengalir ketika surai hijau itu menggenggam tangan Sanji.
Zoro menatap Sanji yang tengah membenarkan pakaian nya dari ujung kaki sampai ujung rambut.
"Hm, duluan" Ia berbalik, kaki nya bersiap melangkah menjauh ketika surai pirang itu mengeluarkan suaranya.
"A anu!" Teriaknya. Zoro menghentikan langkah, menoleh. "Te terimakasih!" Ucap Sanji sedikit menunduk kearah Zoro. Zoro tak menjawab, langsung pergi begitu saja.
Sepasang mata biru Sanji menatap punggung Zoro yang perlahan mulai hilang dari pandangan nya. Ia pun segera pergi dari sana sebelum para preman itu sadarkan diri.
Sepanjang perjalanan Sanji merenung, kembali membayangkan sosok Zoro yang dengan tenang, ah lupakan. Datang disaat diri nya benar benar dalam bahaya, sangat mirip dengan buku dongeng. Dimana sang pangeran akan datang belakangan sebagai penyelamat.
Walau dirinya telah 'menjabat' sebagai pangeran sekolah hampir tiga tahun. Hari ini, menit ini, detik ini. Ia merasa bahwa Zoro lah pangeran sebenarnya. Diletakkan nya telapak tangan di dadanya yang berdegup kencang, muka yang memerah kala mengingat lelaki itu.
Ah, gawat. Sanji jatuh cinta. Jatuh cinta pada pandangan pertama jika kata orang orang.
*****
"Kau terlambat" Mihawk berdiri di ambang pintu saat Zoro masuk ke pekarangan rumah nya.
"Ada sesuatu tadi di jalan" Jawabnya lalu melepas sepatu dan diletakkan di rak sepatu.
"Kau tersesat?"
"Sedikit"
"Segera mandi dan ganti baju, kita makan di luar malam ini."
"Aku mau di rumah-"
"Harus ikut" Belum selesai Zoro berbicara sudah di potong oleh Mihawk. Zoro berdecak kesal lalu perhi ke kamar nya yang ada di lantai dua.
Pria itu tau, anak nya ini tidak akan pernah pergi keluar rumah selain sekolah dan hal penting. Mau tidak mau ya harus dipaksa, dan juga ada hal yang mau di sampaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ansos And Famous [HIATUS]
FanfictionCover bukan punya saya, cari di pinterest ❗ Ketika seorang pangeran sekolah, Vismoke Sanji dibuat jatuh hati oleh anak yang anti sosial, Roronoa Zoro "Sanji, kau akan di jodohkan. Tidak ada alasan untuk menolak, anak gagal." "Dengan siapa" "Anak ken...