06

581 91 5
                                    

Hai guys!
Welcome back
Jangan lupa vote and komen

HAPPY READING🤍



Tiga jam sudah berlalu, banyak percakapan mereka lewati. Lebih tepatnya antara Mihawk dan Judge, juga Perona dengan Reiju. Sanji terlalu canggung untuk memulai percakapan, apalagi Zoro. Masa bodo. Ia memakai earphone dan fokus dengan gadget nya. Tak peduli dengan tunangan nya yg jelas jelas ingin mengobrol dengan dirinya.

Mihawk yang menyadari sikap anak nya itu pun hendak mengambil ponsel Zoro, tapi sang empu sudah sadar duluan. Ditepisnya tangan sang ayah, selain peka dia juga sangat waspada.

"Ajak Sanji ngobrol, Zoro" Mihawk mengingatkan. "Kalian se sekolah kan? Pasti udah kenal"

Zoro hanya diam tak peduli. Memang nya siapa yang bersedia menjadi teman nya di sekolah? Tidak ada. Tak terkecuali lelaki surai pirang di depan nya.

"Sanji, Zoro waktu di sekolah kayak gimana?" Merasa kasihan dengan anak itu, akhirnya Mihawk memutuskan untuk mengajak ngobrol.

"Em.. Aku ngga sekelas sama Zoro, jadi aku ngga tau" Jawab nya sopan.

"Tapi kalian udah pernah ngobrol kan" Sanji menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal, bingung mau jawab apa. Padahal jawaban nya jelas, tidak pernah.

"Eh? Ngga pernah ya?"

"Em.. Iya om, belom pernah"

"Kamu secuek apa sih Zor, tiga tahun sekolah tapi ngga pernah ngobrol sama temen sendiri" Mihawk tak habis pikir dengan anak nya ini. Heran. Sifatnya ini sangat parah, mirip siapa? Ah, campuran antara dia dan istrinya.

"Haha, udah biarin. Lama lama juga akrab sendiri" Judge yang tak mau ambil pusing itu sok bicara.

"Oh ya, kalian tinggal bareng ya" Mihawk mengingatkan, namun ditolak tegas oleh Zoro. "Ngga"

"Zoro" Mihawk menatap nya tajam.

"Apa?" Balas Zoro dengan suara dingin dan tatapan yang tak kalah tajam.

"Besok ngga usah masuk, udah diijinin. Digunain buat pindahan ya" Mengabaikan tatapan nyalang anak nya, Mihawk kembali mengingat kan.

Yes, ngga jadi presentasi.

Deg deg an banget serumah sama Zoro.

Pukul dua siang, pertemuan itu diakhiri. Zoro segera pesan taksi untuk pulang, karena Perona minta jalan jalan. Sampai di rumah, dilepasnya pakaian formal itu sembarangan di lantai lalu membanting tubuh nya ke kasur.

Hatinya masih dongkol, dendam kesumat menguasai emosi anak itu. Persetan dengan pindahan, persetan dengan tunangan, persetan dengan perjanjian bisnis, ia tak ada hubungan nya sama sekali dengan itu.

Dan lagi, ada satu hal yang membuat Zoro bertanya tanya sejak di restoran hingga sekarang. Kenapa lelaki bersurai pirang itu tampak tak keberatan sama sekali. Sekilas memang seperti tak peduli, tapi jika dilihat lihat lagi. Ia sedang tersenyum tipis, sangat tipis. Ujung bibirnya hanya terangkat beberapa mm.

Bisa bisa nya dia senang dengan hal bodoh ini.

Lupakan tentang itu semua, Zoro beranjak mematikan lampu kamar, menurunkan suhu AC dan menutup gorden. Kini kamarnya sangat mirip dengan rumah hantu, gelap. Tapi inilah yang Zoro sukai. Lelaki itu memeluk guling dan beranjak ke alam mimpi.

*****

Sore hari di hari minggu, Nami yang kepo dengan tunangan Sanji pun meminta untuk bertemu. Hingga disinilah mereka, cafe langganan tempat nongki circle absurd.

"Zoro?!" Mata Nami membulat sempurna. Franky yang sedang meneguk minuman langsung menyembur. Luffy tersedak kue pai.

"Woy Sanji, serius pe'a!"

"Ya ini aku serius"

"Yang bener brew? Zoro yang itu?! Temen seangkatan kita itu?!"

Lelaki surai pirang itu hanya mengangguk santai sambil meneguk soda. Ia tidak malu sama sekali, justru bangga karena Zoro adalah orang yang disukai nya.

"Plis deh, aku masih ngga bs trima ini" Nami memijit pelipis nya. "Sanji, kamu tau ngga, brp kali kamu ngagetin kita seminggu ini"

"Iye brew, kaget trs kita sejak minggu lalu"

"Lebay ah kalian" Sangkal Sanji.

"Sanji, kau bilang kau jg menyukai Zoro?" Tanya Luffy untuk memastikan pendengaran nya tidak salah, saat Sanji memberikan fakta itu minggu lalu. Sanji hanya mengangguk.

"Udah udah, cape gue ah" Franky meneguk habis minuman nya.

"Aku yang ngejalanin kok km yg cape"

"Pindahan kapan" Tanya Nami.

"Besok, jadi kita berdua ngga masuk"

"Bapak bapak jaman sekarang meresahkan" Gerutu Luffy. Mengingat jika bapak nya juga baru muncul waktu umur dua belas tahun.

"Kita bantuin dah pindahan nya"

"Lah, ngga usah. Kan kalian sekolah" Tolak Sanji, ia tentu tidak enak merepotkan sahabat nya.

"Halah nggapapa, itung itung bolos ye kan" Luffy mulai menunjukkan senyum licik nya. Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

SEE YOU NEXT TIME ❗

Ansos And Famous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang