05

599 103 1
                                    

Hai guys!
Welcome back!
Seperti biasa jan lupa vote and komen
Langsung aja ya

HAPPY READING🤍

Satu minggu sudah berlalu. Rasa rasanya tujuh hari itu berlalu sangat lama. Zoro yang masih setia uring uringan dengan Mihawk, sedangkan Mihawk yang mencari cara agar amarah anak nya mereda di hari H.

Mulai dari membelikan segala nya yang dirasa Zoro inginkan, men transfer uang dengan jumlah yang tidak sedikit. Banyak cara duda anak dua itu lakukan.

Sedangkan Sanji, ia hanya menghitung hari sembari menyicil packing. Karena katanya ia akan pindah untuk tinggal serumah dengan calon tunangan nya itu.

Hari ini, tepat nya hari Minggu. Adalah hari yang dijanjikan, dan paling di benci oleh dua pemuda yang menjadi korban keegoisan orang tuanya.

Zoro sangat tidak bersemangat, daritadi mulutnya tak berhenti untuk ngedumel dan mengumpat umpat. Bagaimana tidak, minggu ini ia tak ada hari libur. Hari sabtu kemarin ia gunakan hampir seharian penuh untuk kerja kelompok. Dan sekarang hari Minggu harus keluar untuk hal bodoh.

Para pelayan yang membantu Zoro merapikan pakaian dan rambutnya itu tak terhitung menelan ludah karena takut. Tuan muda nya itu bisa kapan saja mengamuk dan menghancurkan segala nya. Ditambah mood nya yang anjlok seminggu ini dan tak kunjung membaik.

"Su, sudah selesai. Zoro san" Ucap pelayan itu terbata bata.

Zoro menatap dirinya di kaca besar yang ada di depannya, rambut tersisir rapi dengan pakaian formal. Ingin rasanya ia ganti dengan baju santai dan meringkuk di atas kasur.

"Kakak!!" Seorang gadis berlari dari lantai bawah ke kamar Zoro, mengetuk lalu membuka pintu.

"Kak, ayo udah ditunggu Ayah" Ucap nya sambil tersenyum, seperti biasa.

"HAH!" Zoro berdecak kesal, menendang meja yang ada di depan nya lalu beranjak menyusul Perona, adiknya.

Di depan pintu sudah terparkir sebuah mobil hitam, yang siap untuk mengantarkan nya. Seorang sopir membukakan pintu untuk Zoro dan Perona.

Sepanjang perjalanan, Zoro hanya diam tidak menghiraukan ocehan Perona yang sangat menyebalkan. Hanya Mihawk yang merespon.

Gadis remaja itu selama ini berada di LA untuk belajar. Tiba tiba dijemput pulang dengan alasan sang kakak akan bertunangan. Zoro yang ia kenal itu ansos dan tak peduli manusia, tiba tiba mau menikah tentu ia senang bukan main. Dibalik sikap senang nya itu ia tak tahu menahu tentang konflik seminggu belakangan.

Sepuluh menit kemudian, mereka sampai di sebuah restoran bintang lima. Segera diantar ke ruangan yg telah dipesan.

Disana telah sampai Vismoke judge, Vismoke Sanji dan Vismoke Reiju. Sanji yang mendapati keberadaan Zoro pun melotot kaget. Bagaimana bisa sang pangeran perebut hatinya ada disini?! Ah, daripada alay bisa disebut dengan istilah crush.

Zoro juga tak kalah terkejutnya dengan Sanji, bagaimana bisa pangeran sekolah yang minggu lalu di selamatkan nya bisa disini?! Perasaan Zoro mendadak menjadi tidak enak. Jangan sampai hal yang ada di pikiran nya adalah sebuah kenyataan.

Mereka duduk berhadap hadapan, pertemuan itu dimulai dengan percakapan antara Judge dan Mihawk. Jujur itu sangat menyebalkan, membuat mood Zoro dan Sanji menjadi semakin anjlok. Setelah semena mena mengatur kehidupan anaknya, mereka justru membahas tentang bisnis perusahaan, untung rugi dan sebagainya.

Lelaki surai hijau itu semakin merasa bahwa dirinya seperti sebuah alat yang digunakan oleh ayah nya. Perona yang sedari tadi diam mulai menunjukkan ekspresi tidak enak kala melihat raut wajah kakaknya. Sanji juga memilih diam, persetan dengan semuanya.

"Haha, kau bisa saja Mihawk" Judge tertawa, entah karena apa.

"Bagaimana jika kita mulai saja, niat kedatangan kita kali ini" Mihawk yang merasa sudah cukup berbasa basi pun mengalihkan topik, Judge mengangguk.

"Sanji, kenalkan. Itu adalah tunangan mu. Roronoa Zoro" Judge menoleh kearah anaknya yang sedari tadi diam.

"Zoro, namanya Vismoke Sanji" Begitu pula dengan Mihawk.

Mereka berdua bungkam. Zoro mengumpat dalam hati, apa yang ada di pikiran nya menjadi kenyataan. Daritadi ia berusaha untuk berfikir positif, jika sang tunangan itu yang perempuan. Namun ternyata... Ada apa dengan nasib nya hingga harus dijodohkan dengan teman seangkatan nya?! Apalagi seorang pangeran sekolah? Dengan anak ansos?!

Sanji berusaha mati matian untuk menjaga agar kedua ujung bibirnya tidak terangkat keatas. Mimpi apa dia semalam hingga dijodohkan dengan orang yang disukai nya. Dendam kesumat dan amarah yang awalnya ada pada dirinya mendadak hilang entah kemana. Tergantikan dengan perasaan senang tak karuan.

Masa bodo dengan teman seangkatan, masa bodo jika Zoro dikenal sebagai anak yang ansos. Selama seminggu ini dia diam diam memperhatikan Zoro, selalu lewat depan kelas nya saat istirahat. Mendapati Zoro yang bangku nya di pojok belakang. Rasa suka semakin bertambah setiap harinya. Walau hari ini ia tau, Zoro tidak merasa demikian.

Ansos And Famous [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang