Keesokan pagi nya....
Aku bangun lebih dulu daripada Jimin. Aku langsung mandi dan berpakaian lalu bergegas ke dapur. Untuk membuat sarapan pagi seperti biasa yang ku lakukan di rumah. Namun, tidak seperti dugaanku ternyata ahjumma yang bekerja di rumah ini sudah selesai memasak aku pun menyapa mereka.
"Annyeong ahjumma, apa ada yang bisa aku bantu?" Tanya ku kepada mereka.
"Nee... Annyeong, tidak perlu Nona semua nya sudah selesai lebih baik Nona membangunkan Tuan muda saja." Ucap ahjumma.
"Ahhh... Baiklah ahjumma." Ucapku lalu beranjak dari dapur menuju ke kamar untuk membangunkan Jimin.
Sesampainya di kamar aku melihat Jimin memang masih tertidur pulas. Aku kebingungan mencari cara membangunkan Jimin karena memang aku tidak pernah membangunkan Jimin selama kami menikah dan tinggal satu rumah. Aku mondar mandir hingga tidak sengaja aku menabrak meja di depanku dan lututku terbentur meja dengan keras itu membuatku berteriak lumayan keras. Seketika itu sukses membangunkan Jimin.
"Duakkkhhhh." (Menabrak pinggiran meja dengan keras).
"Awwwwwwww." Teriakku dengan memegangi lututku dengan posisi terduduk dengan menenggelamkan wajahku di antara lututku.
Karena, terbentur cukup keras itu membuat lututku terluka karena sangat kesakitan tanpa sadar air mataku menetes. Melihatku yang terduduk menahan sakit Jimin yang sudah bangun dan menghampiriku melihat lututku terluka Jimin lalu mencari kotak p3k di dalam dan kembali berjalan ke arahku.
"Kenapa kau bisa seceroboh ini tidak bisakah kau berjalan dengan hati-hati." Ucap Jimin dengan wajah yang serius.
Aku tidak menjawab perkataan Jimin aku hanya diam. Karena, sibuk menahan sakit saat akan mengobatiku Jimin melihat ku yang menangis karena kesakitan. Dan berkata.
"Apa ini sangat sakit?" Tanya Jimin kepadaku.
"Sedikit." Jawab ku singkat.
"Biar aku obati, jika kau merasa sakit pegang saja aku atau lakukan apapun untuk menahannya." Ucap Jimin tanpa melihatku.
Aku hanya mengangguk pelan tanda mengerti dengan perkataan Jimin. Setelah berbicara denganku Jimin mengobati lukaku. Aku yang sejak kecil tidak bisa menahan sakit pun sangat kesakitan. Tapi sebisa mungkin aku tidak berteriak karena menahan teriakanku aku pun beralih memegang lengan Jimin dengan kuat. Sadar aku melakukannya Jimin sama sekali tidak protes atau memintaku untuk melepaskan lengannya justru dia membiarkanku melakukannya.
"Tahanlah sedikit lagi aku akan memberikan satu obat lagi dan ini memang sangat sakit tapi ini membantu dengan cepat untuk penyembuhan aku sering menggunakannya kalau aku terluka." Ucap Jimin kepadaku.
"Nee... Arraseo." Ucapku singkat.
"Awww... Aw...aw... appo." Ucapku yang masih memegang lengan Jimin dengan kuat.
Melihatku yang kesakitan Jimin langsung meniupnya. Sontak aku membuka mataku dan melihat wajahnya.
"Tampan." Satu kata yang terucap dari hatiku begitu saja.
Melihat nya sedekat ini entah kenapa membuat jantungku berdetak tak beraturan. Beberapa menit kemudian Jimin sudah selesai mengobatiku dan aku pun melepas pegangan tanganku dari lengan Jimin. Dan berkata.
"Gomawo sudah mengobati lukaku." Ucapku singkat.
"Nee." Jawab Jimin singkat juga.
Setelah menjawabku Jimin langsung berlalu ke kamar mandi. Aku masih terduduk di ranjang kasur menunggu sakitnya hilang. Sejam kemudian Jimin sudah selesai mandi dan berpakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince of My Dream | PJM ✓
RomanceMenceritakan tentang seorang gadis muda yang sukses menjadi CEO di usia nya yang masih sangat muda. Tapi, kesuksesannya tidak berjalan senada dengan kisah asmara nya yang di khianati sahabat dan kekasihnya. Alih-alih ingin meneruskan perusahaan oran...