Chapter 36

8 3 0
                                    

Menjelang tengah malam perutku terasa sangat tidak enak dan rasanya ingin muntah. Aku segera berlari ke kamar mandi.

"Huekkkk....huekk..."

"Mwo... kenapa aku muntah hamil?
Aniya... bahkan Jimin tidak menyentuhku semenjak kami menikah, mungkin aku hanya masuk angin saja karena kehujanan tadi." Ucapku dalam hati dengan yakin.

Mendengarku yang muntah-muntah di dalam kamar mandi  Jimin langsung menghampiriku di kamar mandi.

"Erna~ah... Kau baik-baik saja? Apa kau sakit?" Tanya Jimin yang berdiri didepan pintu kamar mandi dengan mengetuk pintu. Sebenarnya Jimin bisa saja langsung masuk tapi dia tidak berniat masuk meski pintunya tidak ku kunci.

"Nee... Aku baik-baik saja, aku hanya merasa tidak enak dengan perutku mungkin aku masuk angin." Ucapku dari dalam kamar mandi.

Setelah selesai muntah aku beranjak keluar dari kamar mandi dan Jimin sudah menunggu ku di luar dan langsung memeriksa keadaanku. Dengan memegang dahiku.

"Kau demam mukamu pucat kau yakin baik-baik saja? Aku akan panggilkan dokter untuk memeriksamu" Ucap Jimin kepadaku.

"Tidak perlu... Aku baik-baik saja hanya sedikit tidak enak badan aku hanya perlu istirahat." Ucapku yang duduk di sisi kasur dengan memegangi perutku.

"Tunggu sebentar aku ambilkan obat untukmu." Kata Jimin yang beranjak ke tempat dimana obat-obat di letakkan.

Setelah beberapa menit Jimin kembali membawa beberapa obat dan air untuk ku minum. Jimin pun memberikan obat dan segelas air itu padaku. Setelah meminum obatnya aku kembali tidur. Jimin menunggu ku hingga tertidur lalu dia pun ikut tidur setelah memastikan aku tidur.

Keesokan harinya...

Aku terbangun dari tidurku aku menyentuh sisi tempat tidur ternyata Jimin sudah bangun lebih dulu dariku. Aku membuka mata sempurna mencari keberadaan Jimin di sekitar kamar tapi mataku tidak bisa menemukan sosoknya. Hingga aku mendengar suara tawa samar-samar dari arah dapur.

"Mwo... Pagi-pagi begini Jimin sedang dengan siapa di dapur." Ucapku yang bertanya-tanya dalam hati.

Aku pun beranjak dari kasur dan bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap. Setelah beberapa menit aku sudah selesai mandi dan berpakaian seperti biasanya. Setelah selesai bersiap aku pun turun ke lantai bawah tapi baru akan menuruni tangga aku sudah melihat pemandangan yang tidak seharusnya ku lihat dan itu sukses membuat mood ku hancur pagi ini. Melihatku yang sudah bersiap Jimin menoleh ke arahku dan bertanya.

"Kau sudah siap ke kantor? Apa kau sudah sehat?" Tanya Jimin dengan polosnya.

"Nee... Aku sudah lebih baik." Ucapku ketus.

"Apa tidak sebaiknya kau istirahat saja di rumah sampai keadaanmu benar-benar sudah sehat." Ucap Jimin lagi sambil terus tersenyum kepada Leena.

Melihat Jimin yang perhatian kepada Leena entah kenapa aku tidak menyukainya. Jimin memintaku duduk bersamanya dan Leena untuk sarapan bersama. Tapi aku sedang tidak punya selera makan pagi ini.

"Makanlah sarapanmu." Kata Jimin kepadaku.

"Aku tidak lapar, aku akan ke kantor bersama supir hari ini." Ucapku singkat.

"Supir sedang cuti karena anaknya sakit, aku juga belum mengijinkanmu menyetir sendiri. Jadi, aku akan mengantarmu." Ucap Jimin lagi sambil membereskan semua piring habis sarapan. Setelah selesai Jimin mengambil kunci mobil dan aku mengambil tas ku yang tertinggal di kamar.

"Kajja, kita berangkat." Ajak Jimin kepadaku dan Leena.

"Kalian duluan saja ke mobil aku akan ke kamar mengambil tasku." Ucapku lalu berjalan ke lantai atas dan menuju kamar. Melihatku yang naik ke atas sendiri Leena pun menyusulku dengan alasan ingin ke toilet.

The Prince of My Dream | PJM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang