Keeseokan paginya...
Aku terbangun dengan merengangkan tubuhku dan mengenai sesuatu disampingku. Aku segera menengok ke arah sampingku dan betapa kagetnya aku karena itu Jimin.
"Mwo... Kenapa dia di kamarku." Kataku dalam hati.
Aku melihat sekeliling dan baru tersadar kalau ini bukan kamarku melainkan kamar Jimin. Karena, malu aku mengacak-acak rambutku sendiri.
"Bagaimana aku bisa di sini? Apa aku berjalan sambil tidur lagi, apa dia menemukanku tertidur di depan kamarnya." Ucapku sambil menepuk dahiku dengan keras.
Karena, sibuk bertengkar dengan pikiranku sendiri aku tidak sadar Jimin sudah bangun dan memperhatikanku sejak tadi dengan tersenyum.
"Yya... Kau sudah bangun?" Tanya Jimin kepadaku.
"Nee..." Jawabku singkat dengan gugup.
"Mulai sekarang kita tidak perlu lagi tidur di kamar terpisah. Tidur saja di kamar kita aku akan minta sekertaris Ha untuk memindahkan barang-barangmu." Kata Jimin dan berlalu dari hadapanku.
Tapi baru 2 langkah Jimin berjalan. Aku langsung membuka suara.
"Tidak perlu meminta sekertaris Ha aku akan menindahkan barang-barangku sendiri." Jawabku kepada Jimin.
"Baiklah terserah kau saja." Ucap Jimin lalu masuk ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian Jimin sudah selesai mandi dan ganti aku yang mandi. Entah apa yang sedang terjadi kepadaku aku mengingat kembali perkataan Jimin tadi. Dan tersenyum tapi kemudian aku tersadar kembali.
15 menit kemudian aku sudah selesai mandi dan berpakaian. Aku sibuk berdandan karena hari ini aku dan Jimin akan ke Busan tempat orang tua Jimin tinggal. Sepanjang aku bersiap Jimin sesekali melihatku tanpa sepengetahuanku.
"Kita harus berangkat secepatnya jadi kita sarapan saja di luar." Kata Jimin yang masih sibuk memasang kancing bajunya.
"Nee... Terserah kau saja." Jawabku datar masih sambil berdandan.
"Huh... Kenapa kancingnya terlepas." Gerutu Jimin.
Dari kaca aku melihat Jimin kesulitan memasang kancing bajunya yang terlepas. Melihat itu aku langsung mencari alat untuk menjahit kancing baju nya yang terlepas. Setelah menemukan yang aku butuhkan aku langsung berjalan ke arah Jimin berdiri dan meraih baju Jimin.
"Biar aku saja." Kata ku sambil menarik bagian baju Jimin dan mulai menjahit kancingnya tanpa di lepas dari tubuh Jimin.
"Ahh... Nee..." Jawab Jimin yang mulai salah tingkah.
Jimin mematuhi perkataanku dan tetap diam sambil aku menjahit kancing bajunya. Sesekali Jimin memperhatikanku lagi. Seolah berkata ini yang dia inginkan. Setelah selesai menjahit kancing baju Jimin dan membenarkan baju nya aku kembali duduk dan bersiap-siap.
Beberapa menit kemudian aku dan Jimin sudah bersiap. Kami langsung bergegas ke mobil. Aku ingin membawa barang-barangku sendiri tapi Jimin melarangku. Dan seperti biasa aku dan Jimin tidak saling mengobrol. Perjalanan yang cukup jauh membuatku kelelahan dan tertidur di dalam mobil melihatku yang tertidur tanpa memasang sabuk pengaman. Jimin menghentikan mobilnya dan memasang sabuk pengaman kepadaku. Lalu melanjutkan perjalanan kami.
3 jam kemudian kami sudah sampai di depan rumah keluarga Jimin di Busan. Ternyata seluruh keluarga Jimin sudah menunggu ku dan Jimin. Jimin membangunkanku.
"Erna~ah... Bangun kita sudah sampai." Kata Jimin sambil menepuk pundakku pelan.
Seketika aku langsung terbangun dan membenarkan penampilanku. Karena, aku dan Jimin harus terlihat baik-baik saja Jimin keluar dan membuka pintu mobil untukku. Lalu aku turun sambil memegang lengan Jimin dan di sambut keluarga Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince of My Dream | PJM ✓
RomanceMenceritakan tentang seorang gadis muda yang sukses menjadi CEO di usia nya yang masih sangat muda. Tapi, kesuksesannya tidak berjalan senada dengan kisah asmara nya yang di khianati sahabat dan kekasihnya. Alih-alih ingin meneruskan perusahaan oran...