Selepas semua keperluan Mama Dita rampung, Bagas tak langsung pulang, malah Eza yang meminta dirinya untuk mengobrol sebentar.
"A Bagas, kok betah pacaran sama teh Sera?" Bocah itu aneh-aneh saja kalau bertanya. Padahal Bagas mencintai Serayu tanpa alasan. Tidak tahu saja dia kalau bagas sudah jatuh sejatuh-jatuhnya.
"Teteh kamu baik, gak neko-neko juga. Jelas atuh A Bagas betah." Kopi Arabikanya telah habis setengah gelas, meski mereka hanya mengobrol hal-hal yang tidak berat.
Coba bayangkan kalau Eza bertanya apa pesawat terbang diangkat oleh sekumpulan Jin? Atau pertanyaan seputar ikan duyung pup lewat jalur mana?
Bisa dipastikan kalau Bagas undur diri sejak tadi. Serayu sempat bercerita tentang adiknya yang random, suka sekali memperdebatkan hal-hal yang tidak masuk akal.
"Za, mau tanya boleh gak nih?"
"Eza ajalah yang tanya, A Bagas jadi narasumber aja." Katanya final. Apa coba? Dia kira ini sesi tanya-jawab? Ada-ada saja.
"Yaudah. Abis ini gantian ya tapi?"
"Iya."
"Mau tanya apa?"
Eza sedikit berpikir, matanya terpejam dengan telunjuk yang ditempelkan pada dahi. "Kalau Eza udah masuk SMA, enaknya ambil jurusan apa?"
"Hobi kamu apa?"
"Tidur."
"Serius."
"Gak punya hobi Eza mah, mangkanya bingung."
"Kamu suka ngitung?"
"Suka kalau yang dihitung uang."
"Yang ngerti kamu cuma diri kamu sendiri. Coba pikir mateng-mateng biar gak nyesel."
Eza mengangguk saja.
"Za, mau tanya deh, kamu pernah suka cewek?"
"Ih parah, atuh pernah lah!" Nadanya meninggi, tidak senang karena Bagas bertanya demikian.
"Punya gebetan?"
"Punya, tapi kalau inget itu juga."
"Siapa?"
"Anaknya pak RT."
"Serius? Yang namanya Zihan itu?"
Eza langsung menatap Bagas. "Kok tahu? A Bagas jangan bocor tapi ya? Terutama sama si kepo Jidan pulu pulu itu."
Bagai seorang musuh bebuyutan, terlihat sekali kalau Eza menyimpan dendam pribadi pada kakak laki-lakinya. Tak heran juga jika mengingat kalau Jidan itu manusia paling usil, kepo dan cerewet.
"Nggak. Lagian kalau suka mah gapapa atuh."
"Iya." Dia terkekeh. "Eza mau jadi sarjana dulu, baru dapetin Zihan."
"Mau jadi sarjana supaya apa?"
"Supaya bisa nyalonin diri jadi RT."
Lagi-lagi Bagas dibuat jengah. Ini manusia satu kadang serius kadang minta digebuk. Sesekali mungkin anak itu bisa serius, tapi keseriusan itu gampang sekali lenyap ditelan bumi.
Bagas mengeluarkan dompetnya, membayar dua gelas kopi yang tadi mereka pesan.
"Makasih, A. Nanti traktir lagi." Tak tahu malu memang. Tapigapapalahcalonadikipar. Dekat dengan Eza bisa menjadi salah satu kunci diterimanya Bagas dikeluarkan Serayu.
Teori yang bagus, Gas!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Serayu
Ra | Udah tidur yaa? | Maaf tadi aku langsung ke rumah kamu | Eh Om Jaya kamunya tidur |
|
Eh | Enggak | Aku nguping di bali pintu hehe
Serius? | Ah kamu mah | Aku baru mau jelasin panjang lebar |
| Aku udah feeling kalau kamu mau ke rumah | Mangkanya aku suruh ayah duduk diteras | Aku dengerin lewat celah pintu
Masih marah? |
| Enggak | Aku gak bisa marah sama kamu | Makasih udah mau jelasin
Aku minta maaf tentang apapun yang pernah nyakitin hati kamu | Besok mau? |
| Apa?
Katanya nguping tapi masih tanya |
| Hehe | Iya mau
Ke taman aja ya? | Kalau ke mall aku gak sanggup |
| Iyaa | Muter-muter naik motor juga gapapa | Yang penting bareng kamu
Mau dijemput jam berapa? |
| Jam 8 | Gimana?
Okee |
| Gas | Ngantuk
Makan atuh |
| Ih diamahhhh
Selamat tidur Serayu | Aku dipanggil Ibu | Dahhh |
| Iyaa<3
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.