Kalian pernah nggak sih ngerasain frustasi yang nggak berujung solusi? Rasanya tiap hari dihantui rasa takut sama overthinking yang berlebih?
Itu yang dirasakan oleh mahasiswa tingkat akhir seperti Haknyeon. Ia menatap tumpukan kertas dengan beberapa coretan bolpoint warna merah di dalamnya. Tidak lupa sebuah memo yang menempel di kertasnya 'Revisi'. Satu kata yang membuatnya uring-uringan dan merusak pola tidurnya.
Ceklek
Haknyeon yang lagi mager melirik ke arah pintu, ada pacarnya dengan membawa kantong plastik berisi makanan.
"Kok berantakan sih mbul?"
"Males beresin, aku capek banget liatin coretannya dospemku di skripsiku."
"Bangun dulu. Kamu udah makan belum?" Setelah meletakkan kantong plastik yang ia bawa, pemuda itu mengusap sayang kepala kekasihnya.
"Aku nggak laper."
"Aku bawa martabak telor sama martabak manis. Yakin nggak laper?"
Haknyeon bangun dari posisinya, "kamu jajan banyak banget? Siapa yang ngabisin?"
"Kamu lah. Aku beli banyak biar pacarku semangat." Sunwoo senyum terus merunduk beresin kertas di dekat kaki mereka.
Grep
"Nu, biar aku yang beresin. Kan aku yang berantakin. Kamu masih pakai baju kerja, emang tadi nggak pulang dulu?"
"Nggak.."
"Ish.. udah gih sana mandi. Pakai bajuku aja. Baju kamu taroh ke keranjang kotoran aja. Ntar aku laundry bareng punyaku."
"Iya nanti aku mandi, kita makan dulu aja." Sunwoo mencuci tangannya lalu mengambilkan nasi untuk Haknyeon.
Haknyeon melihat gerak gerik Sunwoo. Mereka berpacaran sejak SMA. Saat itu Sunwoo adik kelasnya, setelah lulus mereka memilih karirnya masing-masing. Haknyeon memilih langsung menempuh perguruan tinggi, sedangkan Sunwoo memilih bekerja langsung setelah lulus sekolah. Dia bekerja di sebuah perusahaan otomotif, bagian marketing.
"Segini kurang nggak mbul?" Sunwoo memperlihatkan nasi yang ia ambil.
"Cukup kok."
Setelah semuanya siap, Haknyeon masih saja menatap Sunwoo yang daritadi melayaninya seperti anak kecil.
"Nu, sebenernya disini yang kakak siapa sih? Kenapa kamu yang ngurusin aku? Kita kebalik."
"Kita kan emang bukan kakak adek. Tapi pacar. Kenapa? Kamu merasa aku jadiin adek?"
"Nggak... Harusnya aku yang ngurusin kamu. Beliin jajan kamu, terus ambilin makan buat kamu. Gimana pun aku yang lebih tua dari kamu."
Sunwoo tersenyum, dia memberikan sendok ke pacarnya.
"Kamu terlalu overthinking, yang. Gini ya, kamu masih kuliah. Aku yang udah kerja. Wajar dong kalau yang sering keluar uang itu aku. Tenang, aku nggak perhitungan sama pacar sendiri kok. Asal kamu bahagia, aku seneng. Udah ayo makan yang banyak." Sunwoo mengusak rambut Haknyeon.
"Heh! Tetep aku yang lebih tua ya. Jangan usak-usak kepalaku gitu." Sungut Haknyeon berpura-pura marah, aslinya dia salting.
Sunwoo tertawa, lalu mencicipi martabak telornya.
"Kok agak asin ya? Coba deh kamu rasain." Komen Sunwoo.
"Masak sih, nggak kok. Enak tuh. Micinnya berasa."
Sunwoo speechless, Haknyeon demen makan micin. Pokoknya yang berbau asin-asin.
"Mbul, tau nggak sih? Orang yang demen makan asin tuh ngebet kawin."
KAMU SEDANG MEMBACA
S3 | SunHak
Fanfiction- S3 - Serba-Serbi Sunhak, beberapa potongan cerita seperti bumbu dapur. Bermacam-macam rasa di dalamnya. Semua kisah terajut oleh dua manusia yang memiliki hubungan unik. Warn: Bxb 18+