#2 - Tuxedo

380 21 1
                                    

A/N:
Sudut pandang Mingi atau bisa juga Yunho. Bebas. Sesuaikan dengan selera masing-masing.

🎨Tema: Modiste, Tailor, Cinta

.
.
.

Aku hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Entah yang keberapa kali dalam minggu ini, aku sering mendapatinya di sekitarku.

Bukan sebuah kesengajaan. Ini hanya kebetulan. Dia pun tidak tahu jika aku memperhatikannya dari sini. Namun, kupikir jika pertemuan kami ini agaknya terlalu sering.

Tidak pernah aku mengenalnya. Hanya sebatas rupa saja.

Akan tetapi, semenjak pertemuan wajah temu wajah perdana kami di stasiun kereta api bawah tanah, eksistensinya semakin lebih sering kusadari.

Paling sering sih, di stasiun. Sisanya, mungkin di halte bus sekitaran distrik perbelanjaan. Pun, tak jarang aku melihatnya ketika akan pulang dari tempat kerjaku.

Seperti sekarang ini, sesekali aku mengamatinya yang sedang duduk. Tidak terlalu jauh dari tempatku berdiri. Kami masih bernaung di satu atap halte bus yang sama.

Pun, bus yang kunaiki ternyata sama dengannya. Tujuan kami mungkin searah. Dia duduk di seberang kursiku. Menoleh dikit saja ke kanan, bisa kudapati wajahnya yang mengantuk. Ditimpa cahaya matahari senja, entah kenapa terlihat sangat bagus.

Aku sempat terpana sesaat sebelum sadar diri dan memalingkan wajah.

Memalukan jika terpergok memandangi wajah seseorang, terlebih dia orang asing. Namun, aku tidak bisa berhenti mencuri pandangan ke arahnya.

Wajahnya itu, benar-benar indah. Aku tidak akan mengatakan jika dia sangat tampan. Namun, dia hanya ... terlihat sempurna.

Sempat berpikir jika diriku ini sakit, mungkin kelelahan setelah lembur menyelesaikan tuksedo untuk acara minggu depan.

Wajahku panas, jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya, juga rasanya tidak tenang. Gelisah.

Akan tetapi, kepalaku tidak bisa melepaskan bayangan figur senja pria itu.

.
.
.

"Kamu itu jatuh cinta!" Temanku tertawa sembari menepuk pundakku.

Beberapa hari setelah peristiwa di bus itu, aku menceritakan keresahanku. Cukup aneh rasanya dihantui sosok asing yang aku saja tidak tahu namanya.

"Memangnya bisa begitu? Aku aja gak tahu namanya."

"Cinta itu gak pandang nama, tahu? Cinta itu bisa datang kapan dan di mana saja. Pada siapa saja. Mengerti?" jelas temanku penuh keyakinan.

Begitu, ya? Aku jatuh cinta? Jadi ini yang dinamakan jatuh cinta?

Baru kali ini aku merasakannya setelah 24 tahun hidup di dunia ini. Kupikir jatuh cinta itu mitos belaka.

Aku tidak pernah berpikir jika sensasi jatuh cinta itu akan berbeda dengan bagaimana ketika kita menyukai sesuatu. Kupikir jatuh cinta itu akan terasa sama saja dengan menyukai seseorang yang baik atau asyik diajak bicara.

Hanya sebatas itu.

Aku tidak tahu jika ada perasaan seperti ini. Pun, aku baru mengetahuinya setelah bertemu dengannya.

Kami tidak pernah sekali pun mengobrol, tetapi entah kenapa aku bisa menyukainya. Mungkin beginikah jatuh cinta itu?

"Dia ... kelihatannya baik. Mungkin? Aku gak tau karena gak pernah bicara sama dia."

Dengan antusiasnya, temanku mengajukan pertanyaan seperti, "Kamu suka lihat dia gak? Jantungmu berdebar keras gak? Malu-malu gak?"

Aku tercenung. Semua itu pernah aku rasakan sekaligus ketika mengingatnya. Aku mengangguk kemudian.

Couturier [YunGi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang