Halo?
Kamu sudah dengar beritanya? Astaga, itu disiarkan di penyiaran nasional. Aku saja sampai terkejut saat mendengarnya.
Aku di mana? Aku sedang di mobil, mendengarkan radio. Jauh, aku ada di parkiran Mall, bukan di sekolah lagi. Jangan khawatir.
Aku hanya mampir untuk membeli makan malam. Tadi pagi, aku sempat mencari resep mi Soba. Kamu suka mi Soba juga, 'kan? Tadinya aku ingin beli bahan-bahannya dan menyuruhmu masak mi Soba. Kamu bisa masak Soba? Tidak. Aku tahu kalau kita berdua ini payah, makanya aku pergi ke Mall untuk beli yang sudah jadi. Restoran Soba yang terkenal enak katanya ada di Mall. Itulah kenapa aku ada di sini sekarang.
Kamu mau menitip sesuatu? Bahan-bahan kimia? Oh, tidak perlu lagi, ya? Aku pikir kamu membutuhkan obat baru atau bahan peledak lainnya. Jika tidak ada, aku pulang.
Apa Soba saja cukup untuk makan malam? Aku tidak beli daging, tetapi kalau kamu mau, aku akan mampir ke supermarket lain. Iya, iya. Tolong kirim daftar belanjaan yang kamu butuhkan.
Aduh, maaf ya, agak berisik di sini. Sirine beberapa ambulans dan mobil patroli yang barusan lewat nyaring sekali. Kuperkirakan mereka baru saja membawa beberapa korban dari gedung itu menuju rumah sakit.
Iya. Mereka baru membawanya sekarang. Aku juga penasaran, entah yang terluka apa yang sudah hilang nyawa.
Omong-omong, aku akan menyetir, kamu mau tetap di situ atau kuputuskan saja panggilannya? Baiklah, tunggu sebentar ….
… Kamu masih di sana? Iya. Aku menuju ke supermarket dulu. Kamu sudah lihat beritanya, ya? Sudah diliput stasiun TV?
Bagaimana menurutmu? Apakah sesuai dengan perkiraan?
"Aku … masih tak percaya. Itu terlihat dahsyat," katamu?
Benar, 'kan? Sungguh, kerusakan dari ledakkannya memang tidak disangka-sangka. Aku bahkan ikut terkejut ketika menyaksikannya. Siapa sangka, senjata rakitan milikmu itu mampu menghancurkan setengah dari gedung berlantai 3. Benda itu benar-benar mengerikan.
Jika aku terlambat bertindak sedetik saja, mungkin tubuhku ini pun akan terkubur di bawah puing-puing bangunan. Serius, itu akan jadi mimpi paling buruk.
"Untunglah kamu selamat. Apa kamu sempat bertemu polisi tadi?"
Seperti yang kamu pikirkan, polisi sempat menanyakan beberapa hal tadi, tetapi aku lolos dan berhasil keluar sebagai seorang saksi mata biasa. Tenang, aku hanya menjawab sewajarnya. Hanya seputar: Terdengar ledakan keras dan gedung utama sekolah itu mulai runtuh dan hancur di atas tanah. Bagaimana? Kalimat itu tidak berbahaya, 'kan? Kuharap, sih.
Sebelum pergi dari sana, aku juga mengulur waktu agar aku tidak dicurigai. Jika mereka melihat seseorang yang buru-buru pergi dari TKP beberapa saat setelah insiden terjadi, mereka akan langsung menyimpulkan jika itulah pelakunya. Aku tidak ingin hal sepele itu mengundang konsekuensi terburuk bagi kita. Aku juga tidak mau dituntut atas apa yang sudah kamu lakukan. Di sini, aku hanya membantumu memposisikannya. Jika pun aku dinyatakan ditangkap dan dihukum, kamu pun perlu diseret sebab kamulah yang menekan pemicunya.
Selain itu, aku tidak bisa hidup ataupun mati tanpa kamu.
"Iya, aku paham. Itu tidak akan terjadi, Yunho. Percaya padaku. Omong-omong, apakah kamu sudah meletakkan dengan benar? Aku khawatir kalau itu tidak sesuai rencana."
Kamu khawatir aku salah target, ya? Jangan khawatir, aku sudah memperhitungkan situasi. Keberuntungan juga merestui ketika aku meletakkannya tepat di dalam ruangan yang akan mereka gunakan. Iya, mereka mengganti tempat pertemuannya di kelas 10-C. Kelas yang kamu targetkan sebagai rumah bom itu. Siapa sangka, para korban malang itu telah pindah ke sumber kematian mereka.
"Kata 'korban' tidak pernah pantas untuk disematkan kepada mereka."
Astaga, baiklah, baiklah. Aku paham kemarahan dan kebencianmu, juga dendam kesumatmu. Mereka, selama hidup, memang tidak pantas disebut manusia, sih. Aku juga kesal karena ketidakadilan yang diterima banyak anak terutama adikmu.
Sumpah, jika aku ada di posisi kamu pun, aku mungkin akan melakukan hal yang sama.
Jadi, Mingi, apakah sekarang kamu sudah puas setelah balas dendam ini?
"Jangan tanyakan aku. Tidak ada balas dendam yang akan membuat puas. Tujuan utamaku memencet pemicunya pun bukan karena dendam semata, tetapi iblis seperti mereka harus segera di kirim ke neraka."
Oh, kata-kata yang bagus. Aku setuju dengan kalimat terakhir itu. Segala sesuatu yang merugikan memang harus segera dikembalikan ke tempat asalnya. Lagi pula, mereka itu terlalu enak hidupnya. Dilindungi sana-sini, bahkan setelah terbukti melakukan kesalahan, bisa-bisanya mereka tetap melenggang dengan bebas. Seakan-akan, nyawa orang yang telah menuntut mereka tidak ada apa-apanya.
"Benar. Jika mereka tidak segera dimusnahkan, pasti akan ada korban selanjutnya."
Tidak heran kalau kamu cemas. Jika mereka masih bebas dan hidup di masyarakat, tidak mustahil mereka mengulang kejahatannya. Tindakanmu ini mungkin terlihat salah di mata dunia, tetapi bagi mereka yang merasakan penderitaan yang sama, kupikir tindakanmu cukup beralasan kuat untuk dicap benar.
Setiap pahlawan punya cara masing-masing dalam menegakkan keadilan. Rela mati dibunuh orang lain, ataupun tega membunuh orang lain, semuanya tak hanya sebatas tentang dendam semata. Banyak manusia yang memilih mencari keadilan sendiri karena lingkungannya tidak mampu memberikan itu.
"Kata-katamu boleh juga, akan kuingat. Setelah ini, kuharap tidak ada lagi penjahat yang bebas setelah membunuh adikku. Jika pun masih ada, kurasa aku sudah punya rencana kotor babak dua."
Oh, ya? Menarik! Tadinya aku berharap tidak ada nyawa melayang lagi setelah ini. Namun, jika memang ada orang yang mau kamu hukum lagi. Aku akan membantumu. Sungguh, aku pun sangat marah melihat wajah bejat mereka yang masih punya muka untuk berkeliaran tanpa dosa. Jika aku adalah korban mereka, memandang wajah para bajingan itu setara melihat monster bangsat yang perlu dibasmi. Menjijikan.
"... Tentu. Senang bekerjasama dengamu, Yunho. Cepatlah pulang. Aku berpikir untuk menjual barang-barangmu di situs barang bekas."
Kamu mengancam? Manis sekali dan aku tidak takut. Meski begitu tolong jangan menjual mereka lagi. Sulit mendapatkannya kembali.
"Maka dari itu, kembalilah sebelum gelap."
Baik-baik. Aku baru sampai di supermarket. Janji tidak lama. Kututup dulu, ya? Iya, iya, Sayang. Sampai jumpa di rumah.
.
.
.[✿SELESAI✿]
KAMU SEDANG MEMBACA
Couturier [YunGi]
FanfictionBerisi kumpulan beberapa One-shoot hasil thread-ku di Twitter. Setiap part tidak saling berhubungan. ⚠️WARNING!!!⚠️ ☑ ️Lapak Boys Love/BxB/Shounen-Ai ☑ Bahasa nano nano. ☑ ️AU; Alternate Universe. ☑ ️Just for fun! Jangan dibawa serius. Disclaimer: A...