#12 - Savior I

79 3 0
                                    

Savior (bagian I)
4000+ kata.
CW! Kata umpatan dan sejenisnya.
.
.
.

"Siap untuk menjual hidupmu, Penyelamat? Aku bertaruh lima ratus ribu untuk kemenanganmu!" Jung Wooyoung dengan mulut terkutuknya memulai lelucon kejam bahkan sebelum aku sempat menduduki kursi. "Tolong, menangkan persidangannya," tambahnya sambil nyengir tolol.

"Jangan bertaruh seenak jidat dengan karir orang lain, sialan." Aku memarahinya. Selain itu, aku benci dipanggil 'penyelamat' ketika aku sadar kalau aku tidak akan bisa menyelamatkan apa pun. Kata itu selalu punya kutukannya tersendiri.

Tanpa mempedulikan perasaanku, Wooyoung berkata, "Bukan karirmu, Yunho temanku, tetapi hidupmu. Orang-orang dari Underground Palace pasti sedang menaruh penuh minat padamu." Benar-benar menyebalkan. Dia bisa mengingatkan fakta sekejam itu dengan enteng.

"Dengar itu, aku pengin mati saja," celetukku tanpa humor. Meskipun begitu, aku tidak sungguh-sungguh ingin mati. Siapa yang mau mati? Tidak, sebelum aku menyelesaikan masalah merepotkan ini. Setelahnya, aku tidak peduli tentang hidup lagi.

Celetukanku ditanggapi dengusan keras dari Wooyoung, tampak jelas dia ingin menertawakan hal itu—hidupku yang sial, tepatnya. "Jangan buru-buru. Cepat atau lambat, itu pasti terjadi," katanya dengan nada penuh penghiburan. Sungguh, terkadang aku iri dengan nuraninya yang minim.

Wooyoung terus saja berceloteh. Masih dengan humor gelapnya yang menyebalkan. Aku tercipta untuk mendebatinya dan usahaku otomatis menjadi kegemarannya. Kami tidak pernah searah, cinta pertentangan dan saling menghina untuk bersenang-senang. Oh, astaga. Indahnya persahabatan ini. Jadi, di mana Kang Yeosang sekarang? Aku sangat butuh dia untuk menutup mulut bajingan ini.

Di tengah percakapan hangat antara aku dan Wooyoung si bajingan, akhirnya sang dewa penyelamat yang asli pun hadir. Baru turun dari surga. Kang Yeosang menyapa dengan ramah seperti biasa. Wajahnya cukup berseri kali ini, membuat aku dan Wooyoung saling berbagi pandangan yang sama. Sebenarnya, kami bisa menebak alasan Yeosang tampak bahagia. Jadi, baik aku dan Wooyoung, malas bertanya.

"Seru sekali. Apa yang lagi kalian bahas?"

Yeosang langsung memulai obrolan dan secara cepat aku menjawabnya, "Wooyoung membuat taruhan lagi. Kali ini hidupku. Hanya dihargakan lima ratus ribu, orang itu tak punya hati." Aku mengadukan kelakuan orang itu pada sahabat tercintanya. Aku selalu menyukai reaksi Wooyoung dalam hal ini. Dia tidak akan membalasku seperti biasa, tetapi ekspresi kesalnya begitu berharga.

"Aku hanya bercanda. Yunho tidak mungkin mati semudah kupu-kupu kecil."

Aku mendengus keras, membalasnya sinis, "Lawanku timah panas, bangsat. Bukan tepukan tangan."

Sepertinya, Yeosang ada di pihakku karena dia lantas memandang Wooyoung. Ikut sinis. "Ancaman pembunuhan bukan bahan candaan. Kita semua tahu kemungkinan terburuk jika membela kasus itu."

Sukses seperti biasa. Aku tersenyum miring melihat Wooyoung diam untuk mengaduk-aduk minumannya, jelas dia kesal diceramahi meski air wajahnya tampak tak terganggu.

Beginilah pertemanan yang sehat dan imbang. Harus ada satu orang yang mewakili air surga di antara dua bara api dari neraka. Meskipun aku dan Wooyoung lebih dahulu berteman, kehadiran Yeosang menjadi hal terpenting. Dia adalah pelengkap sempurna.

Jika dihitung, 15 tahun bukan waktu yang sebentar. Kami telah berteman selama itu adalah fakta yang cukup mengejutkan. Padahal, rasanya baru saja kemarin aku bertemu Wooyoung dan membantu dia melamar Yeosang secara sembrono untuk bergabung dalam regu penelitian konyol kami. Kenangan yang berharga. Kuharap bisa kembali lagi ke masa-masa itu. Petualangan mahasiswa jauh lebih menyenangkan ketimbang petualangan karirku yang menuju kuburan.

Couturier [YunGi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang