Chapter 9

6 0 0
                                    

"Ma, Alva gak sekolah ya, Alva sakit, gak enak badan"
Ucapku yang masih memakai penutup mata, aku tidak mau memberi tahu mamah bahwa aku ada BigProblem.

Mamah langsung memegang leherku dan jidatku.

"Aih panas, kamu istirahat ya, nanti mamah bilang ke Pak Yatno. Tapi Al, kok kacanya pecah?"

"tadi malem jatoh" ucapku berbohong.

Aku membuka perlahan penutup mataku. Aku melihat kekaca. Ada gadis jelek yang tak sadar akan kasih sayang seseorang. Gadis itu egois, gadis itu bi--

Tahan Alva, jangan sampe pagi ini terjadi seperti tadi malam.

*Flashback*

Aku pulang dengan lesu dan langsung mengunci diri di kamar.

Aku melihat kekaca. Aku melihat gadis tolol , aku melihat gadis tak berguna, aku melihat bitch, aku melihat gadis yang kesepian, aku melihat gadis jelek. Dan

Gadis itu aku.

Aku menangis sejadi jadinya. Aku menngis tidak dalam diam.

kalo aku menangis tidak ada yang care.

dengar, kamarku berada di pojok lantai 2, jarang ada yang kesana.
"Sorry guys, gue gak nyangka,i can't belive."

"Can't belive!" ucapku lalu melempar tas ku asal.

Aku masih menangis sampai tersungkur dilantai. Aku sekarang mengangis dalam diam. Aku tak sanggup bila tak ada mereka. Aku hanya menjadi sampah.
SAMPAH BAGI MEREKA!!.

Aku menangis sampai malam. Teringat kata Joan

.......... Anggap mereka ada , liat perjuangan mereka Al .

Aku tak tahan untuk tidak membongkar isi seluruh kamar.

Sambil menangis, aku memukul kepalaku di kaca, aku memaki maki diriku sendiri, aku mengambil cutter dan mengiris iris tanganku sampai berdarah.

Aku menempelkan darahku dikaca. Dengan selembar kertas bertuliskan :

Sorry guys!.sorry, gue rela hidup melarat, miskin, bahkan kekurangan darah demi dapet temen. Demi dapet lo semua. I need you guys, i love you very much! Please forgive me. Please. Gue gak bisa hidup kayak gini. Gue dihantui rasa bersalah yang dalem.
Forgive me please.

Aku memfoto tulisan itu bersama kaca yang penuh darahku
Well, setidaknya aku punya 2 kaca sama besar.

Aku lalu memecahkan kaca itu dengan kepala dan tanganku.

Kini badanku dan lantai kamarku banyak darah.
Aku harus mandi. Harus.

Semoga ini terakhir kalinya aku seperti ini. Aku harus bisa menahan diri. Harus.

*Flashback end*

••• ~ •••

Halo!! Sorry yo short chapter.
Alay gak sih Alva nya?

Semoga aja gak. Semogaaa...

Vomment nya ya plis.
3++ vote for next chapt.

Bye.
-Ratri

IT HURTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang