54. PESAKITAN

2.1K 310 244
                                    

Tau apa yang perlu kalian lakuin untuk bikin aku senang dan bersemangat, 'kan? 🌈❤️Sip

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tau apa yang perlu kalian lakuin untuk bikin aku senang dan bersemangat, 'kan? 🌈❤️
Sip. ( ꈍᴗꈍ)

Maaf kalo bab ini mengecewakan, ya. Tapi semoga kalian akan tetap suka.

__
___
____

"Om berhenti sekarang atau saya akan memanggil polisi!" Seusai mengucapkan peringatan itu, Saga kemudian menghampiri gue dan Mamah. "Ryan, Tante, kalian nggak apa-apa?" tanyanya seraya meneliti kondisi kami secara seksama.

Gue menggelengkan kepala lalu memegang lengannya. "Kami baik-baik aja."

PRANG!

Bunyi keras benda yang berpecahan itu serta-merta mengejutkan kami yang spontan menoleh. Gue melihat Papah yang baru aja membanting baskom beling berisi semur ayam ke lantai. Membuat pecahan beling beserta isinya berhamburan ke mana-mana, mengotori ruang tengah ini juga menu-menu lainnya. Bahkan turut melukai kulit kakinya yang kini tampak berdarah. Astaga.

"Kalian orang luar seharusnya berhenti mencampuri urusan keluarga saya!" berang Papah dengan emosi yang nggak kunjung mereda. "Seharusnya kalian nggak ikut kemari dan mengganggu ketenangan hidup saya! Kalian orang-orang sombong biadab!" makinya dengan telunjuk yang menuding pada si Bangsat dan Mas Bayu, gemetaran.

"Sudah, Bang! Tolong, berhenti! Cukup, cukup, cukup!" jerit Mamah berulang-ulang dengan isak histeris yang bagai tercekik. Tangis kesedihan yang terpancar dari mata dan wajahnya betul-betul menghancurkan pertahanan diri gue seketika. "Saya terima jika Abang ingin terus-menerus menyakiti saya. Desy terima, Bang. Desy ikhlas. Tapi tolong, kasihani Feryan. Pikirkan perasaan anak kita. Jangan selalu perlakukan dia seperti ini. Saya nggak mau anak kita cuma akan membenci Abang," ungkapnya memelas, lemas seolah udah nggak mampu bersuara lebih lagi. Kedua tangan Mamah yang bergetar menggenggam erat sebelah tangan gue. "Ini semua salah mamah. Maafin mamah, Fery."

"Mamah jangan ngomong begitu!" balas gue sembari mengusap kuat-kuat air mata yang mulai berjatuhan. "Ini bukan salah Mamah, kok."

Sumpah, ya. Hancur banget gue ngeliat sosok yang biasanya ceria dan selalu tersenyum justru menjadi begini sekarang. Hanya gara-gara seorang Ardiansyah Surya bajingan.

"Dasar wanita lemah! Nangis aja kamu bisanya! Saya yakin dengan sifat kamu yang seperti itu, laki-laki mana pun nggak akan pernah--"

"PAPAH! BERHENTI BICARA SEKARANG!" Gue berteriak keras, lantas memberanikan diri untuk menghadapinya secara empat mata. "PAPAH BUTUH CERMIN! KARENA DENGAN SIFAT PAPAH YANG KAYAK GINI, SAMPE KAPAN PUN PAPAH NGGAK AKAN MAMPU MENJADI KEPALA KELUARGA YANG BERGUNA!" bentak gue nggak kalah melampiaskan amarah padanya.

Sejenak, gue lihat Papah bagai tertegun. Sampai kemudian giginya bergemeletuk dengan urat-urat wajah yang mencuat, menunjukkan rasa murka yang serta-merta.

"Dasar anak sialan!" Tangan kanan Papah kemudian terangkat, bersiap melayangkan tamparan yang sama sekali nggak membuat gue gentar.

"Ryan!"

Si Bangsat Kesayangannya Bego (SBKB#2) [BL Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang