66. PENANDAAN

2.2K 309 213
                                    

Hayoo, kira-kira kemunculan Adam di sini niatnya kepengin ngapain? 😗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayoo, kira-kira kemunculan Adam di sini niatnya kepengin ngapain? 😗

Silakan kalian baca bab ini dan lalu simpulkan sendiri aja. WKWKWK

__
___
____

"Hah? Adik?"

Gue dan Affandi memekik heboh saking sama-sama kaget atas informasi yang diberitahukan Kak Jimmy mengenai Adam. Bahwa Adam sebenernya adalah adik dia. Tapi ... hah? Sejak kapan? Gimana bisa? Kok gue baru tau?

(YA, EMANGNYA GUE SIAPA SAMPE HARUS BANGET TAU JUGA, 'KAN!)

"Sssttt! Kalian nggak perlu bereaksi berlebihan begitu!" hardik Kak Jimmy yang langsung bikin gue dan Affandi bertatapan nggak enak.

"T-tapi serius? Pak Adam ini adiknya Pak Jimmy? Adik kandung?" tanya gue lagi, memastikan.

"Iya, benar, Feryan," jawab Kakak sepupu si Bangsat ini dan mengangguk. "Yah, meski kami berdua emang nggak mirip."

Nah! Itu dia alasan yang bikin gue susah percaya. Soalnya mereka berdua nggak ada mirip-miripnya, woi--kecuali hidung yang sama-sama mancung. Kak Jimmy masih keliatan ada keturunan Chinanya, beda sama Adam yang lebih murni mirip bule.

"Emangnya Pak Jimmy ini berapa bersaudara?" Affandi ikut-ikutan mengintrogasi.

"Lima. Dan Adam adalah adik kedua saya."

BUSEET! Gue yang anak semata wayang ini mana bisa paham bentuk dan rangkaian rumah pohon keluarga Kak Jimmy, deh. Pasti bakal panjang banget andai digambarkan sampe tiga atau empat keturunan.

"Bener-bener keluarga besar."

Komentar Affandi bikin Kak Jimmy ketawa. "Memang."

"Kalian selisih berapa usia, Pak?" tanya gue lagi, masih kepo.

"Saya dan Adam? Empat tahun."

"Berarti umur Adam 23, dong. Hmmm." Gue menggumam. "Tapi kok Adam keliatan lebih tua dibanding Pak Jimmy, ya?" celetuk gue yang tiba-tiba disahuti suara seseorang dari balik punggung.

"Hey! Gue denger, ya. Sembarangan aja kalian ngomongin gue dari belakang."

Waduh! Orang yang dimaksud pake nongol segala. Muncul bersama Saga yang sekadar melipat kedua tangan di depan dada. Ditebak dari ekspresinya, gue yakin dia habis ngomelin Adam habis-habisan.

Padahal yang lebih tua siapa, eh yang kena omel siapa juga. Emang dasar. Sikap gak bisa ditentukan dari usia.

"Tapi muka elo emang keliatan lebih tua dibanding Kak Jimmy, kok." Si Bangsat turut menimpali, membenarkan pandangan gue soal Adam yang jadi makin terlihat nggak terima.

"Secara nggak langsung kalian lagi menghina wajah ibu kami!" desis Adam sok galak yang males gue pedulikan.

"Sudah. Hentikan percakapan nggak penting ini. Lebih baik kalian lanjut bekerja!" titah itu langsung dipatuhi oleh Affandi yang spontan berbalik menghadap kompornya lagi. "Dan Adam, berhenti mengganggu para pelanggan serta pegawai. Kalau kamu nggak punya kegiatan yang berguna untuk dilakukan, lebih baik kamu pulang."

Si Bangsat Kesayangannya Bego (SBKB#2) [BL Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang