Halo. Adakah di antara kalian yang menantikan update cerita ini? ( ꈍᴗꈍ)
Mohon maaf karena aku baru bisa update lagi gara-gara kewalahan begitu tau keseluruhan dialog di bab ini ternyata memakan hampir total 3000 kata. 🙂
Ditambah narasi yang menyusul diketik kemudian jadi melebar ke total 6200 kata. WKWKWKWKKok bisa jadi sepanjang itu?
Kalian bakalan tau jika membacanya sampai selesai, ya.Yang pasti, tolong jangan lupa kasih vote sama komentar kalian sebagai suntikan semangat untuk jempol tangan kananku yang melempem di sini. 🥺🤣😆
Sedikit pesan,
Mohon maaf apabila bab ini terkesan kurang greget dan mengecewakan sehubungan aku yang tetap menulis cerita mengikuti watak serta sudut pandang seorang Feryan Feriandi. Dan kalian jelas paham dan sangat tau seperti apa watak Feryan yang aku maksud setelah mengikuti SBKB sejak musim awal sampe sejauh ini, 'kan?Asli, aku nggak bisa bikin tokoh OOC.
Nggak ada niat kepengin mengubah pendirian mereka demi memuaskan ekspektasi kalian para pembaca juga.
Karena tokohku, milikku, dan aku akan mengembangkan dan menceritakan mereka selalu dengan caraku. Itu aja intinya. ❤️Tetap, semoga kalian menyukai bab yang mungkin kurang sempurna ini, ya. 🌈
__
___
____
Melihat Adam yang sekarang jadi memohon-mohon dengan wajah dipenuhi memar sampe berlutut di depan gue begini, semata-mata mendatangkan perasaan bersalah yang nggak dapat gue jabarkan. Kasian dan miris juga, berpikir bagaimana bisa bule nyebelin ini berakhir dihukum oleh orang lain alih-alih tangan gue sendiri. Tck!"Udah, deh!" Buru-buru gue menghampiri Adam, lalu membungkuk untuk membantunya berdiri. "Elo ngapain pake segala berlutut di depan gue, sih! Cepetan berdiri!"
Sialnya, si Adam menolak. Dia memperlihatkan sorot memelas ke arah gue dan membalas, "Gue nggak akan berdiri sebelum elo setuju untuk bicara sama--"
"Iya, iya! Gue setuju!" pungkas gue demi membuat Adam berhenti memohon karena bikin gue berasa ada di posisi orang jahat.
Kedua matanya membelalak gak percaya. "Beneran?"
"Iya, beneran! Cepetan elo berdiri, terus duduk!" titah gue kali ini untungnya dituruti Adam dengan patuh. Menjadikan gue mampu sedikit bernapas lega, pun sedikit kesal sebab selalu punya sifat nggak tegaan macam sekarang. Padahal enaknya muka ini bule gue kasih bonus tendangan. "Tunggu sebentar!" ujar gue yang sesudah itu melangkah ke dapur demi mengambil segelas minuman untuk diserahkan pada Adam. "Nih, elo minum dulu."
Kedua mata Adam seketika menampakkan sorot sungkan mendapati tawaran sederhana yang gue berikan. "Jangan ngasih gue perhatian beginilah, Feryan. Jadi makin nggak enak gue sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Bangsat Kesayangannya Bego (SBKB#2) [BL Story]
UmorismoSEKUEL SBKB#1 Punya hubungan yang adem-ayem, saling sayang-sayangan nyaris setiap saat sampe bertukar kata mesra nggak ada bosannya; dipercayai sebagian orang sebagai kunci langgengnya ikatan berpacaran. Sayangnya, dalam kasus percintaan gue...