Setelah selesai makan, Akari membersihkan meja sendirian karena yang lainnya juga N.E memiliki hal penting yang harus dikerjakan
Akari sudah memutuskan jawabannya, tapi ia tidak akan memberitahu UN terlebih dahulu, karena jika ia langsung memberitahukan UN jawabannya yang ada Akari harus selalu memberikan laporan dan informasi tentang N.E juga memikirkan cara untuk membujuknya. Apalagi si bangsat EU yang pastinya akan selalu memaksa untuk memberikan informasi tentang Uke masa depan nya
"Akari," panggil seseorang dibelakang
"Ya?"
"Apa ada masalah? Kau terlihat agak pucat, apa kau sakit?"
"Tidak, aku baik-baik saja kak PMI,"
"Serius? Kau terlihat pucat, kantung mata mu juga menghitam, kau terlalu banyak begadang?" tanya PMI yang mulai sedikit panik
"Ehe iya, semalam aku memikirkan sesuatu, ngomong-ngomong N.E dimana?" tanya Akari mencoba mengalihkan pembicaraan
"Dia ada ditempat latihan," jawab PMI
"Oh baiklah kalau begitu, aku permisi," ucap Akari dengan sopan lalu pergi ke tempat latihan
***
"N.E," panggil Akari
"Ya? Ada apa wahai kawan seperwibuan ku?"
"Bisa kita bicara sebentar?"
"Ngogey,"
Akari menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya, "begini, apa kau ada niatan untuk memaafkan mereka?" tanya Akari sedikit ragu
N.E terkejut mendengar pertanyaan dari Akari, tidak biasanya babu akhlakless nya itu bertanya tentang 'mereka'
N.E berbalik, "bukankah kita sudah sepakat untuk tidak membicarakan hal ini lagi, Akari?" tanya N.E dingin
Akari mulai berkeringat dingin, "b-bukan begitu, aku hanya ingin bertanya saja..." lirih Akari yang mulai ketakutan
N.E mengepalkan kedua telapak tangannya dan berbalik menatap tajam Akari yang tengah merinding ketakutan, "Apa kau bersekutu dengan mereka Akari?" tanya N.E
"T-tidak, a-aku-" ucapan Akari terpotong kala tangannya dicengkeram kuat oleh N.E
"Jawab dengan jujur Akari! Kau bersekutu dengan mereka agar aku memaafkan mereka setelah mereka membunuhku dimasa lalu?! Apa kau kira aku akan dengan mudah memaafkan para bajingan yang telah merusak kehidupan ku?!!" bentak N.E
"I-ittai! T-tolong lepaskan cengkraman mu!" rintih Akari yang tangannya dicengkeram semakin kuat
N.E tersadar dari pengaruh emosi nya, sontak ia langsung melepaskan cengkraman nya, "M-maafkan aku, aku terpengaruh emosi..."
"Tidak apa, aku yang salah..." lirih Akari sambil mengusap pergelangan tangannya yang dicengkeram kuat oleh N.E
"Aku permisi dulu, Tuan Nusantara ... Empire..."
Akari pergi dari sana mengabaikan N.E yang memanggil namanya berkali-kali, "Gomennasai..."
***
Akari mengunci pintu kamarnya dan terduduk didepan pintu, kaki nya langsung lemas kala melihat kemarahan N.E yang tidak pernah ia lihat, sekaligus merasa tidak enak karena menanyakan hal yang seharusnya tidak ia tanyakan
Tok tok tok
"Akari buka pintu nya!"
Deg!
Jantung Akari berdetak kencang kala mendengar suara N.E diluar, dirinya tidak ingin membuka pintu
"Biarkan aku sendiri N.E ... Aku butuh waktu," ucap Akari dibalik pintu
N.E menunduk. Benar, Akari butuh waktu untuk sendiri, pasti dia terlalu syok tadi, pikir N.E
"Baiklah aku pergi dulu,"
Didalam, Akari masih tidak bergerak, ia masih terduduk didepan pintu dengan keadaan gemetaran, matanya beralih menatap keluar jendela
"Ne ... Jalan diantara keduanya sangat sempit ya,"
***
Cieee dapat double up🗿
KAMU SEDANG MEMBACA
Nusantara Empire || CH Indonesia [HIATUS]
Fiksi Penggemar- Nusantara Empire - -------------------- 5 tahun setelah kematian Indonesia, tanah Nusantara didalam genggaman kakak kandung nya, Indonesia kini terlahir kembali setelah tidur panjang selama bertahun-tahun Usaha sang kakak untuk menghidupkan kembal...