Lavender dan Akhir Kisahnya

39 12 16
                                    

Karya : Junisawdr


❝Manisnya asmara cinta kasih,
serta pahitnya kehidupan yang menjadi pelengkapnya.❞

🌼Happy reading🌼
------------------------------

Lembaran kertas berserakan di mana-mana, spidol warna, alat-alat tulis lainnya dan juga sebuah laptop yang masih menyala tergeletak begitu saja diatas karpet bulu di depan ranjang. Sayup-sayup suara dari ruang keluarga terdengar, membuatnya tak dapat lagi berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas kuliah yang masih menumpuk.

Pembicaraan yang sudah sejak sebulan lalu menjadi petaka bagi kehidupannya. Satu kata yang menggambarkan bagaimana marahnya ia terhadap suatu hal yang kenyataannya sudah ditakdirkan.

"Jika pernikahan dipercepat, apakah tidak akan menjadi pikiran bagi anak-anak?"

"Bukankan lebih cepat lebih baik? Justru hal ini tak akan menjadi beban bagi mereka."

"Saya setuju, ini demi kebaikan anak-anak kita juga nantinya."

Walaupun terdengar samar, tetapi percakapan itu mampu menembus indra pendengarannya saat memilih duduk bersandar pada daun pintu yang masih tertutup dengan rapat.

Justru semua yang mereka persiapkan dan rencanakan saat ini hanya akan menjadi luka. Bagaimana jadinya nanti ketika pernikahan itu benar-benar terjadi, akankah semuanya dapat ia terima dan baik-baik saja kedepannya ataukah justru sebaliknya.

Lavender Naladhipa, bermimpikah ia mengenai perjodohan yang sama sekali tidak ia inginkan kini malah terjadi padanya.

"Yang sudah menjadi takdir, tak akan pernah bisa diubah sekalipun maut menjemput. Lantas, dapatkan raga ini hidup dengan baik jika saja separuh jiwanya tak dapat lagi terengkuh."

Pandangan matanya menyiratkan akan kesedihan yang sangat kentara. Lavender, gadis itu benar-benar tak menginginkan takdir yang seperti ini.

"Lav, Mbak Jes boleh masuk?"

Sampai suara dari balik pintu membuatnya sedikit tersentak. Itu suara kakaknya, Jasmine Almahyra.

Sembari menghela napas, Lavender beranjak dari duduknya dan membuka pintu. Benar saja, Jasmine berdiri di hadapannya membawa nampan berisi dua cangkir kopi dan sepiring brownies.

"Mbak mau ngobrol sama kamu, rasanya udah lama banget gak ngobrol santai sama adiknya Mbak yang cantik ini," ucapnya masuk ke dalam kamar begitu saja.

Lalu terkekeh kecil ketika melihat kamar sang adik yang hampir seperti kapal pecah ini. "Tugas numpuk sampai berantakan gini, Lav?" candanya.

"Kayak Mbak Jes gak banyak tugas aja, pasti kamarnya juga lagi berantakan 'kan? Apalagi udah semester akhir," sahut Lavender menyusul Jasmine yang sudah sampai di balkon.

"Iya, lagi pusing mikirin skripsi juga."

Duduk di balkon, ditemani dua cangkir kopi dan sepiring brownies buatan Mama adalah suatu hal yang kerap kali keduanya lakukan. Setidaknya, paling jarang sekali dalam seminggu.

"Pernikahan dipercepat, kamu baik-baik aja?" Pertanyaan yang sederhana, tetapi berhasil membuat kedua netra kecoklatan itu berkaca-kaca.

Lavender terkekeh miris ketika mendapati raut wajah Jasmine yang baik-baik saja. Jauh dari kata luka, berbeda dengannya yang dibuat frustrasi dengan pahitnya kehidupan.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang