°○°
.•.•.•.- ■ 3:00 ᴀᴍ ■ -
.•.•.•.
°○°
"Just tell me, how we can make this work?
How we can make this work"...
☆ Please support this story with your star ☆
...Sudah hampir satu minggu lamanya setelah kejadian (Y/n) terjatuh dilapangan. Selama itu, DG tak pernah absen menjemput dan mengantar (Y/n) untuk pulang pergi sekolah.
Sebenarnya (Y/n) sudah beberapa kali menolak DG untuk melakukan hal itu padanya, bahkan semburan sarkastik dari (Y/n) pun tak membuat DG gentar untuk tak melakukannya.
"Cepat naik!" Titah DG penuh penekanan.
"Aku sudah bisa jalan! Kau tak lihat?!" DG terdiam. Benar juga, tadi (Y/n) keluar dari rumahnya dengan kedua kakinya sendiri walau jalannya masih harus pelan-pelan.
"Jalanmu masih lelet seperti siput." Perempatan didahi (Y/n) muncul.
"Kalau begitu jalan duluan sana!! Siapa juga yang minta ditungguin olehmu!" (Y/n) menghela napasnya yang memburu karena kesal, ia tak habis pikir pada DG yang bisa membuatnya kesal bahkan diwaktu yang masih terbilang cukup pagi.
"Karena jalan kau lelet itulah aku tunggu, nanti kau jatuh lagi siapa yang bantu?" (Y/n) memutar matanya malas dan lebih memilih untuk jalan menghiraukan ucapan DG.
"Kugendong saja supaya cepat." Ujar DG yang berada dibelakang (Y/n), mata (Y/n) tentu tak diam saja, ia langsung menatap DG dengan tatapan yang sangat tajam.
"Ohh, jangan-jangan kau mencari kesempatan dalam kesempitan ya?" Pipi DG memanas mendengarnya.
"E-enak saja! Aku melakukannya karena kau terlihat menyedihkan!"
"Yak Lee Jihoon pabo!!" DG terkekeh dan langsung menggendong tubuh (Y/n) lalu setelahnya ia berlari. Selama ia berlari itu suara (Y/n) tak ada henti-hentinya memarahi DG. DG tak peduli, asalkan ada (Y/n) disisinya, ia senang.
...
(Y/n) menatap pembelajaran dengan rasa malas, ia tak suka pelajaran matematika karena membuat otaknya terasa panas. Ketika bel istirahat berbunyi semuanya menghela napas lega kecuali (Y/n) karena tugasnya belum selesai.
"Tugas dikumpulkan paling telat pulang sekolah ya!" Setelah mengatakan itu, guru matematika pun berjalan keluar kelas disusul oleh murid-murid meninggalkan DG dan (Y/n) di kelas.
"Oi, kau belum selesai?" Tanya DG menghampiri bangku (Y/n).
"Kau buta bila menanyakan hal itu." DG terkekeh, ia segera mengbil kursi terdekat dan menariknya agar ia bisa duduk di samping (Y/n).
"Tinggal yang mana? Biar kubantu." (Y/n) melirik sekilas lalu menyodorkan bukunya.
"Memang kau sudah?" Tanya (Y/n) seraya menatap DG yang tengah membaca bukunya.
"Soal seperti ini hanya butuh sepuluh menit kukerjakan." (Y/n) mendengus sebal mendengar penuturan sombong DG.
"Semuanya sudah benar kecuali nomor dua dan lima, kau menggunakan cara apa?" Ujar DG seraya menyodorkan kembali buku (Y/n).
"Kau saja tak tahu caranya bagaimana aku?!" Sarkas (Y/n) seperti biasa membuat DG menatapnya datar.
"Aku hapal betul rumusnya, kau saja yang salah menggunakan rumus." (Y/n) yang mendengarnya langsung menarik bukunya dan segera membaca nomor yang isinya salah tadi dengan teliti. Ia segera menghapus kedua jawaban itu karena menyadari rumus yang ia pakai memang salah, dan pipi (Y/n) memerah karena malu menyadari hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
3:00 AM | DG × Readers ✔
Fanfiction|ꜱʜᴏʀᴛ ꜱᴛᴏʀʏ| Di sini, di kota Paris yang indah nan cantik sepertimu, ku ceritakan kembali kisahmu dan kisahku, maukah kau mendengarkannya? Setidaknya, temani aku untuk mengulang kembali kisah kita bersama, sebagai penutup dari kisah indah antara a...