ꜱɪxɪÈᴍᴇ : ʟᴏɴɢ ꜱʟᴇᴇᴘ ᴍᴀ ʙᴇʟʟᴇ ꜰɪʟʟᴇ

1.3K 234 20
                                    

°○°
.•.•.•.

- ■ 3:00 ᴀᴍ ■ -

.•.•.•.
°○°

"Just give me a chance to say I love you
And I need you"

...
Please support this story with your star
...

DG menundukkan kepalanya dengan air mata yang sudah berderai. Walau air matanya turun, namun isak tangisnya tak pernah sekali pun terdengar.

Pintu ruang operasi masih tertutup begitu rapat, semua orang yang menunggu mengantupkan tanganganya rapat-rapat seraya memanjatkan doa.

Tak lama, nenek dan kakek (Y/n) datang. Nenek (Y/n) sudah berderai air mata ketika datang. DG yang sadar akan kedatangan nenek (Y/n) segera berjalan cepat kearahnya seraya menjatuhkan dirinya dihadapan nenek (Y/n).

"Halmonie, maafkan aku, maafkan aku- hss." Tangan DG memegang lutut nenek (Y/n) seraya menundukkan wajahnya tak kuasa bila menatap mata wanita kesayangan (Y/n).

"Sudahlah nak, ini kecelakaan. Kau pasti sudah berusaha, aku tahu itu." Ujar nenek (Y/n) dengan suara yang bergetar, tangannya memegang bahu DG yang kini terisak-isak.

"Berdirilah nak Jihoon, (Y/n) akan sedih bila melihatmu seperti ini." Bujuk kakek (Y/n) seraya berusaha mengangkat tubuh tinggi DG.

Lelaki itu terlihat begitu kacau dengan bajunya yang bersimbah darah (Y/n). DG tak peduli lagi bila ia terlihat lemah diantara beberapa temannya, yang ia pikirkan detik ini hanyalah keselamatan (Y/n)nya.

Mereka menunggu sekiranya empat jam lamanya hingga akhirnya pintu operasi terbuka dan menampakkan wajah sedih dokter yang langsung dikerumuni oleh kerabat pasien yang baru saja ia tangani.

"Apakah ada wali nona (Y/n) disini?" Tanya dokter itu yang langsung membuat kakek dan nenek (Y/n) bersuara.

"Saya dokter."

"Baik, bisa ikut keruangan saya?" Kakek dan nenek (Y/n) segera mengangguk menyanggupi permintaan dokter itu.

Sebelum pergi keruangan dokter, tangan nenek (Y/n) langsung dicekal oleh DG membuat nenek (Y/n) segera menoleh.

"Izinkan saya ikut, halmonie. Saya mohon." Mata DG begitu menyiratkan akan kepedihan yang begitu dalam sehingga membuat nenek (Y/n) mengangguk menyetujuinya.

Mereka pun segera masuk kedalam ruangan dokter dan dipersilahkan duduk. Disamping mereka terdapat layar komputer yang menampilkan X-ray tubuh (Y/n).

"Bisa anda lihat tulang kaki kiri nona (Y/n) mengalami fraktur yang disebabkan oleh benturan benda keras. Untuk itu saya sudah menanganinya saat operasi tadi. Namun mohon maaf nyonya, nona (Y/n) mengalami lumpuh pada bagian kaki hingga pinggul." Nenek (Y/n) menutup mulutnya kaget akan nasib cucu kesayangannya. Sentara DG hanya bisa diam tak berkutik mendengar penuturan dokter tadi.

"Tapi bukan hanya itu saja nyonya. Dengan berat hati kami menyatakan nona (Y/n) berada dalam kondisi koma karena benturan yang kuat pada kepalanya sehingga membuat otaknya mengalami cedera dan juga trauma tubuh yang ia terima."

"(Y/n) cucuku..." tangis nenek (Y/n) yang langsung ditenangkan oleh kakek (Y/n). DG mengepalkan tangannya kuat, air matanya kembali berlinang mengetahui gadisnya dalam kondisi yang jauh dari kata baik.

"Kami tidak tahu kapan nona (Y/n) akan bangun, entah itu besok, satu tahun, sepuluh tahun yang akan datang atau yang terburuk, nona (Y/n) tak akan pernah bangun dari tidur panjangnya. Saya dan tim akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyelamatkan nona (Y/n), namun takdir tidak dapat kami kendalikan. Jadi saya harap nyonya dan tuan tabah dan terus berdoa akan kesembuhan nona (Y/n)."

3:00 AM | DG × Readers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang