Bab 4 - 1 (Dream to real)

5 0 0
                                    


"It's okay. This is just a chapter, it's not your whole story"


Day by day, aku merasakan kemampuan beradaptasiku harus selalu diperbaiki, baik itu dalam pekerjaan maupun pertemanan. Hari pertamaku bekerja masih merasakan suasana yang bagus meskipun sedikit canggung. Hari kedua, aku masih beradaptasi dengan pekerjaan yang menurutku baru meskipun aku sudah mengetahui basics dari pekerjaan ini. Bahkan, aku mulai diperkenalkan dengan software desain baru buatan dari perusahaan ini sendiri. Salah satu hal yang membuatku amaze pada perusahaan ini.

Beberapa hari aku kuwalahan menghadapi workflow diperusahaan ini, kadang desain yang tidak sesuai dari harapan Project Leader, Project Manajer, atau bahkan client. Dan hal-hal itu yang membuat aku beberapa minggu awal berkutat pada desain saja, tidak ada acara untuk refreshing diri, hangout, atau pergi sebentar di weekend. Ini seperti kembali lagi pada jaman pertengahan kuliah yang super hectic sampai aku masuk rumah sakit gegara pusing memikirkan tugas yang tidak habis-habis dan time management-ku yang berantakan antara kuliah dengan part time.

"Please be calm, Adaline. I'm pretty sure you can accomplish it." Ucap Mala yang melihat muka teman barunya itu lesu sedari tadi

"Kenapa sih kenapa? Kepo deh gue?" Tanya Aldo yang ikut nimbrung juga

"Gue bingung do, lagi gak nemu – nemu desain yang cocok buat client-nya Mas Reyka." Ucap Adaline

"Oh proyek yang revisi - revisi itu?" Tanya Aldo memastikan

"Bener banget." Ucap Adaline dengan nada lesu

"Menurut gue ya lin, desain lo tuh udah merepresentasikan konsep Scandinavian Tropis yang client minta. Dan udah cukup keren menurut gue juga." Ucap Iqbal menerimbung

"Bener banget deh, menurut gue juga gitu." Ucap Mala

"Cuma dari lo ada yang kurang kali, waktu lo presentasiin ke client kurang menarik perhatian dia. Jadi, pikir client nggak ada yang istimewa didesain lo itu. Apalagi client ini maunya Mas Reyka kan yang desain, bukan anak buahnya." Ucap Iqbal mendetailkan

"Mungkin bisa jadi gitu sih bal, gue terlalu gugup kali ya waktu presentasiin hasilnya. Jadi, si client nggak percaya sama gue." Ucap Adaline

"Bener kata Iqbal, gue juga pernah diposisi lo lin. Client gue selalu nggak suka desain gue, Cuma gara-gara bukan Mas Reyka yang desain. Dia pikir desain gue acak kadul apa gimana, maen revisi – revisi mulu." Ucap Aldo

"Nostalgia nih ceritanya." Ucap Iqbal meledek

"Bukan nostalgia lagi, udah dendam gue sama masa lalu itu. Jadi, nggak bakal lupa." Ucap Aldo

"Itu sih bukan karena desain lo yang nggak bagus, cuma muka lo kalah bagus sama Mas Reyka, do. Ahahahaha" Ledek Iqbal dan semua Tim Desain 1 tertawa

"Emang Mas Reyka nggak bantu lo, lin?" Tanya Mala menyambung percakapan kembali

"Hasil pertemuan pertama, dia kasih saran dengan desainnya. Pertemuan kedua, waktu itu gue sendiri karena Mas Reyka ada rapat sepertinya. So, jadi seperti itulah desain ini. Bikin gue pusing." Ucap Adaline

"Oh pas kemaren itu ya." Ucap Mala

"Mending lo minta saran dari Mas Reyka aja lin. Biar saling tahu juga kan, antar Mas Reyka, lo dan client." Ucap Aldo menimpali

"Iya niatnya gitu, gue mau asistensi sama Mas Reyka. Tapi, beliau masih di Bali kan. Ada visit proyek." Ucap Adaline

"Ah iya, 2 hari doang kok kayanya. Dia berangkat senin siang kan kemaren, paling besok dia bisa masuk kantor lagi." Ucap Mala

GoodHomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang