Bab 5 - 2 (Benefit and Noxiousness)

1 0 0
                                    

Foto oleh Taryn Elliott di https://www.pexels.com/id-id/foto/musim-panas-pohon-taman-gang-4652248/

***

Esok hari terasa begitu cerah dan segar, entah itu ada hubungannya dengan kejadian semalam atau memang keadaan alam sedang bagus. Kali ini, aku sarapan dengan nasi goreng sendiri. Adiba sudah ke sekolah, ibu sudah ke pasar beli bahan – bahan untuk jualan dirumah, dan ayah sudah diruangan kerjanya sendiri yaitu studio jahit. Dan aku memang berangkat kerja agak siang.

Walaupun sendiri, makan nasi goreng hari ini terasa lebih enak juga nikmat. Menu andalan emakku ini lebih terasa seperti toast yang diisi dengan scramble egg, saus keju, dan bertabur dengan potongan bacon sapi dimulut kecilku ini. Aku yakin aku sedang bahagia – bahagianya, tapi untungnya tidak terlihat oleh orang – orang dirumah. Kalau terlihat, bisa – bisa mentalku diuji jadi bulan – bulanan Adiba dan ayah.

"Ayah, Adaline pamit mau berangkat kerja ya." Ucapku dan mencium telapak tangan ayah yang sedari tadi sibuk dengan jahitan tas – tasnya itu.

"Iya, ati – ati kak." Ucap Ayah

***

Aku mengakui setidaknya aku harus merasakan kebahagiaan walaupun itu hanya sejenak dan sederhana. Karena aku tidak mau memiliki banyak alasan untuk menangis lagi, aku hanya ingin setidaknya dapat sesekali tersenyum tanpa harus mencari alasan dari senyuman itu. Hari ini, aku menyadari bahwa aku telah membuka pintu bunga yang telah lama aku tutup.

"Sepertinya ada yang beda nih ama nih anak satu." Ucap Mala

"Siapa Mal?" Tanya Aldo

"Ini yang baru aja duduk." Ucap Mala

"Oh Adaline. Apa tuh lin? Bekel makanan lo beda hari ini?" Tanya Aldo iseng

"Bukan itu, Do. Peka dong sedikit. Dari tadi pagi, raut wajah tuuh cerah banget, senyum – senyum mulu." Ucap Mala

"Wiiihhhh, ada apa nih lin? Abis dapat jackpot WD ya?" Tanya Aldo meledek

"Apaan jackpot WD? Nggak tahu gue." Ucap Adaline

"Judi online yang sering promosi via pesan online itu loh. Lo nggak pernah dapet pesan kek gitu apa?" Jelas Aldo

"Ohhh, yang itu. Iya sering banget. Mereka tuh dapet nomer kita darimana sih ya? Udah gue blokir berkali – kali ada lagi, ada lagi. Sampe kesel sendiri gue." Ucap Adaline

"Iya ngeselin banget tuh. Apa pihak operator itu ngejual nomer kita ya? Bisa – bisa nya loh, itu nomer ke sebar – sebar gitu." Ucap Mala

"Ya namanya juga bisnis, pasti banyak hal yang dilakuin buat capei urusannya itu." Ucap Aldo

"Tapi itu bisa jadi dari website yang kita sering kunjungi, kan disitu biasanya banyak iklan yang nempel – nempel tuh, pasti dari situ juga." Ucap Iqbal

"Oh gitu ternyata bal." Ucap Adaline dan Mala bersamaan

"Itu bisa jadi ya, baru spekulasi. Tapi kemungkinannya banyak, banyak cara kalau buat dapet nomer aktif sekarang mah." Ucap Iqbal

"Biar nggak dikirim pesan kek gitu terus gimana sih?" Tanya Mala bingung

"Kalo itu gue nggak tau ya." Ucap Iqbal

"Yaahhh,,,kirain tau." Ucap Mala kecewa

"Gue bukan orang IT, tolong." Ucap Iqbal

"Ahahaha, nggak usah tertekan gitu dong bal." Ucap Adaline

"Lagian gue juga cuma nanya doang bal, nggak usah nangis." Ucap Mala meledek

"Apaan kaya bocah aja gue, nangis." Ucap Iqbal

GoodHomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang