2

388 71 7
                                    

Bagian 2

Loading...
.
.
.
.
--Gang sempit kota--

Pada akhirnya...

Tak!

"Seberapa banyak yang kamu dengar?" tanya Nomen sambil berjongkok pada remaja berkacamata yang telah diikat tali.

Jungoo yang tertangkap dengan mudah, "Gak banyak, separo doang~"

"... Separo yang mana yang kamu dengar?" tanya Nomen lagi.

"Bagian, 'AYO NGANU SEKALI! AKU JANJI GAK BAKAL GANGGUIN KAMU LAGI SE-Mffghhh!!"

Tangan Nomen dengan cepat menutupi mulut Jungoo yang dengan dramatis mengulangi kata-kata yang dia ucapkan beberapa menit yang lalu.

"Cukup! Udah tau, gak usah dilanjut." Nomen menutupi wajahnya dengan tangan yang lain.

Gadis yang dia suka berhasil lolos lagi kali ini. Dan itu semua karena orang tak punya kerjaan ini.

Menguping pembicaraan orang lain seperti wartawan mencari berita.

Sungguh merusak suasana!

"Mffh! Mmf, mfhh mmfh mm mff mghhf mmfgg!!"
(Asin! Woy! Lepas tangan lo bau kencur bngst!)

Jungoo menangis dalam hati. Dia hanya tak sengaja lewat, tak sengaja berhenti, dan tak sengaja menguping. Kenapa jadi begini ceritanya?!

Preman sekolah berpengalaman disekap geng motor bau kencur?? Memalukan!

Kalo Jonggun tau pasti bakal diejek 7 hari 7 malam. Ini tidak bisa dibiarkan!

Jungoo berfikir tentang sesuatu dan perlahan-lahan menjadi tenang. Nomen juga para akhir melepaskan tangan yang menutup mulut Jungoo.

Hening lagi...

Nomen menatap Jungoo bingung. Detik berikutnya suara tali yang putus terdengar.

Ctas!

Tali yang melilit tubuh Jungoo tiba-tiba terputus dan jatuh ke bawah.

Wajah para anggota yang berdiri mengelilingi Jungoo segera membeku. Nomen bergedik dan tanpa sadar bergerak mundur.

Aura nya berubah.

Jungoo berdiri dan menepuk kotoran di celananya.

"Haiss~ Badan gede mainnya kek bocah. Udahan aja ya? Gue pengen pulang udah gelap nih, besok kan masuk sekolah..." Jungoo melirik jam tangannya sambil berbicara santai.

"Ah, santai aja. Mulut gue gak ember kok." lanjutnya sambil memungut tongkat ditanah. Berbalik dan melambai pergi keluar gang. "Tapi kalo mau 'main' jangan lupa pake pengaman ya~ adek kelas gue kebablasan sekarang udah punya anak umur 3 tahun. Mana duda lagi."

Nomen berdiri dan berjalan cepat menghadang Jungoo di pintu masuk gang sempit.

Alisnya mengernyit tak senang. Dia menatap Jungoo dengan wajah suram.

"Siapa yang suruh kamu pergi?"

Jungoo memiringkan kepalanya. "Mau pulang harus izin sama lo?"

Nomen tertegun sejenak. Tersenyum kemudian berjalan maju beberapa langkah kemudian menundukkan wajahnya kearah Jungoo.

"... Kejadian hari ini, jangan bilang ke siapapun. Kalau sampai ada rumor aneh-aneh, ku cari kamu sampai dapat." ucapnya.

Jungoo menggaruk belakang kepalanya. Mendengus malas dan membuka mulut, "Iya iya iya, serah lu dah. Lagian gue—"

Ucapannya berhenti ditengah-tengah dan detik berikutnya sebuah ide muncul dalam pikirannya.

Jungoo menyeringai, menatap Nomen penuh senyuman.

"Hey, udah gede mainnya gak rahasia-rahasia lagi. Itu mah mainan bocah." jari telunjuknya menyodok kening Nomen secara perlahan.

Nomen menyipitkan matanya dan menatap Jungoo penuh curiga. "Terus apa yang kamu mau?"

"Yah... Namanya juga dunia orang dewasa ya kan. Semuanya selesai pakai uang~" Jungoo menggerakkan jarinya menyusuri wajah Nomen dan berhenti dipipi.

"... Sebut nominalnya." kata Nomen tanpa keraguan.

Jungoo tertegun selama 2 detik kemudian senyuman diwajahnya semakin cerah. Ia mencubit pipinya sambil bercanda. "Makin banyak makin aman."

Nomen meraih jemari yang berkeliaran diwajahnya kemudian merogoh ponsel disaku celana.

Senyuman tak pernah luntur dari wajah Jungoo dari awal sampai akhir transaksi.

Sejumlah besar uang ditransfer dengan sangat mudah ke rekening yang Jungoo berikan.

Siulan rendah terdengar. "Lumayan lah~" tutur Jungoo ketika melihat layar ponsel yang menunjukkan bahwa transaksi berhasil.

Nomen entah mengapa hanya diam dan akhirnya mengucapkan penegasan sekali lagi. "Habis ini jaga mulutmu."

Jungoo melambaikan ponselnya diudara dan menjawab yakin. "Yap!" kemudian berbalik dan berjalan pergi.

"Lain kali kalo kita ketemu lagi pura-pura aja gak kenal yaaa. Bye~"

Kali ini tidak ada yang menghentikan nya ketika pergi dan segera menghilang di persimpangan jalan.

Sampai sosok yang lebih pendek darinya itu pergi, Nomen akhirnya tidak bisa lagi menahan dirinya dan mendadak berjongkok ditempat.

"Shit... Kok jadi gini."

Anak-anak buahnya yang sejak tadi berdiri dan menonton dari jauh akhirnya berlari mendekat ketika melihat Nomen berjongkok sambil memegang perutnya.

"Bos?! Bos kenapa? Mau berak?!" Hyundo berlari mendekat dan menggoyangkan bahu Nomen dengan histeris.

Nomen menepis pelan tangan Hyundo lalu menggeleng.

"Nggak. Aku gak papa. Kalian... Kembali ke basecamp aja duluan."

Salah satu anggota terkejut. "Loh? Tuan gak ikut kami balik ke basecamp??"

Nomen mendongak dan tersenyum kepada anggotanya sambil berujar. "Masih ada urusan yang belum selesai. Kalian pergi duluan, jangan lupa tetap jaga Mitsuki dari jauh. Jangan sampai dia tau."

Para anggotanya akhirnya mengangguk dan pergi lebih dulu dengan motornya masing-masing. Suara bising motor semakin jauh dan Nomen akhirnya menjadi tenang.

Dia kembali menunduk dan menutupi wajahnya yang memerah.

"Sial..."

Beberapa saat yang lalu tubuhnya mendadak berubah panas dan bagian bawahnya bereaksi. Hal yang sangat mustahil terjadi ketika dia bersama wanita diatas ranjang, terjadi ketika dia hanya sebatas berhadap-hadapan dengan seorang lelaki.

"Aku ini gak normal apa gimana? Masa sama cowok..." gumam Nomen pada dirinya sendiri.

"Tunggu, kan dari awal emang sudah gak normal. Sebelumnya cuman karena Mitsuki, tapi tadi bukan Mitsuki..."

Nomen termenung sejenak untuk berfikir matang-matang. 2 detik kemudian dia mengacak-acak rambutnya histeris.

"AAAAAAAAAAAH! GINI AMAT PUNYA TYTYD! KAMU JUGA!
DIKASIH MAKAN JANGAN PILIH-PILIH! KEK BINATANG AJA. KALO GINI MENDING JADI BUJANGAN SEUMUR HIDUP AJA SEKALIAN!"

Teriak Ryuhei frustasi sambil menujuk kearah bagian tersebut penuh permusuhan.

"Uhh, bisa gila aku..."

Bersambung....
Mon maap klo ad typo:v

>>[⭐]<<

Favorite Trash NomenxGoo [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang