Bab 17

61 58 7
                                    

Vote!!

.

.

Aya meneguk salivanya susah payah, ia juga mengunyah makanan di dalam mulutnya dengan canggung. Saat ini Emy tengah menatapnya tajam, dari atas hingga bawah, lalu menatap bibirnya lagi, yang kini sudah tak bengkak. Aya mati kutu saja, ia tak bisa bergerak bebas rasanya. Casva menghela melihat ulah sang mamah, "mah, jangan liatin Aya kayak gitu."

Emy mendelik, membuang wajahnya, "siapa yang liatin?"

Casva menghela, sementara Aya hanya bisa tersenyum canggung. "Ada apa ini sebenarnya? Ayah gak ngerti?" Johan yang sedari tadi memperhatikan, tak mengerti apapun.

Johan menatap istri nya, Emy hanya mengangkat bahunya acuh. Sambil menatap Aya sinis, dipikiran nya penuh dengan pertanyaan, bagaimana bisa putranya melakukan hal itu pada Aya? Pada istri pengganti nya? Apa mereka saling mencintai?

Johan menatap Casva, tapi putranya itu juga seperti mamahnya. Membuang muka, tak ingin membalas. Johan menghela, "Aya?" kali ini ia bertanya pada menantu nya.

Aya tersentak, gerakan makannya terhenti. Ia menatap kikuk kearah Johan, "ga-gak tau yah."

Helaan nafas panjang Johan pun yang akhirnya memenuhi suasana yang mendadak jadi dingin. Kepala keluarga itu bangkit, "yasudah, ayah berangkat." Berpamitan dengan singkat, kemudian berjalan cepat keluar rumah, Johan marah.

Emy menghela, menatap mereka, "kenapa gak bilang aja?"

Casva memakan sarapannya acuh, "biiilangm apmpam?" Ia menjawab sambil mengunyah makanan  di mulut.

"Bilang kalo kalian ngelakuin hal itu!"

Casva menghela, menatap Emy dengan pandangan jengkel, "emang kita ngelakuin apa, mah?"

Emy menggeram, Casva ini sedang mengujinya atau apa? "Kamu-

Crittt

Pria itu bangkit, menoleh kepada Aya, lalu menggenggam tangannya, mengajaknya menyelesaikan percakapan tak bermutu ini.

"Casva sama Aya kenyang mah." Setelah mengatakan itu mereka beranjak.

"Kalian mau kemana?!" Tanya Emy kesal.

Tapi mereka tetap melangkah. "Ingat satu hal! Kalian tidak bisa lebih jauh!" Teriaknya lagi, yang sama sekali tak di gubris.

"KALIAN TIDAK MENCINTAI, TIDAK BOLEH MELAKUKAN HAL ITU!!"

Saat itu juga langkah Casva berhenti, tepat di daun pintu. Tubuh Aya juga menegang, menyadari kenyataan itu.

Emy terkekeh, "benar bukan?" Ia berjalan mendekati kedua sejoli itu. Kemudian menepuk bahunya Aya. Wanita itu tersentak, perlahan Emy membalikkan tubuh Aya gara menghadapnya. Ia menarik Aya ke belakang tubuhnya. Aya hanya diam, tak mengerti. Tapi, ia juga takut di marahi.

Emy menghela, kemudian menyentuh bahu lebar putranya, "Cas, jawab mamah. Apa kamu mencintai Aya?"

Casva menghela, ia menjawabnya cepat, "tidak."

Aya tersentak, dengan jawaban Casva yang benar-benar enteng. Seharusnya ia juga tidak kaget dengan jawaban itu. Tapi kenapa hatinya terasa perih?

Aya tersadar dari lamunannya saat Emy menepuk bahunya, "dan kamu, apa kamu mencintai putraku?"

Aya terdiam, ia tak tau. Tangannya meremas ujung bajunya. Ia tak tau, kenapa hatinya merasakan hal aneh. Tapi apapun yang Aya rasa saat ini, apakah penting? Aya mencintai Casva atau tidak apa penting untuk pria itu? Aya menatap Casva yang masih dalam posisinya. Menghela kecil, sebelum menjawab, "gak mah."

MAYM : Married a younger man Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang