Hei hei hei. Gimana nich kabar kalean?!!
Kangen gak?
Cuussss lanjut aja!!
**
Aya sedikit melenguh, saat sinar matahari yang masuk dari sela-sela jendela, mengenai wajahnya. Dahinya sedikit mengernyit, saat merasakan sebuah tangan besar di pinggangnya. Matanya yang terbuka, bertubrukan langsung dengan dada bidang seseorang. Aya mencoba untuk menjauh, namun tangan Casva justru menariknya lebih mendekat.
Aya berdecak kecil saat melihat bibir pria itu menyunggingkan senyum miring. Perlahan matanya terbuka, menampakkan manik hitam yang teduh dan dalam, "sudah bangun, hmm?"
Aya memutar matanya, kedua tangannya berusaha melepaskan rengkuhan erat itu, "lepas."
Tapi kekuatan tak sebanding dengan pria itu. Casva tak menghiraukan permintaan Aya. Malah menelusup ke leher Aya, meraup wangi kasturi dari tubuh istrinya. Badan Aya sedikit tergelitik, merasakan deruan nafas Casva di leher. Tangan mencoba mendorong pria itu agar menjauh. Namun, niat itu terurungkan saat merasakan panas tubuh Casva. Bagaimana bisa Aya lupa? Pria ini, baru saja datang padanya dengan keadaan sakit.
"Cas, lepasin dlu. Gue mau ambil obat buat lo."
Casva menggeleng, mengeratkan pelukannya. "Gue nyaman gini."
"Semalem, lo udah cegah gue. Sekarang lo cegah lagi. Lo mau sehat gak sih?"
"Selama gue bisa deket gini sama lo, gue berharap gak pernah sembuh."
Aya berdecak, menarik kepalanya menjauh. Menatap Casva kesal, lalu memberikan sebuah sentilan di dahulu pria itu, "hemm, pinter ye, bucinnye."
Casva mengiris, "Ay..." Rengeknya.
"Awas dlu Cas, atau...
Casva menaikkan sebelah alisnya menunggu lanjutan ucapan Aya.
"Gue gak bakal ngomong sama lo."
Casva bersedih, ia sudah tau rasanya di acuhkan Aya beberapa hari terakhir ini. Perlahan-lahan tubuhnya bergeser, menjauh, membiarkan wanita itu untuk bangkit. Aya tersenyum, menepuk kepala Casva pelan, "good boy."
Kemudian ia hilang di balik pintu.
*
*"Satu suap lagi Cas," desak Aya.
Casva menggeleng, pria itu tak nafsu untuk makan. Rasanya membuka mulut saja sudah berat. Apalagi dengan lidahnya yang pahit.
"Sekali lagi ya. Lo baru 3 suap ini. Mana ngunyah sama banget lagi," desak Aya lagi. Ia mendekatkan sendok berisi bubur pada mulut Casva.
Lagi-lagi, pria itu enggan. Ia menangkap pergerakan tangan Aya. Kepalanya berdenyut nyeri. "Udah Ay, " jawabnya lemah.
Aya menyerah, ia menaruh bubur itu di nakas. Kemudian ikut duduk bersandar. Casva menoleh pada Aya sebentar, kemudian ia menjadikan paha Aya sebagai bantalan.
Tangan Casva mengangkat tangan Aya, lalu menuntunnya untuk mengusap kelapa Casva yang berdenyut. Aya mengerti, ia mengusap kepala Casva dengan lembut. Memainkan surai hitam legam itu. Aya menunduk, menatap Casva yang juga tengah menatapnya. Dahi wanita itu berkerut, seakan bertanya 'kenapa?'
Bukan menjawab Casva malah memiringkan wajahnya, menghadap perut Aya, "Ay, kepala gue sakit."
Akhirnya ia memijat kepala Casva, tanpa mempedulikan kulit perutnya yang bergesekan dengan hidung mancung pria itu. Kepala Casva memang tidak bisa diam, seakan mencari posisi ternyaman. Aya tak masalah, selama ia tak melewati batas.
Perlahan seru nafas teratur terdengar. Wanita itu menyunggingkan senyumnya. Suaminya terlelap.
*
*
*Aya benar-benar pusing dengan Casva yang mendadak menjadi manja. Pria itu tak ingin melakukan apapun sendiri, selalu meminta Aya untuk membantunya. Bahkan, ia tak membiarkan Aya kemana-mana, awalnya Casva sangat menahan Aya untuk pergi ke kantor. Tapi Aya mengancam tidak akan merawatnya. Jadilah Casva mengalah.
Di pagi hari ini begitu cerah, memberikan ketenangan, juga kesejukan ke setiap insan. Sayangnya, hal tersebut tak di rasakan Casva. Pria itu memasang wajah cemberut, tatapan nya tak terlepas dari Aya yang tengah bersiap berangkat berkerja.
"Harus banget ya lo berangkat?"
Gerakan Aya kontan berhenti, ia menghela tipis. Mengoleskan bibirnya dengan lipcream agar tidak pucat. Matanya menatap Casva dari cermin, "ini kewajiban Cas."
Balasan Aya malah membuat Casva kesal. Pria itu turun dari ranjang, mendekat kearah Aya, kemudian memeluk pinggangnya. "Ish, apaan sih Cas?"
"Ay, bisa gak jangan kerja," pintanya lirih seraya menenggelamkan wajahnya pada bahu Aya.
"Gak bisa Cas."
"Kan kewajiban lo ngurus gue Ay. Bukan kerja."
Aya bungkam,
"Lagian lo belum izin sama gue," lanjut Casva. Malah semakin membuat Aya bungkam. Ia tak bisa berkata-kata, toh ucapan Casva benar. Tapi kan saat itu, Aya kesal dengannya.
Casva membalik tubuh Aya agar menghadapnya, ia menghela nafas, "gue suami lo Ay."
Aya tertunduk, tak bisa mengelak. Mereka hanya diam hingga beberapa detik ke depan. Aya menghela, "iya gue salah."
Senyum Casva melengkung saat mendengar hal tersebut, "gua juga salah Ay. Gue tau lo kagak gini, gara-gara denger gue sama Gona kan?"
Aya tertegun, bagaimana Casva bisa tau? Casva memegang kedua bahunya, "saat gue bilang gak penting. Itu bukan tentang lo Ay. Saat itu Gona nanya perasaan gue ke Kayla gimana sekarang? Masih ada?"
Casva menghela, ia menatap Aya dalam. Manik coklatnta bertubrukan dengan manik milik Aya, "saat itu gue jawab, gak penting Gon, dia cuma pengganti."
Casva menghela, "lo ngerti gak di sana. Jawaban gue ngarah ke Kayla bukan lo Ay."
"Trus maksud pengganti apa Cas? Disini yang berperan pengganti itu gue!"
"Ay, bukan gitu maksud gue." Casva menyentuh jemari Aya. Ia merasa bersalah, mengucapkan hal tersebut. Aya menepis tangan Casva kasar, matanya sedikit berkaca-kaca. "Terus apa maksud lo?!"
Casva menghela, "dengerin gue baik-baik Ay." ia menyentuh kedua baju Aya, "yang gue maksud, cuma pengganti itu hati gue Ay, Gona nanya tentang hati gue, hati gue emang pengganti buat siapa. Bukan tentang lo yang jadi pengganti Ay, tapi tentang perasaan gue yang jadi pengganti buat lo." Casva menghela dalam, "hati gue pengganti dalam hidup lo. Hidup lo yang seharusnya bahagia, harus tersiksa kayak gini gara-gara gue. Gue minta maaf Ay, gue ngehalangin jalan lo."
"Gue gak pernah menganggap lo pengganti Kayla, Ay. Tapi lo yang selalu bilang kayak gitu, lo yang selalu ngerasa bersalah tepatin posisi Kayla. Tapi lo gak pernah mikirin, padangan gue tentang lo, lo istri gue Ay, lo pendamping gue, lo-
Casva kontan tersentak saat Aya berhambur ke pelukannya. Ia menenggelamkan wajahnya yang basah pada dada Casva. Perlahan-lahan senguhan lembut mengusap surai Aya, "gue menganggap lo sebagai istri yang nyata. Karena itu Ay, buka hati lo buat gue, karena nyatanya, gue mencintai lo."
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYM : Married a younger man
Novela JuvenilFOLLOW FOLLOW SEBELUM BACA.! TAKUT ADA PRIVAT NIH JANGAN LUPA KOMEN VOTE EKO❤🥳 Aya harus terjebak pada sebuah pernikahan, karena ulah adiknya sendiri. "Mah Aya iklas nanggung ini. Aya gak mau mamah sama papah jadi dipermalukan,"ucapnya lirih seray...