Bab 23

56 25 12
                                    

Vote!!

*

*

Sudah 3 hari semenjak Casva tugas dan selama itu juga tak ada komunikasi sedikitpun diantara mereka. Di kantor Aya masih beradaptasi, namun, situasi saat pulang. Aya sama sekali tak ingin beradaptasi, ia menginginkan Casva ada. Walaupun mereka hanya aja terdiam, tapi setidaknya Aya tau Casva ada.

Aya keluar dari kamar mandi, dengan tubuh yang lebih segar. Kakinya berhenti di rak buku nya, tangannya memilih buku untuk di baca. Kemudian duduk di ranjang sambil bersandar, jangan lupa kakinya yang berselonjor.

Waktu tak terasa ketika Aya terus menggulirkan setiap lembaran yang ada.  Ia terhanyut dalam sebuah kisah didalam buku itu, seakan merasakan apa yang di alami tokoh di dalamnya. Aya menguap, melirik jam pada dinding, yang menunjukkan waktu tidur. Menutup buku, kemudian membaringkan tubuhnya miring sambil menarik selimut.

*

*

Dahi mengernyit saat bau mint, menyeruak ke penciuman nya. Detik selanjutnya Aya merasakan sebuah tangan besar, memeluk pinggangnya, juga sebuah kecupan di lehernya. Apa ini? Apa ia mimpi lagi?

"Gue kangen Ay." Suara lirih itu menggelitik ke telinga Aya, mau tak mau ia akhirnya membuka matanya. Pandangan langsung tertuju pada wajah Casva di sampingnya.

Casva sadar Aya sudah bangun, ia malah makin mengeratkan pelukannya, wajahnya juga semakin menelusup ke leher Aya, memberikan efek geli.

"Cas?"

Casva berdehem pelan. Aya nyaman  dengan posisi ini, tapi ia masih marah dengan pria itu. "Cas lepas!"

Casva menggeleng, "bentar Ay, gue kangen sama lo." Ia menutup matanya, menikmati kenyamanan yang entah kenapa ia rindukan.

"Ap-apa sih?!" Balasnya tak percaya.

"Lo gak kangen sama gue?" tanyanya lirih, hampir tak terdengar.

"Eng-enggak!!"  Aya berusaha untuk melawan perasaanya, ia memberontak ingin di lepaskan. Tapi kekuatannya tak sebanding dengan Casva. Apalagi pria itu terang-terangan mengecup leher Aya, gila!!

Aya mendorong wajah Casva, tapi tiba-tiba ia terhenti. Rasa panas menjalar keseluruh telapak tangannya. Kali ini, Aya tak mendorong wajah pria itu, tapi ia menempelkan tangannya pada dahi Casva.

"Cas, lo sakit?"

"Hmm," jawabnya lirih.

"Lepas dulu Cas. Lo sakit."

Casva menggeleng. Aya menghela, tangannya mengelus kepala Casva lembut, "gue mau liat lo."

Mendengar hal itu, Casva meregangkan pelukannya. Aya berbalik, menatap wajah Casva yang memerah, dengan peluh yang terasa dingin.

"Kenapa lo bisa sakit?" Mata Aya mengisyaratkan kekhawatiran. Casva yang harusnya pulang 2 hari sekarang ada di hadapannya, tapi dalam keadaan sakit.

Mata Casva perlahan-lahan terbuka, manik matanya bertemu dengan manik mata Aya, senyumnya terukir di sana. Casva mengelus pipi Aya lembut, "gue kangen."

Lagi-lagi ia berucap begitu, hati Aya tak sanggup. Wajahnya memerah, walaupun pikirannya ingin menolak. Wajah Casva menunduk, hingga wajah mereka terpaut dekat. Aya bisa merasakan seru nafas Casva yang panas.

"Lo gak kangen?" Tanyanya dengan nada rendah.

"Cas, lo sakit, gue harus bawa obat." Aya mencoba merubah topik.

"Jawab gue Ay."

Aya malah menyembunyikan wajahnya kedada Casva, ia malu, "Cas, gu-gue harus bawa obat deh."

MAYM : Married a younger man Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang