4. Kakak yang buruk

25 1 3
                                    

Nb:kalo ada kesalahan dalam penulisan tolong ingatkan ya, Xie Xie 💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nb:kalo ada kesalahan dalam penulisan tolong ingatkan ya, Xie Xie 💙





Dengan mata terpejam dan beberapa bunga berhamburan, Aludra terlihat sangat cantik pada hasil jepretan Sagara. Laki-laki itu pun tak henti-hentinya memandangi foto tersebut.

"Woy gue butuh duit!" Ujar seseorang yang datang dengan tiba-tiba dan langsung mengambil paksa kotak uang yang berada di sebelah Aludra.

"Tapi kak, itu buat bayar kontrakan sama pengobatan Ibu" Aludra berusaha mempertahankan kotak kayu berisi uang tersebut.

"Bacot, gue lebih butuh!" Davin merampas kotak tersebut kemudian mengambil uang yang berada di dalamnya.

"Ekhem!!" Deheman Sagara berhasil membuat Davin mengalihkan tatapannya.

Davin mengernyit, menatap Sagara dari ujung kaki hingga ujung kepala. 'Bocah ingusan' pikir Davin.

Namun dugaan laki-laki itu salah, tanpa aba-aba satu Bogeman mendarat pada pelipis Davin hingga laki-laki itu tersungkur memegangi pelipisnya.

"Anjing!" Umpat Davin.

"Ade Lo kerja banting tulang, sedangkan Lo? Beban yang gak tau diri. Harusnya Lo malu tolol!" Sagara tersenyum miring, serangan mendadak kembali terjadi beberapa bogeman mendarat pada tubuh Davin. Bahkan laki-laki itu tak sempat membalas pukulan Sagara.

"Abang! Kalian! Udah jangan berantem!" Aludra panik sendiri, gadis itu menggunakan tongkat nya untuk meraba, menghampiri keduanya untuk melerai.

Bug

Niat ingin memukul Sagara, Davin justru malah tak sengaja memukul Aludra yang tiba-tiba berada di antara mereka.

Aludra terjatuh memegangi hidungnya yang terasa nyeri, Mata Sagara membola kala melihat darah keluar dari hidung gadis itu.

" Cewe buta! Hidung Lo berdarah!" Pekik Sagara.

Laki-laki itu melepas seragam OSIS menyisakan kaos berwarna hitam yang melekat di tubuhnya. Kemudian ia mengelap hidung gadis itu hadapannya dengan seragam OSIS miliknya.

Sementara Davin, tanpa rasa bersalah sedikitpun mengambil kotak uang milik Aludra. Sagara yang menyadari itu mengumpat kasar.

"Anjing, jangan lari Lo!" Sagara berusaha mengejar Davin namun laki-laki itu berlari sangat cepat.

Sagara kembali menghampiri Aludra yang tengah menatap lurus, seperti sudah biasa dengan keadaan seperti ini.

"Lo gapapa?" Tanya Sagara, di balas gelengan oleh Aludra.

Gadis itu perlahan bangkit memegangi hidungnya yang terasa nyeri, darah di hidungnya berhenti mengalir. Aludra menggenggam seragam milik Sagara.

"Maaf ya, baju mu jadi banyak noda darah begini, aku bawa dulu biar aku cuci" ujar Aludra.

"Gausah, biar gue aja" balas Sagara mengambil alih seragam miliknya.

"Tapi itu kan-"

"Gausah ngeyel! Mending sekarang Lo pulang gue anterin" ujar Sagara.

Aludra menggeleng, "Aku jualin bunga ku dulu sampai jam 12" gadis itu kembali duduk merapikan bunga-bunga nya.

Sagara melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Udah jam 12 ayo pulang!" Aludra menggeleng.

"Kamu bohong, buktinya aku belum dengar suara adzan Dzuhur" ujar Aludra, membuat Sagara menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena ketauan berbohong.

Mau tak mau Sagara duduk kembali di sebelah Aludra. Laki-laki menatap Aludra dari samping, jantungnya berpacu cepat.

"Cantik" Gumam Sagara lirih sambil tersenyum, nyaris tak terdengar oleh Aludra.

"Sagara? Nama kamu Sagara kan?" Tanya Aludra tiba-tiba.

"Iya, Nama gue Sagara Zelvino Diningrat panggil aja Saga, panggil sayang juga boleh" Goda Sagara, Aludra hanya menggelengkan kepalanya.

"Nama aku Aludra Safana Bagaskara"ujar Aludra sambil menyodorkan telapak tangannya ke arah Sagara.

Dengan senang laki-laki itu menjabat tangan Aludra. Sagara tak henti-hentinya tersenyum sambil terus memandangi Aludra, sampai lupa untuk melepaskan cekalan tangan gadis itu.

Petualangan Sagara di mulai dari sini, detik ini, menit ini, jam ini, dan hari ini. Rasanya jantung laki-laki itu seperti akan copot, memandang wajah Aludra yang tampak natural tanpa polesan make up ataupun skincare. Rambutnya yang di kuncir jadi satu.

Aludra Safana Bagaskara gadis sederhana, yang mampu memikat hati seorang Sagara Zelvino Diningrat.

"Saga? Anu bisa minta tolong lepasin tanganku? Ini ada yang mau beli bunga" ujar Aludra merasa tak enak.

Sagara tersadar dari lamunannya yang mengagumi sosok Aludra, ia segera melepaskan tangan gadis itu dan membiarkannya merangkai bunga mawar dengan telaten.

Walaupun keterbatasannya tak bisa melihat, gadis itu mampu merangkai bunga menjadi bucket yang sangat indah.

" Ini kak bunga nya, jadi 25 ribu ya kak" ujar Aludra sambil menyodorkan bucket bunga mawar Ter.

"Cantik sekali, ini uangnya dek. Makasih ya" ujar perempuan itu, kemudian pergi usai membayar bunga tersebut.

"Al Lo gak pulang?" Tanya Sagara yang sepertinya sudah mulai bosan.

Gadis itu menggeleng sebagai jawaban, "belum adzan Dzuhur Saga".

Sagara memutar-mutar dasi miliknya, kemudian mengikatkan dasi tersebut di kepalanya. Sangat random memang, begitulah Sagara.

"Kamu sendiri nggak pulang?" Kini giliran Aludra yang bertanya.

"Kan gue mau nganterin Lo" ujarnya dengan percaya diri.

"Tapi aku udah-"

"Al! Yok pulang" ucapan Aludra terpotong kala sosok laki-laki mengenakan balutan seragam OSIS di lengkapi Jas tengah turun dari sepeda miliknya kemudian menghampiri Aludra.

*****

Tbc

Jangan lupa vote coment 🌹

BLIND FAIRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang